Harta yang paling berharga adalah keluarga…
KLIKPOSITIF-Sepenggal lirik lagu “Harta yang Paling Berharga” yang dinyanyikan Novia Kolopaking dalam serial tahun 90-an itu dilantunkan kembali oleh Asri Pramawati pada adegan film Cek Toko Sebelah. Berperan sebagai Sonya, di setiap kemunculannya Asri selalu mengulang lirik itu, lalu mengajak siapa saja ikut bernyanyi. “Dasar katro,” dia memaki siapa saja yang tidak tahu lagu itu.
Sutradara Cek Toko Sebelah, Ernest Prakasa memang ingin bicara tentang keluarga lewat filmnya. Lewat narasi dan jalan cerita dia membangun Cek Toko Sebelah sebagai film keluarga yang sederhana. Keluarga dipilih sebagai tema, lebih speseifik lagi, kehidupan keluarga Cina, keluarga Ernest sendiri.
Sebagai sutradara dan penulis film ini, Ernest melihat masyarakat Cina Indonesia dengan kaca mata yang lebih dekat. Dia membongkar “rahasia dapur” keluarga Cina. Hal yang jarang ditemukan dalam film. Mata sineas tanah air masih tenggelam pada pandangan bahwa masyarakat Cina Indonesia hanyalah korban diskriminasi sosial dan politik. Contoh paling dekat Gie dan Di Balik 98.
Jalan cerita Cek Toko Sebelah memuat segala persoalan yang mungkin terjadi dalam hubungan keluarga. Hal ini kemudian dihadirkan sebagai arus utama cerita film ini. Layaknya Ernest yang seorang komedian, film ini dirancang agar tampil renyah dengan niat sebagai penghibur, sebagai tontonan jenaka.
Apakah Ernest berhasil?
Visual Cek Toko Sebelah dimulai dari potret keluarga di atas meja sebuah rumah. Lalu lokasi berpindah ke sebuah toko grosir. Pada adegan pertama di toko inilah Cek Toko Sebelah gagal memulai ceritanya sebagai film komedi. Dialog pertama sebuah film adalah momen yang paling dinanti sekaligus penting sebagai pintu masuk bagi penonton. Seloroh tentang saku yang bisa berpindah serupa rumah kos tidak begitu kuat sebagai sebuah lelucon. Adegan perdana ini gagal sebagai jurus pertama untuk mengundang gelak-tawa.
Kejutan menarik juga terjadi di awal film. Putra Presiden Jokowi ,Kaesang, muncul sebagai supir taksi yang terlibat cek-cok dengan Yohan yang diperankan Diyon Wiyoko. Namun lagi-lagi adegan dibuat begitu tergesa-gesa. Akibatnya, meminjam istilah Standup Comedy, punch line-nya tidak memicu apa-apa. “Emang negara ini punya bapak lo!” dialog serangan Yohan kepada Keasang menjadi lelucon satir yang gagal. Kehadiran Kaesang tidak dieksplorasi untuk melahirkan lelucon lainnya. Jika memang harus muncul sekali saja, harusnya Kaesang menjadi kejutan istemewa.
Pada film ini Ernest terlihat telah bergerak ke bentuk komedi yang lebih baru. Dalam artian, lelucon tidak lagi dihadirkan dalam bentuk adegan-adegan konyol. Para pemain film tidak lagi harus menjadi konyol atau tolol, misalnya tertimpa tangga atau tercebur ke kali, untuk terlihat lucu. Tidak ada lagi lelucon yang menyiksa para aktor demi tawa penonton. Pada “Warkop DKI Reborn, misalnya Indro tampil dengan sosok pria mini berkepala besar. Ide yang buruk dan editing yang pas-pas membuat Indro tampak menyedihkan, meski mungkin juga lucu bagi sejumlah orang.
Lelucon di film Cek Toko Sebelah bisa dikatakan telah berada di ranah yang lain. Ernest memainkan lelucon dengan modus humor verbal yang dimunculkan dari dialog aktornya, tapi tidak dalam bentuk slapstick. Situasi setiap adegan juga diakali agar bisa mengundang tawa. Misalnya adegan freezing ketika Arafah tertawa cekikikan. Pola ini jelas diadopsi Ernest dari teknik Standup Comedy. Imagi yang divisualkan. Meski sukses memberi suasana segar dalam film, namun cara ini juga beresiko. Panggung Standup Comedy dan film jelas dua hal yang berbeda.
