AGAM, KLIKPOSITIF– Kabupaten Agam menjadi basis penting perlawanan Tentara Republik melawan Penjajah Belanda, salah satunya di Ngalau Kalam, Jorong Durian, Nagari Kamang Mudiak, Kecamatan Kamang Magek.
Di sini, alam bersekutu dengan Republik dan Pribumi, Ngalau Kalam yang gulita menjadi benteng tak tertembus.
Ngalau Kalam adalah goa alam dengan panjang tak diketahui, deretan stalagmit dan stalaktif tumbuh seakan melindungi bangsa Indonesia dari bedil Kompeni.
Jaswir Sutan Rajo Mantari (72) ikut dalam momen kala pengungsi maupun tentara berlindung di dalam Ngalau itu saat Agresi Militer Belanda II tahun 1948-1949.
“Saya masih balita waktu itu, kami warga kampung bersembunyi di sana. Sangat aman karena Belanda tak menjangkau tempat itu,” ungkapnya, Selasa 10 Maret 2020.
Jaswir mengatakan, Belanda tak berani masuk ke dalam, sebab resikonya terlalu besar bagi mereka.
“Jika mereka masuk, tentara maupun warga sudah menunggu dengan bambu runcing, atau parang. Belanda itu matanya tidak awas dalam kondisi gelap,” ujarnya.
Benteng alam ini, punya lorong belasan kilometer, Jaswir menyebut, tembus hingga ke Kecamatan Palupuah.
“Di dalamnya lapang, banyak lorong dan ceruk, sempurna untuk sembunyi. Juga ada sumber air yang tak pernah kering,” kenangnya.
Ngalau Kalam terbentuk dari bebatuan super keras, Belanda pernah mencoba membomnya, tapi tak mempan, sehingga ini adalah lokasi paling aman untuk bersembunyi.
“Saat Belanda datang, banyak penduduk yang lari ke dalam, saat usai kita keluar untuk melanjutkan kehidupan,” sambung Jaswir.
Peran Ngalau Kalam dalam melindungi rakyat, ucal Jaswir, kembali terbukti saat Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) pada tahun 1958.
Penduduk kembali mengungsi dan aman hingga akhir pertempuran.
Kekinian, Ngalau Kalam itu sudah sulit dijelajahi karena tidak terawat, padahal tempat ini berperan penting semasa zaman Perang Kemerdekaan maupun setelahnya.