PADANG, KLIKPOSITIF – “Bagaikan setetes air di tengah gurun.” Itu lah yang dirasakan Deswarni pada tahun 2020 saat ia berhasil menjadi penerima dana KUR dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) KCP Lubuk Begalung, Kota Padang.
Saat itu, kondisi keuangannya sedang tak baik dan ia harus membayar upah pekerja sulam emas yang ia dirikan. Melalui temannya, ia memperoleh informasi bahwa ia bisa melakukan pinjaman ke BRI untuk melanjutkan usahanya.
“Saat itu saya melakukan pinjaman karena tidak uang untuk melakukan pembayaran upah pekerja penyulam emas dari usaha yang saya dirikan. Setelah berbicara dengan teman, kemudian teman menyarankan untuk melakukan pinjaman KUR di Bank BRI. Alhamdulillah saat itu saya dapat pinjaman sebesar Rp10 juta rupiah dengan jangka waktu pinjaman selama tiga tahun,” katanya saat dihubungi melalui sambungan telepon di Padang beberapa waktu lalu.
Deswarni memilih Bank BRI sebagai tempat melakukan pinjaman karena pengalaman baik yang didapat temannya dalam melakukan pinjaman. “Teman saya yang menyarankan itu sudah pernah melakukan pinjaman, sehingga dia menyarankan saya melakukan pinjaman ke sana,” jelasnya.
Sulam Emas dan Usaha Turun Temurun
Sulam Emas yang dilakukan oleh Deswarni merupakan sulam emas yang telah dilakukan secara turun temurun dari orang tuanya. Sulam emas ini pertama kali dimulai pada tahun 1990. “Orang tua saya pertama kali membuka usaha sulam emas ini. Kemudian di kerjakan secara bersama-sama dengan anggota keluarga juga. Kami dari kecil sering membantu orang tua dalam menjalankan usaha ini, namun saat ini hanya saya yang melanjutkan usaha ini,” jelasnya.
Usaha sulam emas yang dijalaninya terdiri dari berbagai bentuk, yakni pajangan dinding, selendang, dan songket. “Namun saat ini fokus kita kepada selendang karena minat pasar lebih banyak kepada selendang yang sering di pakai ke pesta pernikahan,” jelasnya.
Hanya Menerima Jahitan
Namun sejak tahun 2018, Deswarni tak lagi melanjutkan usaha Sulam emasnya. Ia hanya menerima jahitan dari orang yang biasa di sebut juragan. “Kalau mengusahakan sendiri, kita yang menyediakan bahannya dan menjahit. Kalau menerima jahitan, bahan dari juragan dan status sekarang juga sebagai penerima upah. Ini karena saya tidak memiliki modal yang cukup menjalankan usaha ini. Modal yang dikeluarkan tak seimbang dengan hasil yang didapat,” paparnya.
Diakui Deswarni, selain harganya yang mahal, minat orang untuk sulam emas juga sudah mulai berkurang. “Pasar sulam emas itu untuk menengah ke atas karena harganya yang sangat bersaing. Kemudian pengerjaannya juga butuh kesabaran dan ketelitian yang tinggi karena butuh waktu berbulan-bulan. Di sisi lain, minat orang untuk sulam emas juga mulai berkurang. Dulunya pajangan dinding sulam emas masih tinggi peminatnya, sekarang sudah mulai sepi,” terangnya.
Bagi Deswarni, mengerjakan satu selendang sulam emas ukuran panjang 2 meter dengan lebar 50 cm membutuhkan waktu tiga bulan. Dalam sehari ia menjahit selama 6 jam dan dalam seminggu ia bekerja selama 6 hari. “Untuk satu helai kainnya mulai di bandrol dengan harga Rp1,5 sampai Rp3 juta. Sedangkan untuk omset bersih sebulan, saya bisa mengumpulkan Rp2 juta,” jelasnya.
Untuk jahitannya, Deswarni masih menggunakan jahitan tradisional, sehingga membutuhkan usaha lebih untuk itu. “Kita masih menggunakan mesin jahit lama, sehingga masih membutuhkan usaha lebih dalam menjahitnya,” tuturnya.
Diakui Deswarni, keputusan di 2018 hanya menerima jahitan karena ia terkendala dengan produksi dan pemasaran Sulam Emas. “Sebelumnya, untuk produksi dan pemasaran kita melakukan semuanya, mulai dari menggambar, menjahit (produksi) hingga pemasaran. Namun karena minat terhadap sulam emas semakin lama semakin turun, maka keputusan itu diambil, yakni menerima jahitan, sehingga kita juga lebih mudah tanpa harus memikirkan bahan dan pemasarannya,” jelasnya.
Bagi Anda yang ingin memesan sulam emas karya tangan Deswarni, bisa melakukannya di nomor 082386579454 atau bisa langsung datang ke rumahnya di Batung Taba, Lubuk Begalung, Padang.
Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Sumbar, Endrizal mengatakan, bagi UMKM yang masih membutuhkan modal usaha untuk pengembangan, maka ini masuk ke kelompok yang khusus di bagian permodalan.
“Maka ini akan kita kolaborasikan dengan pihak yang bisa menyelesaikan masalah ini dan salah satu yang bisa di ajak berkolaborasi adalah pihak perbankan,” paparnya pada 17 Maret 2024.
Senada dengan itu, Regional CEO BRI Padang, Moh.Harsono mengatakan, untuk penyaluran KUR BRI paling banyak dibiayai adalah perdagangan dan pertanian.
“Hal ini di harapkan bisa memberi manfaat baik bagi UMKM dalam meningkatkan usahanya, baik dari segi peralatan dan hal lainnya dalam mendukung usaha dan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan,” tuturnya.
Sejalan dengan itu, Guru Besar Ekonomi Pembangunan Universitas Andalas (Unand), Prof.Dr. Syafruddin Karimi, SE,MA mengatakan, permodalan dari pinjaman bank memiliki dampak yang besar dalam memperkuat usaha UMKM, membantu mereka berkembang dan meningkatkan kontribusi mereka terhadap pertumbuhan ekonomi.
“Pinjaman modal memungkinkan UMKM untuk mengembangkan usaha mereka, meningkatkan produksi, dan memperluas jangkauan pasar. Melalui pinjaman modal, UMKM dapat meningkatkan pendapatan usaha mereka, yang pada gilirannya dapat menghasilkan lebih banyak sumber daya,” jelasnya pada 17 Maret 2024 lalu.
Pinjaman modal yang disalurkan dengan baik juga dapat membantu dalam pengembangan ekosistem bisnis yang lebih luas, termasuk kemitraan dan jaringan yang mendukung pertumbuhan UMKM secara keseluruhan.
Dampak ganda lainnya adalah peningkatan lapangan kerja karena pertumbuhan usaha yang didukung oleh pinjaman modal, membantu mengurangi tingkat pengangguran.
“Dengan demikian, pinjaman modal memiliki efek ganda yang signifikan bagi UMKM, tidak hanya dalam meningkatkan kinerja bisnis mereka tetapi juga dalam mendukung pertumbuhan ekonomi lokal secara keseluruhan,” tuturnya.