Tata Ruang Rumah Gadang Lebih Utamakan Kepentingan Bersama

Tanah Datar

foto : Lantai atau lanjar di Istano Basa Pagaruyung.

foto : Lantai atau lanjar di Istano Basa Pagaruyung. (kebudayaan.kemendikbud.go.id)

KLIKPOSITIF – Tata ruang Rumah Gadang di Minangkabau idealnya memilikii empat lanjar. Di lantai satu Museum Istano Basa Pagaruyung terlihat ada empat lanjar yakni Lanjar Balai, Lanjar Labuah, Lanjar Bandua, dan Lanjar Bilik.

Tiga lanjar diperuntukkan sebagai tempat berkumpul bersama, sisanya satu lanjar diperuntukkan sebagai tempat tidur. Artinya, tiga per empat dari luas keseluruhan Rumah Gadang diperuntukkan sebagai ruangan bersama dan hanya seperempat yang diperuntukkan sebagai ruang pribadi.

Menurut Penulis Gemala Dewi dalam bukunya Arsitektur Vernakular Minangkabau (2010) menyebutkan bahwa tata ruang Rumah Gadang seperti itu menunjukkan bahwa orang Minangkabau lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi.

Dijelaskan, Lanjar Balai lazimnya digunakan sebagai tempat tamu laki-laki bila diadakan perjamuan. Lanjar Balai terletak pada bagian paling depan. Setelahnya, terdapat Lanjar Labuah dan Lanjar Bandua.

Lanjar Labuah berfungsi sebagai ruang peralihan dari Lanjar Balai ke Lanjar Bandua. Lanjar Bandua digunakan sebagai tempat makan. Adapun lanjar paling belakang, yakni Lanjar Bilik yang diperuntukkan sebagai kamar atau disebut bilik dalam bahasa Minangkabau.

Jumlah bilik tergantung pada jumlah perempuan yang tinggal. Bilik merupakan lambang kekuasaan perempuan yang bersifat pribadi dengan bentuk ruang tertutup, sedangkan Balai, Labuah, dan Bandua merupakan lambang kekuasaan laki-laki yang bersifat umum dengan bentuk ruang terbuka.

Pada masyarakat Minangkabau yang matrilineal, suami hidup di rumah gadang istri. Suami hanya diperbolehkan berada di kamar istri pada waktu dan kondisi tertentu. Sebagai kamar tidur, kamar rumah gadang hanya memiliki satu pintu menghadap ke depan, yakni Lanjar Bandua.

Bilik tidak memiliki jendela pada sisi belakang. Hal ini dimaksud untuk mejaga keamanan perempuan atau suami istri yang tidur di bilik dari gangguan yang datang dari luar.

Bilik-bilik dalam Rumah Gadang yang berjumlah ganjil semuanya difungsikan sebagai kamar tidur anak perempuan yang sudah bersuami, kecuali bagian tengah atau pangkal yang menjadi akses ke belakang rumah.

Peruntukan bilik ditentukan oleh umur perempuan yang telah menikah. Bilik pada bagian ujung Rumah Gadang diperuntukkan bagi anak perempuan yang baru menikah, sedangkan bilik sesudahnya ditempati oleh anggota keluarga perempuan yang telah menikah.

Tata cara ini mengakibatkan terjadinya perpindahan penghuni bilik dalam Rumah Gadang sesuai dengan jumlah anggota keluarga perempuan yang telah berkeluarga. Setiap ada gadis yang baru menikah, maka perempuan yang sudah menikah lainnya pindah bergeser satu ruangan, makin dekat ke pangkal Rumah Gadang.

Urutan penempatan demkian bertujuan untuk mengingatkan perempuan yang tertua bahwa pada masa yang akan datang, bila anggota keluarga Rumah Gadang sudah ramai sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang telah menikah, maka saudara perempuan yang tertua harus mempersiapkan diri membangun Rumah Gadang baru.

Seluruh bagian dalam Rumah Gadang merupakan ruangan lepas kecuali bilik. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang.

Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara tiga dan sebelas.

