PADANG, KLIKPOSITIF – Ikan Sidat atau yang lebih dikenal ikan Panjang atau Lumpai di Sumatera Barat (Sumbar) sangat disukai masyarakat Jepang. Sehingga ikan Unand (Sebutan ikan Sidat di Jepang) menjadi salah satu peluang bagi Sumbar untuk mengekspor ikan yang sepintas menyerupai lele atau belut itu kesana.
“Berapa bulan lalu saya bersama tim delegasi investasi Sumbar yang dipimpin gubernur ke Jepang, kita berkunjung ke Provinsi Tokushima, saya melihat peluang ikan sidat ini karena mereka sangat membutuhkan ikan sidat ini untuk dikonsumsi,” ujar Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumbar, Yosmeri, Senin (6/5) di Padang.
Menurutnya, kebutuhan Jepang akan Sidat tidak terbatas, maka ini dapat jadi peluang untuk kerjasama dengan Jepang, apalagi ikan sidat ini banyak ditemukan diperairan Sumbar tetapi belum terkelola dengan optimal.
“Sidat mudah ditemukan di Sumbar, diantaranya di daerah Pesisir Selatan dan Mentawai. Untuk itu, kita sangat mendorong untuk pengembangan budidaya ikan sidat ini,” terangnya.
Dilanjutkannya, bahkan jika dimasukan ke pasaran ekspor nilai jual ikan ini akan meningkat, sebab jika biasanya dipasaran lokal dikirim ke Jakarta dihargai Rp140ribu perkilogram, ke Jepang dikirim langsung, mereka bisa hargai diatas Rp300 ribu perkilogram.
“Lumayan kan harganya. Sebab, saya saat cek harga disana kisaran Rp750 ribu per Kg, jika dirupiahkan dari mata uang jepang,” katanya.
Maka, dengan peluang ekonomi ikan sidat ini dapat menaikan pendapatan nelayan di Sumbar, oleh karena itu pihaknya akan melakukan edukasi kepada nelayan dan peternak ikan tentang ikan sidat ini, yang sebelumnya belum terlalu gencar.
“Ini tentu peluang bagus bagi nelayan dan peternak ikan kita di Sumbar, apalagi ikan ini mudah ditemukan di Sumbar, jika dikembangkan benih ikan ini tentu akan berkembang biak karena sangat cocok dengan perairan Sumbar,” tuturnya.
Lebih lanjut kata Yosmeri, di Jepang sendiri, memang ikan ini sangat menjadi makanan favorit masyarakat disana, bahkan di tenpat oleh-oleh saja. Banyak olahan jenis ikan yang diubah menjadi makanan berbagai jenis, ini tentu mendorong Sumbar untuk ikut mengambil peluang karena perikanan dan keluatan Sunbar juga cukup luas seperti Jepang.
“Ini mendorong saya untuk berinovasi, bagaimana kita dapat mengolah ikan menjadi sesuatu oleh-oleh ciri khas daerah, apalagi kita punya potensi itu. Sebab, di Jepang tempat wisatanya saja, oleh-oleh ikan menjadi favorit,” katanya.
Selain itu, pasar ikan disana sangat higinis, bersih dan tertutup, bahkan ini ini dapat menjadi rujukan di Sumbar untuk memiliki pasar ikan seperti yang dimiliki Jepang, dan pihak Kementerian sudah mrmbuat pasar itu di Kota Padang yakni di Lubuk Buaya, maka untuk itu pihaknya ingin ada pasar serupa di beberapa daerah di Sumbar, ini dapat menjadi rekomendasi ke pusat terkait hal ini.
“Jika pasar ikan higinis tentu masyarakat akan merasakan kenyamanan saat berbelanja, dan ikan disana pasti kesegarannya terjamin,” tukasnya. (*)