KLIKPOSITIF – Jumlah kunjungan wisatawan ke Sumatera Barat mengalami peningkatan pada Juli 2024 sebesar 28,18% dibandingkan bulan sebelumnya, Juni 2024 (Biro Pusat Statistik). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, peningkatannya mencapai sekitar 20,02%. Peningkatan jumlah wisatawan dalam beberapa tahun terakhir telah membawa dampak besar bagi sektor pariwisata di provinsi ini, namun pada sisi lain juga menyebabkan beberapa permasalahan terhadap lingkungan hidup.
Untuk menjawab tantangan ini, konsep pariwisata berwawasan lingkungan kini mulai gencar diterapkan di berbagai daerah. Pariwisata berwawasan lingkungan, atau sering disebut ekowisata, adalah pendekatan yang memadukan pariwisata dengan pelestarian lingkungan dan penghormatan terhadap budaya lokal.
Menyikapi hal itu, Jumat, 8 November 2024, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Departemen Sosiologi Universitas Negeri Padang melakukan kegiatan inisiatif untuk mendorong promosi pariwisata berwawasan lingkungan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelestarian alam dan mendorong kesadaran sosial terhadap pentingnya lingkungan hidup. Inisiatif ini juga melakukan mengedukasi masyarakat setempat, beserta POKMASWAS dan POKDARWIS Kelurahan Teluk Kabung Selatan, Kota Padang. Ada pun program PKM kali ini merupakan pendanaan RKAAT 2024.
Pada pagi, 8/11 tersebut diawali dengan pembukaan oleh ketua PKM Departemen Sosiologi UNP, Khairul Fahmi, M.Si yang menyampaikan pentingnya masyarakat berperan dalam mewujudkan pariwisata berwawasan lingkungan. Selanjutnya materi PKM disampaikan oleh Dr. Delmira Syafrini (Kapala Departemen Sosiologi UNP), Dr. Muhyyiatul Fadhilah (Kepala Departemen Biologi UNP), Rahmadini Darwas, M.MSI (Dosen Universitas Metamedia) dan Rahimullaily, M.Si (Dosen Universitas Metamedia), masing-masing menyampaikan materi tentang Blue Tourism, perlindungan terumbu karang dan digital marketing pariwisata.
Pelaksanaan PKM ini dihadiri oleh peserta yang terdiri dari masyarakat, Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) dan Kelompok Sadar Sisata (POKDARWIS). Peserta antusias mendapatkan materi yang disampaikan oleh narasumber. Pada kesempatan tersebut, digelar diskusi antara pemateri dan peserta untuk menyampaikan berbagai hal terkait dengan potensi pariwisata termasuk tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pariwisata berwawasan lingkungan.
Seperti dikehatui, potensi wisata yang dimiliki di Sungai Pisang antara lain, budidaya pisang, budidaya terumbu karang, jumlah ikan yang melimpah, wisata antar pulau dan budidaya mangrove sampai melahirkan produk turunan mangrove berupa sirup dan peyek mangrove. Potensi-potensi tersebut dapat menjadi modal penarik wisatawan untuk datang ke Sungai Pisang.
Namun, dari berbagai potensi tersebut, terdapat tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan pariwisata berwawasan lingkungan di Sungai Pisang antara lain, belum adanya produk kekhasan daerah yang dikembangkan di wilayah Sungai Pisang, sarana dan prasarana pariwisata yang masih terbatas, akses jalan menuju wilayah Sungai Pisang yang sulit ditempuh, pengelolaan sampah yang belum maksimal, masih terjadinya praktik penangkapan ikan menggunakan potas yang mengakibatkan kerusakan ekosistem laut, serta belum maksimalnya pengembangan promosi wisata secara digital.
Selain aktivitas diskusi yang dilakukan di dalam ruangan, tim PKM juga melakukan observasi langsung ke lapangan untuk melihat permasalahan dan potensi lingkungan sosial dan lingkungan alam dalam mendukung pariwisata berwawasan lingkungan.
Dari proses pelaksanaan PKM yang telah dilakukan tersebut, tim PKM memberikan sejumlah rekomendasi untuk pengembangan pariwisata dan perlindungan lingkungan di Sungai Pisang. Pertama, perlu adanya penataan manajemen pariwisata di tingkat kelurahan. Kedua, Edukasi pariwisata berwawasan lingkungan kepada masyarakat. Ketiga, mempermudah akses jalan menuju wilayah Sungai Pisang. Keempat, pembentukan dan penguatan kelompok UMKM untuk pengembangan produk khas Sungai Pisang. Kelima, mendorong adanya program bina desa/ nagari melalui PKM perguruan tinggi. Keenam, pengembangan promosi wisata secara digital. Ketujuh, pengelolaan sampah berbasis rumah tangga. Sementara yang kesembilan, berupa pembenahan sarana dan prasarana pendukung pariwisata.