KATASUMBAR – Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menargetkan satu miliar rupiah pendapatan melalui Perhutanan Sosial Sumbar di musim lebaran 2023.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Barat Yozarwardi didampingi Kepala Diskominfotik Sumbar Siti Aisyah.
Menurutnya, hal tersebut dilakukan menanggapi surat edaran gubernur Sumbar dalam rangka antisipasi berbagai isu sampah, kemacetan, kenaikan harga dan kenyamanan wisatawan/perantau selama libur lebaran di Sumbar.
“Dinas Kehutanan Sumbar menargetkan pendapatan satu miliar rupiah dari kunjungan lebaran di lokasi perhutanan sosial yang dikelola oleh masyarakat,” ucap Yozarwardi saat jumpa pers di Kantor Diskominfotik Sumbar, Rabu (5/4/2023).
Yozarwardi menjelaskan, target satu miliar rupiah tersebut bercermin dari capaian pendapatan perhutanan sosial saat lebaran di tahun 2022 yang lalu.
“Di tahun 2022, capaian pendapatan masyarakat perhutanan sosial mencapai 458.756.300 rupiah. Oleh karena itu, di lebaran 2023 ini kita menargetkan capaian sebesar satu miliar rupiah,” jelasnya.
Yozarwardi memaparkan, terdapat tujuh lokasi perhutanan sosial Sumbar di lebaran 2022 yang meningkatkan perekonomian masyarakat selama lebaran 2022.
“Hkm Beringin Sakti, Hkm Solok Radjo, Hukum Rambaian Manduang, LPHN Sumpur Kudus, LPHN Salibutan Lubuk Aluang, LPHN Taram, LPHN Pasie Laweh. Tujuh lokasi tersebut berkontribusi dalam peningkatan ekonomi masyarakat saar lebaran 2022 yang lalu,” ucapnya.
Yozarwardi mencontohkan, di HKM Baringin Sakti uang masuk yang di patok lima rupiah perkepala mencapai 43 juta rupiah. Jumlah pengunjung dari 2 – 15 Mei 2022 mencapai 8.615 orang. Ini dari karcis saja, bagaimana dari kuliner, yang saat saya datangi seorang pedagang sate bisa meraup 5 juta rupiah sehari,” jelasnya.
Yozarwardi menjelaskan pemanfaatan perhutanan sosial oleh masyarakat ini mengakibatkan terjadinya penurunan ilegal logging oleh masyarakat.
“Pada saat ini dalam mengedukasi masyarakat, kita merangkul masyarakat. Dengan pemanfaatan hutan oleh masyarakat, mengakibatkan terjadi penurunan angka ilegal logging yang terjadi. Masyarakat lebih suka membudidayakan madu galo-galo serta menjadikan tempat tersebut sebagai spot wisata terbarukan,” tutupnya.