Tiga SMK di Padang Kolaborasi Hasilkan Produk Batik untuk Sekolah

Hayati Motor Padang

PADANG, KLIKPOSITIF — Direktur Jenderal (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kiki Yuliati mengatakan, masalah yang dihadapi keluarga saat ini munculnya istilah generasi sandwich.

Di mana, generasi saat ini masuk usia 40 tahun, saat berkeluarga akan menanggung beban hidup yang cukup berat, tidak hanya beban anak-anaknya saja, tetapi juga orang tua mereka. Generasi ini jumlahnya saat ini mencapai 44 persen. Bahkan diprediksi generasi ini jumlahnya akan meningkat mencapai 50 persen pada tahun 2045 nanti.

Untuk mencegah beban hidup berlebihan generasi masa akan datang ini, upaya yang dilakukan pemerintah melalui pendidikan vokasi. Selain mengantisipasi generasi sandwich, tahun 2045 nanti juga ada tantangan mewujudkan bonus demografi.

“Tahun 2045, apa yang dicita-citakan Bung Hatta, Indonesia mencapai usia 100 tahun. Sekitar 12 tahun dari sekarang, Indonesia akan dikelola diurus oleh anak anak SMA sekarang. Mereka akan jadi wali kota, gubernur. Mereka yang akan mengurus Indonesia. Harus dipersiapkan di masa sekarang,” terang Kiki saat kegiatan Launching Braja Batik Program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan, di SMKN2 Padang, Kamis (6/7) .

Menurutnya, melalui program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan ini telah memberikan dukungan terhadap 8 SMK di Sumbar. Yakni, terdiri dari 7 SMK Negeri dan 1 SMK Swasta. SMK ini menerima bantuan tahun 2022 lalu. Bantuan yang diterima berupa bantuan dari industri sebesar Rp7,8 miliar.

Program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan ini merupakan program kolaborasi yang melibatkan sekolah, unsur pendidikan dan industri. Di mana anak-anak akan dapat pengalaman kerja sejak dini.

Di usia 15 tahun, anak-anak di SMK yang masuk kelas 2 sudah bisa ikut magang untuk dapatkan pengalaman kerja. “Jadi melalui program ini maka dihadapkan pada generasi muda yang perlu didisiplinkan dan kerja keras dari dini,” terangnya.

Kiki juga mengucapkan terima kasih kepada Pemprov Sumbar, yang telah mendukung program ini. Di mana melalui dinas pendidikan telah mendorong SMK berkolaborasi dengan pelaku industri. Tidak hanya SMK saja, Kiki juga mengajak SMA untuk ikut dalam pemberikan pembekalan teknis tertentu melalui program ini dengan bekerjasama dengan SMK.

“Lulusan SMK tidak banyak yang melanjutkan studi tapi sudah banyak memasuki dunia kerja. Kita atas nama pemerintah mendukung pemerindah daerah yang telah banyak berkomitmen mendukung perkembamgan SDM di daerahnya,” ucapnya.

Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah mengatakan, generasi sekarang ini untuk disiapkan memimpin Indonesia tahun 2045. “Kesiapan mereka nanti, kita yang jadi pemimpin dan guru hari ini yang menentukan. Bahkan, Presiden RI telah menyiapkan Indonesia menjadi negara 4 terbesar di dunia. Menjadi lumbung pangan dunia, ekonominya terkuat nomor 4 di dunia. Termasuk industri halalnya terbesar dunia,” terangnya.

“Untuk mewujudkannya, sekolah saat ini diberi keleluasaan mengenbangkan kurikulum. Kuncinya sama kepala sekolah. Dinas Pendidikan dapat mendorong kepala sekolah lahirkan inovasi dan sinergi serta kolaborasi dengan berbagai pihak. Tinggal kita di daerah mau ke mana dan apa yang akan dilakukan,” tegasnya.

Pemprov Sumbar menurut Mahyeldi, telah memulai dengan menghadirkan BLUD. Sehingga tamatan SMK betul-betul bisa masuk dunia kerja.
Sementara, untuk tamatan SMA, kondisinya saat ini yang diterima perguruan tinggi hanya 30 sampai 40 persen.

