KLIKPOSITIF — Beberapa saat lalu jagat hiburan tanah air dihebohkan dengan artis Marshanda yang mendadak hilang di kota Los Angeles Amerika. Marshanda adalah satu dari sekian artis Indonesia yang divonis menderita gangguan mental Bipolar. Apakah kejadian di Los Angeles itu berhubungan dengan penyakit Marshanda itu?
Hari ini kita akan berbicara tentang beberapa hal yang perlu diketahui tentang penyakit gangguan mental Bipolar. Ini akan dapat membantu kita lebih memahami penyakit itu sebab mungkin ada orang yang kita cintai yang menderitanya. Masyarakat saat ini mulai sadar akan pentingnya memelihara kesehatan mental. Apabila dulu gangguan mental dianggap memalukan, kini kebanyakan sudah mulai terbuka dengan harapan dapat meminimalisir efek dari penyakit itu.
Apa Itu Gangguan Mental Bipolar
Gangguan mental bipolar merupakan jenis penyakit kejiwaan dengan diindikasikan adanya perubahan tiba-tiba suasana hati penderitanya. Pengidap gangguan bipolar dapat merasa begitu senang namun tak berapa lama menjadi sangat sedih. Sesuai data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) bahwa pada tahun 2017, terdapat kurang-lebih 45 juta orang di seluruh dunia mengidap penyakit ini. Gangguan bipolar adalah salah satu pemicu utama cacat dan kematian karena bunuh diri. Ini tentu fakta yang sangat mengerikan.
Seseorang dengan gangguan bipolar tidak selalu menunjukkan perubahan suasana hati, kesenjangan “gelap” dan “terang”. Ada beberapa gejala seperti itu, yang disebut episode yang terdiri dari:
- Mania sebuah episode aktif yaitu ketika seseorang dengan gangguan bipolar terlihat begitu energik dan menunjukkan peningkatan aktivitas, serta kebutuhan untuk tidur berkurang dan bahkan mengalami euforia atau kegembiraan yang berlebihan. Seringkali juga muncul peningkatan iritabilitas dan gairah.
- Hipomania lebih rendah dari mania, tetapi orang tersebut juga mengalami peningkatan aktivitas.
- Depresi penderita merasa sedih, tertekan, lelah, sulit berkonsentrasi, ada pikiran tentang kematian atau bahaya pada dirinya sendiri.
- Campuran bisa merupakan gabungan antara episode mania dan depresi.
Bagaimana perasaan atau tindakan seseorang selama episode mereka, serta berapa lama episode berlangsung, tergantung pada individu. Biasanya, episode berlangsung setidaknya seminggu, tetapi ada beberapa penderita yang mengalami gejala dari salah satu episode bahkan hingga beberapa bulan.
Tipe – Tipe Gangguan Mental Bipolar
Sesuai pedoman yang dikeluarkan oleh Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) 5, gangguan mental bipolar ada empat tipe dengan gejala yang bervariasi. Berikut tipe-tipe gangguan bipolar:
- Bipolar I : Gangguan mental ini terjadi satu atau lebih episode manik, dengan atau tanpa muncul episode depresi. Gejala mania yang muncul dapat saja parah, oleh karena itu penderita membutuhkan rawat inap.
- Bipolar II : Diindikasikan adanya pergeseran dari episode hipomanik yang tak begitu parah ke episode depresi.
- Gangguan Siklotimik : terjadi perubahan suasana hati berulang dari depresi dan hipomanik yang bisa berlangsung sampai dua tahun lebih. Episode depresi dan mania tak memenuhi parameter diagnosa dari episode bipolar. Boleh jadi muncul periode suasana hati yang normal, namun periode itu berjalan tak sampai 8 minggu saja.
- Unspesific Bipolar : merupakan gangguan bipolar yang timbul namun gejalanya tak memenuhi kriteria tiga tipe lainnya. Hanya saja gangguan mental ini tetap muncul episode suasana hati manik yang tak normal.
Mendeteksi gangguan bipolar tidaklah mudah, karena gejalanya bisa mirip dengan penyakit kejiwaan lainnya – mulai dari depresi yang akrab bagi banyak penduduk kota besar hingga skizofrenia. Orang dengan gangguan bipolar mungkin juga memiliki kondisi psikologis lain, seperti gangguan kecemasan, yang membuat diagnosisnya menjadi lebih sulit.
