PADANG, KLIKPOSITIF
– Direktur Pendidikan Vokasi dan Profesi Kemendikbudristek Beny Bandanadjaya, mengingatkan lulusan Politeknik Negeri Padang (PNP) untuk menguasai keterampilan baru yang dibutuhkan lulusan untuk berhasil.
“Keterampilan itu telah dijuluki dengan keterampilan abad ke-21 atau dalam bahasa inggrisnya 21st century skill,” kata Beny Bandanadjaya dalam orasi Wisuda PNP ke-60 yang digelar di Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) PNP, Sabtu, (24/10/2021).
Keterampilan abad 21 ini, kata dia melanjutkan, dapat dibagi menjadi tiga grup yang masing-masing terdiri dari kelompok kompetensi yang berbeda. Pertama, adalah keterampilan belajar yang mencangkup critical thinking atau kemampuan berfikir kritis, creative thinking atau kemampuan untuk berkreasi, collaborating atau kemampuan untuk berkolaborasi, dan communicating atau kemampuan untuk berkomunikasi.
Kedua, adalah keterampilan literasi yang terdiri dari information literasi atau kemampuan untuk memahami informasi yang diterima, media literasi atau kemampuan untuk membaca dan memahami berbagai media, dan technology literasi atau kemampuan untuk membaca dan memahami teknologi baru.
Kemudian yang ketiga, adalah keterampilan hidup yang terdiri dari fleksibel, inisiatif, sosia, produktif dan eadership. “Semua keterampilan tersebut kita kenal dengan soft skill. Keterampilan inilah yang dicari oleh dunia kerja saat ini dan mendatang, di mana soft skill menjadi ketrampilan yang lebih penting dibandingkan dengan kemampuan teknis atau hardskill,” ujarnya.
Pada laporan LinkedIn's (linked-in) two thousand and nineteen Global Talent Trends, sebut Beny, disampaikan bahwa lebih dari 90 persen pemilik perusahaan yang disurvey melaporkan bahwa soft skill merupakan hal yang lebih penting dibandingkan hard skill.
Kemudian, dari survey terakhir pada 400 pengusaha, 85 persen melaporkan bahwa mereka menginginkan merekrut seseorang yang memiliki kemampuan leadership, komunikasi tertulis dan verbal, fleksibel dan mampu bekerjasama sebagai suatu kemampuan yang paling diharapkan ada dalam calon pekerjanya.
Kemendikbudristek, kata Beny, telah mencanangkan berbagai program untuk dapat mendukung peningkatan soft skill mahasiswa dan lulusan. Diantaranya, program merdeka belajar bagi mahasiswa, dimana mahasiswa diberi kesempatan untuk belajar di luar prodi atau kampus selama paling banyak 3 semester.
Kesempatan belajar di luar prodi ini bagi mahasiswa, sangat bermanfaat sekali bagi mahasiswa. Sebagai contoh, adalah program magang. Dalam kegiatan magang mahasiswa akan dihadapkan pada situasi real dunia kerja saat ini. Di mana mereka akan menghadapi tantangan berinteraksi dengan pekerja lain, dengan atasan dan mendapatkan tugas-tugas dari perusahaan.
“Kegiatan magang ini akan mengajari mahasiswa belajar untuk berkomunikasi, berkolaborasi, membuat laporan tertulis ataupun lisan, serta belajar juga untuk bisa fleksible dalam situasi yang dinamis selama bekerja sebagai mahasiswa magang,” tuturnya.
Selain itu, juga dicanangkan program pengembangan metode pembelajaran problem base learning dan project base learning bagi mahasiswa. Program ini memposisikan mahasiswa sebagai pusat belajar atau student centered learning, di mana mahasiswa yang diminta untuk aktif menyelesaikan suatu problem yang diberikan oleh dosennya secara bersama dalam sebuah kelompok.
“Dosen berfungsi sebagai fasilitator sehingga di sini mahasiswa dengan kelompoknya dapat belajar untuk kritis, kreatif, kolaboratif dan mampu berkomunikasi dengan baik,” ungkap Beny.
Terkait lulusan PNP yang mengikuti wisuda ke-60 ini, Beny yakin bahwa lulusan PNP sudah membekali lulusannya dengan soft skill, apalagi PNP memiliki Misi sebagai institusi pendidikan vokasional terbaik di Asia Tenggara, bermartabat, dan berwawasan internasional tahun 2025.
Menurutnya, Misi PNP tersebut perlu terus dikejar dan diupayakan, karena sangat mendukung program pemerintah dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJPM) 2020 — 2024. Dan tentunya, Misi tersebut menyimpan harapan besar buat pendidikan Politeknik di Indonesia untuk bisa berkembang dan bersaing di kancah global.
“Misi PNP ini sejalan dengan arahan Presiden tentang pembangunan SDM yaitu: “Membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerja sama industri dan talenta global.” kata
Untuk mewujudkan Misi tersebut, PNP harus dapat terus beradaptasi untuk menyediakan lulusan yang relevan dan cakap yang disiapkan dengan baik untuk kebutuhan dunia kerja saat ini, karena kebutuhan akan kompetensi tenaga kerja telah berubah. Seluruh pelaksanaan pendidikan saat ini disesuaikan dengan kebutuhan industri. Mulai dari urikulum, dosen dari industri, magang di industri, hingga kerjasama penelitian dengan industri.
“Saat ini kita berada di era informasi, di mana ekonomi dibentuk oleh teknologi. Perubahan yang signifikan dari industrialisme yang berfokus pada manufaktur. Dengan inovasi baru yang datang membawa harapan yang menarik, tetapi juga diikuti oleh serangkaian tantangan besar bagi lulusan hari ini,” katanya.
Untuk itu, katanya melanjutkan, kerjasama dengan dunia usaha dan dunia kerja yang disebut dengan link and match dan sejauh ini telah dilakukan oleh PNP,
diharapkan dapat menghasilkan produk-produk nyata yang dibutuhkan industri, sehingga pada akhirnya industri akan lebih mengenal politeknik dan lulusannya.
“Link and match diharapkan mampu membuat politeknik menghasilkan lulusan yang siap pakai dan tidak harus menjalani training lagi sebelum bekerja di industri dan perusahaan, sehingga dunia industri sendiri tidak ragu lagi untuk merekrut dan bahkan akan mencari lulusan politeknik, karena kemampuannya dapat diandalkan industri,” katanya berharap.
Wisuda ke-50 PNP itu diikuti okeh 1.055 orang wisudawan dan wisudawati. Menerapkan protokol kesehatan, wisuda tersebut digelar selama tiga hati, yaitu 23-25 Oktober. Selain direktur, wakil direktur PNP, senat, wisuda itu juga dihadiri oleh Dharma Wanita PNP, mitra kerja dan Ketua Ikatan Alumni PNP.(*)