Untuk menyiapkan mereka yang tidak diterima perguruan tinggi dan memasuki dunia kerja, menurut Mahyeldi perlu melibatkan perantau.

“Jadi perantau apapun yang menjadi kebutuhan SDM di rantau, bisa disiapkan mulai sekarang di daerah,” terangnya.

Persiapan lainnya, khusus SLTA, juga beberapa waktu lalu disiapkan 2 ribu siswa SLTA yang memiliki minat dan bakat masuk TNI, Polri dan sekolah ikatan dinas, mulai disiapkan SDM mereka sesuai minat dan bakat mereka.

Direktur CV Novia, Novia Hertini, mengaku bangga sebagai lulusan SMK, bisa membangun dan mengembangkan potensi.

Salah satunya potensi industri tekstil dan Fashion di Sumbar melalui program SMK Pusat Keunggulan Skema Pemadanan.

Melalui program ini industri bisa berkolaborasi dengan SMK dalam menyusun kurikulum belajar, magang guru, sertifikasi guru.

Selain itu membangun kelas industri yang berada di ruang lingkup sekolah, menjadi guru tamu dan membantu melengkapi peralatan kelas industri sehingga bisa menyiapkan cikal bakal Entrepreneurship dari lulusan SMK.

Kegiatan project best learning ini dimulai pada tahun 2022. Novia mengungkapkan industri yang dipimpinnya memberikan bantuan kepada 3 SMK di Sumbar.

Yaitu, SMKN 2 Padang sebesar Rp800.377.000, SMKN 4 Padang (Rp1.738.000.000) dan SMKN 8 Padang (Rp1.265.500.000). Yang mana tahun target produksi 18.000 picis namun hanya terealisasi hanya 45%.

Melalui program ini, masing-masing SMK memiliki peranan. Di mana SMKN 4 Padang dengan jurusan desain komunikasi visual (DKV) berfungsi mendesain motif-motif batik yang akan dicetak di lembaran kertas sublin.

“Kami indusri menempatkan sebuah mesin digital printing tekstil skala indusri (1000 M/hari) dengan nilai Rp1,8 miliar. Selanjutnya SMKN 8 Padang dari kertas sublin dicetak pada lembaran kain dan setelah itu di jahit menjadi kemeja pria dan wanita. Semenara SMKN 2 Padang menjualkan produk yang dihasilkan 2 SMK tersebut secara online dan offline,” terangnya.

“Produk kolaborasi dari 3 SMK ini kami beri nama brand Braja Batik. Alhamdulillah tahun 2023 ini berlanjut dalam kegiatan SMK Pusat Keunggulan Pemadanan dukungan lanjutan. Di mana target produksi tahun ini adalah 40.000 ribu picis. Terdiri dari seragam batik SMK dan SMA dengan motif ciri khas Minangkabau,” terangnya.

Kepala Bidang (Kabid) SMK Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar, Ariswan mengatakan, pekerjaan untuk menghadirkan Braja Batik ini telah dilaksanakan sejak 2021. “Kita kawal Braja Batik, Bahkan hampir familiar di SMK, Kacabdin dan guru. Sudah 18 ribu batik dijahit tahun lalu,” terangnya.

Dengan hadirnya Braja Batik ini, membuktikan SMK bisa berkolaborasi. Hal ini tidak terlepas dari dukungan Pemprov Sumbar secara legalitas formal melalui BLUD.

“Melalui BLUD kolaborasi dengan 16 OPD dan saat ini sudah 38 BLUD hadir di Sumbar,” terangnya.

Saat ini dengan diizinkannya SMK menjahit baju SM. Maka batik untuk SMA seluruhnya diambil melalui Braja Batik, yang jumlahnya mencapai 40 ribu.

 

“Kita juga bisa kerjasama UMKM setempat. UMKM bisa menjahit kalau sekolah tidak mampu menyediakan. Ada 16 sekolah yang miliki keahlian menjahit yang dilibatkan untuk memproduksinya,” terangnya.

Exit mobile version