Karena itu, dokter bisa membutuhkan waktu lama untuk membuat diagnosis yang akurat. Jadi, diagnosis yang benar bahkan bisa memakan waktu beberapa tahun jika seseorang memiliki gangguan bipolar II yaitu ketika hipomania tidak mempengaruhi kualitas hidup.
Pengobatan Penderita Gangguan Bipolar
Terkadang kita dapat mendengar nasihat seperti “Berhentilah mengkhawatirkannya”, “Berhentilah hidup dalam depresi”, “Nikmati saja hidup.” Orang-orang yang memberikan nasihat semacam ini tidak mengerti bahwa seseorang dengan gangguan bipolar tidak dapat keluar dari episode suasana hati mereka sendiri. Bahkan jika dia menyadari bahwa dia berada di salah satu episode, dia tidak tahu bagaimana menghadapinya, terutama jika itu berdampak serius pada kondisi psikologisnya.
Beberapa obat tertentu untuk gangguan bipolar dapat mengobati mania, hipomania, dan depresi; dan obat yang lain hanya cocok untuk jenis episode atau kombinasi tertentu. Kadang-kadang orang dengan penyakit ini tidak menyadari awal episode, dan setelah perkembangannya, menjadi sangat sulit untuk memperlambatnya, bahkan dengan bantuan obat-obatan. Selain terapi obat, psikoterapi layaknya dalam rehabilitasi narkoba juga penting, di mana dokter akan membantu pasien belajar mengenali dan mengelola gejala awal.
Fakta lain yang sering diabaikan adalah bahwa gangguan bipolar adalah penyakit kronis. Karena itu, setelah munculnya episode pertama, seseorang perlu mencari bantuan dari psikoterapis sesegera mungkin. Perlu dipahami bahwa gejalanya tidak akan hilang dengan sendirinya, dan untuk menghilangkannya atau setidaknya menguranginya, penderita perlu menjalani terapi secara teratur, termasuk pengobatan.
Apakah Bipolar Psikopat?
Tidak jarang sebagian masyarakat melihat dengan ketakutan atau bahkan jijik terhadap orang dengan gangguan bipolar, karena kelompok ini dipandang sebagai psikopat berbahaya yang dapat melakukan sesuatu yang tidak terduga tepat ketika sedang berbincang-bincang atau berkumpul misalnya.
Kita perlu memahami bahwa orang dengan gangguan bipolar seakan-akan menjadi sandera emosi mereka sendiri. Mereka, pada kenyataannya, mengalami pengalaman yang wajar bagi orang biasa, tetapi tidak ketika mereka menginginkannya, dan seringkali dalam situasi yang tidak tepat. Dan tidak ada yang berbahaya dalam hal ini bagi orang lain. Tentu saja, tanpa adanya kelainan psikologis serius lainnya yang dapat memicu agresifitas.
Melihat seseorang dengan gangguan bipolar yang sedang dalam episode mania, orang lain berpikir betapa baiknya dia sekarang, bagaimana emosi positif yang dia alami saat ini. Namun, mania bisa menyiksa baginya, karena, seperti yang dijelaskan sebelumnya, ini adalah emosi yang tidak wajar. Selain itu, sebuah episode dapat menggabungkan suasana hati yang tinggi dan depresi pada saat yang sama, dan orang tersebut pada saat-saat itu merasakan agitasi atau kecemasan yang tidak menyenangkan.
Mereka yang memiliki gangguan ini sering berbicara tentang betapa sulitnya hidup mereka ketika mereka berbagi masalah dengan orang lain. Hal ini dirasakan tidak hanya sebagai penyimpangan pada tingkat skizofrenia, tetapi juga sebagai penyakit yang berbahaya bagi masyarakat. Orang dengan gangguan bipolar mulai dilihat sebagai psikopat yang bisa tiba-tiba mengambil pisau dan menusuk ke dada orang di sebelahnya.
Seperti yang disebutkan di atas, orang dengan gangguan bipolar segera setelah masyarakat mengetahuinya maka banyak yangย dianggap sebagai psikopat berbahaya. Tetapi pada kenyataannya, kita mungkin tidak menyadari bahwa seseorang memiliki penyakit ini. Banyak tokoh terkenal, seperti Van Gogh, Stephen Fry, Mel Gibson dan lainnya didiagnosis menderita gangguan bipolar, namun mereka dapat menjalani kehidupan yang cukup normal.
Dan hal utama yang harus dipahami adalah bahwa tidak semua orang dengan gangguan bipolar harus menderita episode. Banyak orang terkenal dan berbakat memiliki gangguan bipolar I, dan bahkan membantu mereka berprestasi sampai batas tertentu. (*)