KLIKPOSITIF – Provinsi Sumatera Barat Kembali mengalami deflasi pada September 2024. Peningkatan pasokan komoditas dari daerah sentra pada kelompok makanan dan minuman serta penurunan harga BBM memberikan pengaruh signifikan terhadap deflasi tersebut.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia wilayah Sumatera Barat Muhammad Abdul Majid Ikram menyebutkan, deflasi tersebut telah berlangsung selama tiga bulan berturut-turut. Perkembangan harga mengalami deflasi terutama bersumber dari turunnya harga komoditas cabai merah, bahan bakar dan kentang.
“Penurunan harga cabai merah diorong oleh meningkatnya pasokan baik local maupun dari luar daerah, harga kentang dipengaruhi perbaikan pasokan luar provinsi sedangkan BBM turut memberikan andil deflasi sejalan dengan penyesuaian harga nonsubsidi,” katanya, Rabu (2/10).
Kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami penurunan harga signifikan sebesar -1,54 persen month to month (mtm) dan memberikan andil deflasi sebesar -0,52 persen mtm.
Menurutnya, seluruh kabupaten/ kota pembentuk inflasi Sumatera Barat mengalami deflasi dengan Kabupaten Pasaman Barat mencatatkan deflasi terdalam yaitu -0,67 persen mtm dibanding bulan sebelumnya -0,5 persen (mtm). Kemudian Kota Padang mencatatkan deflasi sebesar -0,42 persen dibanding Agustus sebesar -0.03 persen (mtm).
Kota Bukittinggi mengalami deflasi -0.28 persen dibandingkan bulan sebelumnya -0,32 persen (mtm). Kabupaten Dharmasraya mencatatkan deflasi -0,20 persen disbanding realisasi inflasi pada Agustus 2024 sebesar -0,57 persen (mtm).
Majid menyebutkan, atas perkembangan inflasi bulanan tersebut maka seluruh kabupaten dan kota mengalami perbaikan inflasi tahun kalender dengan realisasi tertinggi Kota Bukittinggi sebesar 1,21 persen year to date (ytd), Kota Padang 0,37 persen (ytd), Kabupaten Dharmasraya 0,01 persen (ytd) dan Kabupaten Pasaman Barat -0,98 persen (ytd).
Sedangkan secara tahunan, Kabupaten Dharmasraya mengalami inflasi 2,85 persen year on year (yoy), Kota Bukittinggi 1,70 persen (yoy), Kabupaten Pasaman Barat 1,59 pdersen (yoy) dan Kota Padang 1,28 persen (yoy).
“Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatera Barat terus berkomitmen untuk mengendalikan inflasi melalui berbagai upaya agar tetap terjaga dan berada di sekitar target 2,5+1 persen yoy,” tuturnya.
Ia juga menyebut, TPID juga melakukan beberapa yang terus dilakukan untuk mengendalikan inflasi, diantaranya melanjutkan penyelenggaraan operasi pasar di berbagai kabupaten/kota, rapat koordinasi dalam rangka sinkronisasi neraca pangan, monitoring dan evaluasi harga, distribusi beras, capacity building dan penguatan komunikatif efektif.
“Sinergi itu terus dilakukan dalam rangka mengimplementasikan pengendalian inflasi pangan secara lebih efektif untuk mendorong perekonomian ekonomi Sumatera Barat,” jelasnya.