Berdayakan Masyarakat Lewat Tanaman Energi Masa Depan, Semen Padang Sebar 257.000 Bibit Kaliandra Merah

Berdayakan Masyarakat Lewat Tanaman Energi Masa Depan

Tanaman Kaliandra Merah di area reklamasi bekas tambang batu kapur milik PT Semen Padang. Kaliandra Merah ini sengaja ditanam pada pertengahan 2022 lalu untuk dijadikan sebagai bahan bakar pengganti batubara.

KLIKPOSITIF – Sekilas, tumbuhan yang menjulang di area reklamasi bekas tambang batu kapur PT Semen Padang yang berada di Bukit Karang Putih, Kelurahan Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), tampak seperti daun Petai Cina berbentuk menyirip rangkap dengan ujung runcing serta pangkal daun miring.

Bedanya, tumbuhan ini memiliki bunga berwarna merah seperti bola berbulu dan kuncup bunganya berbentuk raspberry sebelum mekar. Tumbuhan ini disebut kaliandra merah. Berasal dari Meksiko, tumbuhan dengan nama latin Calliandra calothyrsus itu telah ditanam oleh perusahaan semen pertama di Indonesia dan Asia Tenggara itu sejak pertengahan 2022.

Selain di area reklamasi bekas tambang, PT Semen Padang melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) juga memberdayakan masyarakat sekitar perhutanan sosial yang ada di Sumbar untuk menanam kaliandra merah. Pemberdayaan itu dilakukan, karena tanaman semak berbunga itu dinilai memiliki banyak manfaat. Salah satunya, sebagai sumber energi baru terbarukan (EBT).

“Kayu kaliandra merah ini merupakan bahan biofuel yang bisa dijadikan sebagai bahan bakar alternatif yang dapat mensubstitusi batubara. Bahkan, dari uji coba kalori yang telah kami lakukan, ditemukan bahwa dalam kondisi kering kalorinya bisa mencapai 4.900 Kkal/kg,” kata Kepala Unit Humas & Kesekretariatan PT Semen Padang Nur Anita Rahmawati di Padang, Senin (28/8/2023).

Jajaran Direksi PT Semen Padang dan sejumlah staf pimpinan din lingkungan PT Semen Padang sedang meninjau tanaman kaliandra merah yang berada di area reklamasi bekas tambang batu kapur PT Semen Padang pada saat pertengahan Juli 2023 lalu.

Selain untuk mensubstitusi bahan bakar batubara, penanaman kaliandra merah ini juga bertujuan untuk mendukung program Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumbar tentang program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perhutanan Sosial, dan juga Program Indonesia’s Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net Sink 2030, yaitu dalam penurunan emisi atau menahan kenaikan laju suhu bumi di bawah 1,5 derajat Celcius.

Untuk mendukung program Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perhutanan Sosial dan FOLU Net Sink 2030 itu, PT Semen Padang membutuhkan 100 juta bibit kaliandra merah. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhan tersebut, PT Semen Padang bekerjasama dengan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh (PPNP) untuk penyediaan bibit kaliandra merah. Kerjasama tersebut, dilakukan untuk penyediaan 500 ribu bibit.

“Kerjasama dengan PPNP itu dimulai awal Februari kemarin. Untuk tahap awal ini dilakukan untuk 500 ribu bibit. Tidak tertutup kemungkinan jumlahnya bertambah, mengingat kebutuhan Semen Padang sebanyak 100 juta bibit. Dan, sekarang ini PPNP pun sudah membuat demplot penelitian kaliandra merah. Bahkan, demplot tersebut telah menghasilkan sekitar 6.000 bibit kaliandra merah,” ujarnya.

Selain dengan PPNP, PT Semen Padang juga membuat nursery kaliandra merah di Komplek D1 PT Semen Padang. Bahkan, sejak nursery tersebut dibangun pada Juli 2022 lalu, hingga pertengahan Agustus 2023 ini sekitar 257.000 bibit yang dihasilkan dari nursery telah didistribusikan kepada masyarakat atau kelompok tani di sekitar perhutanan sosial untuk ditanam.

Nursery bibit kaliandra merah di kompleks D1 PT Semen Padang.

Pendistribusian bibit yang begitu masif itu, juga dibarengi dengan sosialisasi tentang manfaat kaliandra merah kepada masyarakat sekitar perhutanan sosial. “Alhamdulillah, respon masyarakat luar biasa. Masyarakat atau kelompok tani di sekitar perhutanan sosial begitu antusias menanam bibit kaliandra merah yang kami berikan secara gratis,” beber Anita.

Anita pun menyebut sebagian bibit yang telah ditanam masyarakat, sudah ada yang dipanen dan PT Semen Padang pun menjadi off taker dari kaliandra merah yang dipanen masyarakat. Bahkan sejak 2 bulan terakhir ini, setiap minggu itu ada 15 ton kayu Kaliandra Merah hasil panen masyarakat dari berbagai daerah seperti Tanah Datar, Agam dan Limpauluh Kota, masuk ke Semen Padang. “Untuk satu ton kayu kaliandra merah dibeli seharga Rp250 ribu. Harga ini belum termasuk upah angkut ke Semen Padang,” bebernya.

Saat ini, sebut Anita, sudah ada sekitar 100 ton kayu kaliandra merah yang ditampung dari masyarakat atau kelompok tani dari sekitar perhutanan sosial. Dan, kayu tersebut saat ini telah diolah menjadi wood pellet menggunakan mesin graser. Rencananya, uji coba pemakaian kayu kaliandra merah ini akan dilakukan pertengahan September 2023.