Beberapa kali guyonan yang bisa saja lucu dalam format verbal, menjadi buruk jika divisualkan dalam adegan. Bocah yang terlihat susah payah meniup ingus di hidungnya agar mengelembung adalah salah satu contohnya. Dalam metode Standup Comedy penontonlah yang menciptakan visualnya dalam kepala sendiri. Namun pada film tidak harus sejorok itu untuk menjadi lucu.
Selain itu Cek Toko Sebelah masih terlibat dalam praktek lelucon seksual. Film ini belum lepas dari lelucon yang dilahirkan dari seksualitas. Ini terlihat dari Yeyen Lidya berperan sebagai Anita yang muncul dengan citraan sensual yang melekat pada dirinya. Kehadirannya telah menggiring pikiran penonton pada imagi seksual. Hal ini kemudian dikembangkan untuk melahirkan lelucon. Dari awal kemunculannya Anita dijadikan objek. Ukuran pakaian dalam, toket dan ujaran terkait seksualitas muncul berkali-kali sebagai bahan candaan.
Seksualitas dan sensualitas sepertinya menjadi syarat wajib pada film komedi. Dari era Warkop DKI hingga film komedi hari ini seksualitas adalah metode paling aman untuk melucu. Nikita Mirzani dalam Warkop Reborn dihadirkan sebagai simbol seksual dalam film. Yang kemudian membuat posisinya menjadi objek seksual untuk memproduksi lelucon.
Sepertinya Ernest telah mencoba untuk lepas dari pakem ini, dengan tidak terlalu lama bermain lelucon nakal. Tapi upayanya gagal. Tampaknya bumbu sensualitas masih dibutuhkan untuk membuat film lebih “harum”. Kemudian hal yang mengejutkan terjadi. Sutradara berapologi tentang konten seksual ini.
Cerita pada film memberikan alasan kuat kenapa Anita harus tampil seksi. Aturan pekerjaan dan tuntutan untuk menafkahi anak semata wayang “memaksa” Anita untuk tampil memukau mata lelaki. Siapa yang berani mempertanyakan kecintaan ibu pada anaknya. Gagasan ini dijadikan Ernest sebagai permintaan maaf atas eksploitasinya pada Anita. Ini sekaligus menjadi permintaan maafnya pada perempuan dan para ibu. Meski logikanya agak klise, cara ini menjadi jalan keluar agar film ini tetap menjadi film keluarga.
Untuk alur cerita, Cek Toko Sebelah berjalan dengan dua roda. Roda pertama tentang kehidupan di seputar toko dan roda kedua berjalan pada konflik keluarga Erwin yang diperankan sendiri oleh Ernest. Film ini mengalir dengan alur cerita sederhana. Hal ini terlihat dari metode pengambilan gambar yang datar.
Film ini memberi gambaran lain tentang kehidupan keluarga keturunan Cina. Keluarga yang kesehariannya nyaris sama dengan keluarga manapun. Mereka mengalami masalah keluarga yang lazim. Pernikahan yang tak direstui, penolakan orang tua, dan pertentangan saudara. Hal yang jarang muncul dalam film Indonesia ketika berbicara tentang masyarakat Cina. Cek Toko Sebelah membuat proyeksi tentang keluarga Cina lebih nyata.
Film ini memunculkan Cina sebagai identitas yang tak bisa dilepaskan dari sejarah Indonesia. Bangsa Cina ikut memutar roda ekonomi. Membuka lapangan kerja bagi banyak orang. Ernest juga menyentil anak-anak muda keturanan Cina untuk mengingat kembali jati diri mereka. Betapa pun modern hidup mereka hari ini, tapi mereka besar dari usaha keras orang tua yang memulai bisnis sebagai pedagang kecil. Ini adalah identitas yang melekat dan harus diterima.