Sementara itu, menurut Penulis Agusti Efi Marthala dalam bukunya Rumah Gadang (2013), menjelaskan bahwa tata ruang Rumah Gadang tidak dapat dipisahkan dengan konstruksi lantai. Pada Rumah Gadang Koto Piliang, lantai ditinggikan pada anjuang yang terdapat diujung kiri dan kanan rumah gadang dan pada rumah gadang tipe Bodi Caniago tidak memiliki Bandua dan Anjuang, keseluruhan lantai yang terdapat pada rumah gadang Bodi Caniago datar.

Bahan material lantai adalah papan, namun juga ada lantai yang terbuat dari pelupuh (buluh yang diretak-retak) tetapi tidak banyak yang yang memakai bahan pelupuh dibanding dengan lantai papan.

Tata ruang Rumah Gadang Koto Piliang memiliki Anjuang pada kedua ujungnya, Bandua yang ditinggikan dan lantai yang dibagi mengikut lanjar. Rumah Gadang Bodi Caniago tidak memiliki Anjuang, lantainya datar dan ruang rumah juga dibagi mengikut lanjar.

Menurut penulis, Rumah Gadang terdiri dari empat lanjar yaitu Lanjar Bilik, Lanjar Belakang, Lanjar Tengah dan Lanjar Tepi. Tiap-tiap lanjar mempunyai kegunaan tersendiri yang tidak boleh diubah, terutama ketika melaksanakan upacara adat.

Lanjar Tengah atau biasa juga disebut Labuah Gajah karena lanjar ini merupakan lanjar yang besar dan panjang tanpa sekat-sekat atau tiang pembatas. Lanjar ini berfungsi sebagai tempat menanti tamu dari masing-masing kamar, disamping itu sebagai tempat makan dan minum penghuni kamar.

Pada kehidupan sehari hari Labuah Gajah dipakai untuk keluarga seisi rumah duduk bercengkerama dan bersenda gurau. Labuah Gajah juga tempat orang tua-tua atau yang dituakan memberi petuah, menanamkan nilai-nilai kepada yang lebih muda.

Labuah Gajah adalah lambang pendidikan, disinilah tempat menanamkan nilai-nilai tradisi dan tempat yang tua memberi petuah pada yang lebih muda. Juga tempat penghulu memerintah kepada anak kemanakannya.

Pada upacara adat, Labuah Gajah tempat duduk kerabat dan sapangka dan menjadi tempat yang paling sibuk dan ramai karena juga berfungsi sebagai tempat laluan orang ke lanjar yang lain, tempat laluan juadah dan tempat menghidang.

Namun jika upacara adat tersebut upacara besar, seperti upacara Batagak Penghulu jelas tamu yang hadir jumlahnya banyak, dan tidak cukup tempat pada Bandua Tepi, penghulu yang muda-muda atau statusnya lebih muda dalam adat, duduk pada lanjar ini (Labuah Gajah).

Dalam upacara Batagak Penghulu di atas Labuah Gajah dipasangkan tirai langit-langit yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan manik-manik sebagai lambang Baralek Gadang (di atas ditutup tabir langit langit, berjalin dengan tirai berkolom, diapit dengan tirai berlidah tanda alamat duduk beradat).

Lanjar Tapi atau Lanjar Tepi disebut juga dengan Balai atau Bandua Tapi, yaitu lanjar yang terletak di bagian paling depan dari tata ruang Rumah Gadang yang berbatas dengan dinding, jendela dan pintu depan jika rumah tersebut memiliki pintu depan. Pada bahagian ini ditempatkan tamu yang terhormat.

Tempat ini juga dipergunakan sebagai tempat tamu lelaki dalam upacara-upacara adat dan upacara jamuan makan.

Pada Upacara Batagak Penghulu, Lanjar Tepi diperuntukan untuk para penghulu. Bandua Tapi lambang beradat atau lambang berbudaya.

Sambah menyambah lebih banyak dilakukan oleh para penghulu yang duduk di Bandua Tapi dan mengisyaratkan bahwa peranan Bandua Tapi mempunyai peran yang penting. Bandua Tapi dihiasi dengan tabir bersulam benang emas yang memberi kesan semarak.

Jadi tata ruang di Rumah Gadang menunjukkan bahwa orang Minangkabau lebih mengutamakan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi. (*)

OPINI: Irfan Taufik

Exit mobile version