Terjadi Penurunan Status Danau Maninjau, Menteri PPN: Jangan Sampai Hanya Tinggal Kenangan

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Dr. Suharso Monoarfa mengunjungi Danau Maninjau, yang menjadi salah satu dari 10 danau di Indonesia untuk diselamatkan dari ketercemaran, Kamis (8/4).

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Dr. Suharso Monoarfa mengunjungi Danau Maninjau,

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Dr. Suharso Monoarfa mengunjungi Danau Maninjau, (AMC/Andri Padrianto)

AGAM, KLIKPOSITIF – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Dr. Suharso Monoarfa mengunjungi Danau Maninjau, yang menjadi salah satu dari 10 danau di Indonesia untuk diselamatkan dari ketercemaran, Kamis (8/4).

Kunjungan ini didampingi Wakil Gubernur Sumatera Barat, Ir. Audy Joinaldy, Bupati Agam, Dr. Andri Warman, serta rombongan dari Menteri PPN itu sendiri dan lainnya.

Suharso Monoarfa melihat secara langsung kondisi Danau Maninjau yang kini tengah alami ketercemaran. Bahkan dikatakannya ketercemaran air danau terlihat jelas, yang diakibatkan oleh pakan ikan.

Hal ini karena, pakan yang diberikan kepada biota Danau Maninjau adalah pakan anorganik, sehingga dengan sendirinya pakan akan membentuk sedimentasi di danau.

“Sedangkan seluruh dunia telah beralih ke pakan ternak organik termasuk ikan yang organik, karena tidak menghasilkan sedimen,” ujarnya dikutip dari AMC.

Untuk itu, ia minta Pemkab Agam menerbitkan Perda dan melakukan pemeriksaan, agar pakan ikan dialihkan jadi pakan organik. Selain mudah didapat, harganya jauh lebih murah dibanding anorganik.

“Ini salah satu yang kita mintakan kepada Pemkab Agam, untuk bisa memproduksi pakan ikan organik, yang diikuti oleh Perda untuk menjelaskannya kepada masyarakat,” sebutnya.

Dengan begitu, menurutnya dua atau tiga tahun ke depan sedimen di danau akan berkurang, sehingga tidak terjadi pendangkalan seperti yang dialami Danau Limboto.

Menurut Dr. Suharso Monoarfa, Danau Maninjau berdasarkan hasil penelitian LIPI terjadi penurunan status tropik, dalam waktu hampir 100 tahun.

“Dari oligotropik tahun 1929, menjadi hipertropik di 2016, maka secara komulatif terjadi perubahan yang luar biasa,” ujarnya.

Kondisi ini menjadi dua pilihan yang sangat sulit, satu sisi ingin selamatkan danau dari ketercemaran untuk kepentingan masyarakat, dalam memberikan kehidupan dan kelestarian alam agar keberlanjutan kehadiran danau bisa dinikmati anak cucu.

Sedangkan sisi lain di waktu bersamaan, masyarakat bekerja di keramba sehingga ini menjadi tugas yang berat bagi Bupati Agam, Dr. Andri Warman dalam mengatasinya.

Diharapkannya, Pemkab Agam bersama masyarakat terutama sekitar danau, untuk menjaga dan memelihara danau itu, karena ia sangat kagum dengan Agam yang memiliki kekayaan alam seperti memiliki danau, gunung, laut dan lainnya.

“Jangan sampai nanti Danau Maninjau yang jadi kebanggaan masyarakat Agam ini hanya tinggal kenangan,” katanya.

Exit mobile version