Narasi film ini juga berkutat pada yang disebut Rosihan Anwar sebagai the merchant of dreams. Sosok Erwin selalu dilekatkan pada segala hal yang mewah. Erwin berbahasa Inggris dalam kesehariannya. Dia akrab dengan kata lunch, dinner ketimbang makan. Tinggal di, apartemen, minum Champagne, memiliki pekerjaan idaman dan didampingi perempuan cantik. Sebuah gagasan kesempurnaan hidup di Jakarta yang tidak bisa dijangkau semua orang.
Sedangkan Yohan dipotret sebagai kepala keluarga yang didera segala persoalan hidup. Keduanya sama-sama kehilangan ibu. Erwin lebih mujur dan dipuja sang ayah. Sedang Yohan bernasib malang. Tidak disukai oleh ayahnya dan terjerat narkoba. Karirnya tak segemilang Erwin. Narkoba dijadikan pledoi untuk keterpurukan Yohan. Dinding batas kehidupan dua bersaudara ini dibuat terpisah tanpa latar cerita yang jelas. Membuat film ini terasa seperti sinetron atau FTV yang menuturkan cerita usang.
Narasi lain ditampilkan lewat karakter-karakter yang muncul di toko. Lelucon film ini sejatinya berada pada konflik antarkarakter ini. Aktornya didominasi oleh para komika, yang rancang bangun leluconnya menjadi senjata utama Ernest dalam film ini. Karena berakar pada budaya Standup Comedy, lelucon yang hadir muncul terpisah satu dengan yang lainnya. Tidak ada kaitan erat antara lelucon satu dengan yang lainnya, baik secara adegan maupun materinya. Hal ini membuat tensi kelucuan film naik turun, bahkan renggang. Ditambah lagi beberapa lelucon yang gagal berbuah tawa. Ini juga memberi batasan usia bagi penontonnya. Niscaya penonton berusia di atas 40 tahun bakal kesulitan mencerna candaan yang dilemparkan para aktor.
Persoalan keluarga dan konflik di toko ini yang membuat Cek Toko Sebelah bergerak hingga akhir. Ernest manaruh perhatian serius pada persoalan keluarga sebagai menu cerita. Lalu memilih banyak bercanda dengan karakter-karakter yang ada di tokonya. Aktor Malaysia Chew Kin Wah yang berperan sebagai Koh Afuk menjadi mata rantai yang mengikat dua konflik ini. Peran kunci yang dimainkannya dengan baik.
Meski tidak digarap dengan sempurna, karakter-karakter yang muncul di toko inilah yang menjadi kekuatan Cek Toko Sebelah. Karakter-karakter ini menjadi representasi kehidupan masyarakat Indonesia. Tokoh, cerita dan konflik di seputar toko ini cerminan realitas hari ini. Disadari atau tidak Ernest berhasil menangkap semangat hidup orang kecil di Jakarta. Semangat untuk tidak mengalah pada nasib. Salah satu cara menghadapi derita hidup adalah dengan menertawakannya.
Pada narasi inilah Cek Toko Sebelah menunjukkan kualitasnya sebagai film yang bernilai. Hubungan manusia antaretnik dan suku diciptakan pada kondisi damai dan terjaga. Cina, Betawi, Batak, Jawa atau Sunda memiliki peran yang sama untuk memutar roda kehidupan. Bahwa suku dan etnik yang berbeda adalah satu keluarga dalam format yang lebih kompleks.
Nilai ini sangat dibutuhkan untuk menyegarkan kepala masyarakat Indonesia yang belakangan sering dipanaskan dengan isu perpecehan. Misi film sebagai jalan berbagi pikiran positif telah diemban dengan baik oleh Cek Toko Sebelah.
“Keluarga adalah yang nomor satu,” kata Don Corleone dalam The Godfather. Ernest mengulang pesan itu lewat Cek Toko Sebelah. Baginya keluarga adalah tempat pulang terakhir. Seburuk apapun kesalahan yang telah dibuat pintu rumah akan selalu terbuka. Namun dari pada mengutip Mario Puzo, Ernest lebih menyukai sepenggal lirik dalam serial “Keluarga Cemara”. Pesan yang disampaikannya kepada 2,5 juta orang yang menonton Cek Toko Sebelah.
Harta yang paling berharga adalah keluarga…
RAMADHANI