SAWAHLUNTO, KLIKPOSITIF – Dengan terus melambungnya harga pakan beberapa waktu terakhir, membuat para peternak menjadi resah.
Hal ini tentunya menjadi persoalan bersama yang patut dicarikan solusinya oleh berbagai pihak baik pemerintah, sektor swasta, akademisi, perbank-an, dan peternak itu sendiri.
Oleh sebab itu, Tim Pengabdian kepada masyarakat dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas (Unand) melakukan kegiatan sosialisasi pakan murah pada Peternak Unggas di Hall Ombilin Sawahlunto, Senin 15 November 2021.
Kegiatan sosialisasi tersebut diinisiasi dan kerjasama antara Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan (DKP3) Kota Sawahlunto dan PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
Unit Pertambangan Ombilin (PTBA UPO) berhasil menghadirkan sekitar 137 peserta yang terdiri dari 70 orang peternak unggas, 30 orang penyuluh pertanian, dan 37 orang kepala Desa/Lurah yang ada di Kota Sawahlunto.
Pada kesempatan ini, Tim Pengadian Masyarakat Fakultas Peternakan Unand yang diketuai oleh Robi Amizar, S.Pt, M.Si beranggotakan Prof. Wizna, Prof. Mirzah, Dr. Rusfidra dan drh. Yuherman, mencoba memberikan solusi tentang pakan murah dan sehat kepada peternak melalui penggunaan Probiotik.
Materi kegiatan disampaikan oleh Prof. Wizna dan Prof. Mirzah dengan judul “Waretha: Meningkatkan Efisiensi Ransum, Kesehatan Ternak dan Ramah Lingkungan”.
Menurut Wizna, probiotik merupakan mikroorganisme yang menguntungkan bagi ternak melalui peningkatan mikroorgansime usus. Dengan penggunaan probiotik, maka akan meningkatkan berat badan, efisiensi pakan, nafsu makan, keseimbangan mikroorganisme usus, sintesis protein, dan peningkatan sistem kekebalan tubuh.
“Meningkatnya efisiensi pakan, maka akan menyebabkan harga pakan menjadi murah. Karena ternak lebih efisien memanfaatkan pakan untuk pertumbuhan dan produksi,” kata Wizna.
Ia pun juga memaparkan hasil penelitiannya tahun 2017 yang menunjukkan bahwa pemberian probiotik jenis Waretha (100 gram/5000 ekor) melalui air minum pada broiler pada hari pertama ayam datang tanpa diberi fed suplemen lainnya (vitamin, obat) diperoleh peningkatan efisiensi penggunaan ransum dari 61% menjadi 67%.
“Dari penelitian saya ini, pemberian probiotik jenis Waretha juga membuat kandang tidak bau dan alas tidak basah, tingkat kematian turun 70%, serta karkas meningkat dari 67% menjadi 72%,” ujarnya.
“Artinya, hasil panen dari memelihara 3000 ekor ayam broiler dengan berat standar 4250 menjadi 4500 kg maka selisih keuntungan yang diperoleh dari keuntungan standar lebih kurang Rp. 2.500.000,- yang setara dengan upah 2 orang tenaga kerja kandang,” Imbuh Wizna.
Sedangkan untuk unggas petelur seperti itik, puyuh dan bebek (300 ekor), katanya melanjutkan, perlakuannya 100 gram Waretha dimasukkan ke dalam 30 liter air minum dan diberikan saat ternak baru datang. Perlakuan ini diulang setiap minggu/cuaca buruk,” bebernya.
Menurut Mirzah, persoalan pakan unggas memang komplek, terutama soal harga jagung dan dedak yang mahal. Harga jagung merupakan masalah global, regulasi pemerintah tentang importasi jagung (tax), biaya distribusi jagung impor selama covid dan semuanya dibebankan ke pabrik dan menjadikan harga pakan mahal di tingkat peternak.
“Satu-satunya cara adalah sektor pertanian jagung terus ditingkatkan, sehingga kebutuhan jagung lokal bisa terpenuhi dan peternak mampu memformulasikan pakan dengan kombinasi pakan pabrikan seperti jagung dan dedak sesuai kebutuhan,” ujar Mirzah.
Kegiatan sosialisasi ini juga dihadiri narasumber lain seperti PT. Rajawali (Agen Resmi dari PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk) yang menyampaikan materi tentang Usaha dan Beternak di Bidang Perunggasan.
Kemudian dari PT. Bank Nagari dengan materi Sosialisasi Akses Permodalan melalui kredit usaha rakyat (KUR) & kredit lainnya, serta Puskeswan DKP3 Sawahlunto tentang Manajemen Kesehatan Unggas.(*)