“Insya Allah di pertengahan September mendatang, kita akan lakukan uji coba pemakaian kayu kaliandra merah. Saat ini, kami tengah menyiapkan fasilitas Feeding Alternative Fuel AF. Lokasinya di Pabrik Indarung V,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala UPT Perbaikan dan Pemeliharaan PPNP, Auzia Asman, S.P., M.P yang dihubungi klikpositif.com via handphone, Senin (28/8/2023) menyampaikan bahwa pemilihan kayu kaliandra merah oleh PT Semen Padang sebagai bahan biofuel untuk dijadikan bahan bakar alternatif pengganti batubara dalam proses produksi semen merupakan langkah yang sangat tepat.

Pasalnya, kaliandra merah merupakan sumber energi bisa diperbaharui dan ramah lingkungan, serta mudah tumbuh saat musim hijan ataupun kemarau. Sedangkan batubara adalah energi fosil yang semakin hari jumlahnya semakin menipis. Bagi PT Semen Padang, pemanfaatan kayu kaliandra merah sebagai bahan bakar tentunya juga berkaitan dengan carbon trading. Karena, dengan memanfaatkan kayu kaliandra merah untuk bahan bakar, PT Semen Padang bisa menyimpan, mengatur dan mengelola pelepasan karbon ke udara.

“Pemanfaatan kayu kaliandra merah untuk mensubsitusi bahan bakar batubara dalam proses produksi semen, tentunya akan dapat memperlambat pemanasan global. Karena, emisi karbonnya lebih rendah, bahkan 10 kali lebih rendah jika dibandingkan dengan BBM. Nah, di daerah penghasil tebu seperti di Sungaipua dan Matur, Kabupaten Agam, kayu kaliandra merah ini sering digunakan untuk memproduksi gula tebu. Kata masyarakat di sana, kalau pakai kayu kaliandra merah apinya kuat dan asapnya minim,” kata Auzia.

Dosen PPNP itu pun itu juga membeberkan manfaat lain dari kaliandara merah. Kata dia, selain kayunya dapat dijadikan sebagai bahan biofuel, bunga kaliandra merah juga bisa dimanfaatkan untuk konsumsi madu galo-galo. Kemudian, daunnya juga bisa dijadikan sebagai pakan ternak seperti kambing, sapi, ayam dan kelinci. Karena, kandungan protein di dalam daunnya mencapai 37%. “Beberapa negara di Afrika seperti Tanzania dan Kenya, daun kaliandra merah sudah banyak digunakan untuk pakan ternak,” ujarnya.

Selain sebagai sumber pakan ternak, kata Auzia melanjutkan, daun kaliandra merah juga bisa dimanfaatkan oleh manusia untuk dijadikan sayur, atau pun dijadikan tambahan pada resep masakan, serta dijadikan jus untuk mendapatkan manfaat kesehatan yang optimal. Karena, di dalam daun kaliandra merah terdapat kandungan nutrisi yang dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan jantung.

Tidak hanya itu, senyawa yang terkandung dalam daun kaliandra merah seperti flavonoid dan tanin, memiliki efek antioksidan dan antiinflamasi yang dapat membantu mengatasi berbagai gangguan kesehatan. “Bahkan, daun kaliandra pun telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai obat batuk, radang tenggorokan, diare, dan sakit kepala,” bebernya.

Di dalam dunia pertanian, lanjut Auzia, kaliandra merah merupakan tanaman remidiasi atau tanaman yang mampu meningkatkan mutu dari kondisi tanah, sehingga lahan-lahan yang ditanami kaliandra secara bertahap dapat meningkatkan kesuburan tanahnya. Karena, akar kaliandra merah dapat menambat nitrogen bebas dan memberikan nutrisi yang cukup untuk tanah.

“Jadi, tidak ada satu pun yang tidak bisa dimanfaatkan dari kaliandra merah ini. Untuk itu, kami di PPNP juga mendorong masyarakat atau kelompok tani untuk menanam kaliandra merah di lahan-lahannya, terutama di lahan marginal dan di lahan-lahan kosong yang ada di kawasan perhuatan sosial. Kalau bisa, lahan kosong tersebut dapat dijadikan sebagai kebun kaliandra merah,” katanya.

Menurut Auzia, jika lahan kosong tersebut dijadikan sebagai kebun kaliandra merah, maka masyarakat bisa membuat berbagai usaha turunan dari pemanfaatan tanaman kaliandra merah seperti, kayunya bisa dipanen dan dijual ke PT Semen Padang sebagai bahan bakar pengganti batubara. Kemudian bunganya untuk usaha madu galo-galo, dan daunnya untuk pakan ternak.

“Kaliandra merah ini adalah tanaman untuk energi masa depan. Jadi, kami di PPNP sangat sepakat sekali dengan Semen Padang dalam memberdayakan masyarakat atau kelompok tani dalam membudidayakan tanaman kaliandra merah ini, terutama di lahan-lahan marginal atau pun lahan-lahan yang ada di kawasab perhutanan sosial,” ujarnya.

Auzia pun juga menyampaikan pola penanaman kaliandra merah. Untuk penanamannya, dilakukan dengan jarak tanam 1×2 meter dan paling rapat 1×1 meter. Untuk masa panen perdananya, dapat dilakukan pada usia kaliandra merah 8-10 bulan. Kemudian untuk umur produksinya bisa mencapai lebih dari 10 tahun.

“Puncak produksi kayu kaliandra merah ini pada umumnya di usia 5-7 tahun dengan jumlah produksi 35-50 ton/ha. Dan, untuk panen perdananya setelah ditanam estimasi produksi kayunya paling rendah sekitar 15 ton/ha, tergantung faktor kesuburan tanahnya,” pungkas Auzia.(*)

Exit mobile version