PADANG, KLIKPOSITIF – Universitas Negeri Padang (UNP) jadi tuan rumah dalam pertemuan Perkumpulan Ahli Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (PAPTEKINDO) ke 12 yang berlangsung dari tanggal 14 s/d 17 Oktober 2025. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 1.100 peserta dari 18 universitas, terdiri dari dosen, kepala sekolah, guru kejuruan, peneliti, dan mahasiswa vokasi.
Ketua Umum PAPTEKINDO, Prof. Asmar Yulastri, Ph.D., mengatakan, tema konvensi tahun ini sangat relevan dengan tantangan dunia pendidikan. “Teknologi, pendidikan dan kejuruan tak hanya fokus pada kemampuan dan keterampilan namun juga keberlanjutan khususunya dalam aspek pendidikan yang layak, inovasi industri, dan lingkungan, media pembelajaan yang berbasis pada AI, dan platform digital lainnya, namun kemajuan teknologi harus diarahkan pada kemanusiaan, keberlanjutan, dimana teknologi adalah alat, dan manusia menentukan perubahan,” katanya.
Pihaknya juga terus berkomitmen jadi wadah kolaborasi dalam mengembangkan teknologi yang adaptif dan berkelanjutan, misalnya menigkatkan pemanfaatan teknologi pembelajaran dalam mendukung efeisiensi pendidikan, mendorong publikasi ilmiah dan memperkuat jejaring nasional dan internasional antara perguruan tinggi dan industri.
“PAPTEKINDO berkomitmen dalam pengembangan pendidikan di tanah air dengan memperkaya keilmuan dan kontribusi bangsa. Alam Takambang Jadi Guru dapat belajar dan kebijaksanaan yang baru dalam dunia pendidikan yang tinggi dan semangat kebersamaan untuk transformasi dunia pendidikan,” jelasnya.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan, Adib Alfikri mengatakan, teknologi dan pendidikan vokasi menjadi salah satu hal yang harus dikolaborasikan satu sama lain dalam aplikasinya di dunia industri.
Staf Khusus Menteri Dikti Saintek RI, Prof. Tjitjik Srie Tjahjandarie, Ph.D., mengatakan, pendidikan tinggi vokasi tidak bisa dilepaskan dari pendidikan SMK, dengan melakukan beberapa langkah, diantaranya ada D2 fast track dan di wacanakan untuk perguruan tinggi dan pendidikan vokasi mulai diisi dengan pendidikan perguruan tinggi.
“Jadi kalau SMK masuk perguruan tinggi, pendidikannya lebih pendek. Ada pembicaraan kesana, namun regulasi belum selesai kesana, dimana SMK di perkaya dengan keilmuan di perguruan tinggi, yang saat ini sudah dilakukan oleh pendidikan Politeknik,” paparnya.
Ia mengatakan, pendidikan tinggi vokasi lebih real wolrd, dimana pembelajaran terintegrasi dengan dunia kerja, dan pendidikan Politeknik sudah terintegrasi dengan hal itu.
“Lulusan SMK harapannya mengisi dunia kerja di lembaga terampil, sehingga misalnya setelah bekerja 2 tahun, maka komptensi bisa diakui. Saat ini, lulusan SMK cendrung melanjutkan ke perguruan tinggi di banding masuk dunia kerja,” paparnya.
Wakil Menteri Ketenagakerjaan Afriansyah Noor mengatakan, kegiatan ini bisa
menyelaraskan bidang keilmuan dan vokasi, sehingga sesuai dengan kebutuhan industri, sehingga urusan akademik di perguruan tinggi bisa dikembanngkan dengan baik.
“Dunia sudah berubah dan kemajuan teknologi membuat orang ingin simpel dan gampang, sehingga ini kolaborasi dengan Dikti Saintek, SMK di tingkatkan jadi D1 dan D2, kemudian semuanya tingkat SMA aja lagi, sehingga perubahan ini akan menjadi langkah baik kedepan bagi negara kita,” jelasnya.