Sumbar Berusia 76 Tahun, Masih Banyak yang Perlu Dibenahi

DPRD Sumbar

Sumbar Berusia 76 Tahun, Masih Banyak yang Perlu Dibenahi

Sumbar Berusia 76 Tahun, Masih Banyak yang Perlu Dibenahi (Ist)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PADANG, KLIKPOSITIF – Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) menggelar rapat paripurna memperingati Hari Jadi Provinsi (HJP) ke-76, Jumat (1/10/2021). Kali ini, merupakan peringatan HJP ketiga sejak ditetapkannya Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2019 tentang HJP.

Ketua DPRD Provinsi Sumbar Supardi, mengawali rapat paripurna, Jumat pagi menegaskan, penetapan tanggal 1 Oktober 1945 sebagai HJP dilakukan setelah melalui proses panjang kajian dan pembahasan. “Semua itu tidak terlepas dari perjalanan sejarah Sumatera Barat sebagai satu kesatuan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), sehingga diambil satu titik atau momen penting yang menjadi dasar penentuan hari jadi yang disepakati dan diterima oleh semua pihak,” sebutnya.

Peringatan HJP, lanjut Supardi, bukan sekedar untuk euforia sejarah. Namun hendaknya menjadi titik balik evaluasi dalam penataan pembangunan untuk membawa Sumbar lebih maju lagi. Kondisi saat ini, katanya, masih banyak yang harus dibenahi. Sumbar masih ketinggalan dalam banyak hal. Cita-cita mewujudkan Sumbar yang madani maju dan sejahtera berbasis sumber daya manusia yang agamais belum seutuhnya dapat diwujudkan. “Sebagai refleksi, 76 tahun usia Sumbar adalah waktu yang panjang untuk membangun daerah namun cita-cita itu belum seutuhnya dapat diwujudkan,” papar Supardi.

Dia mengungkapkan, angka kemiskinan Sumbar masih cukup tinggi, 6,56 persen. Tingkat pengangguran terbuka berada pada angka 6,86 persen. Bahkan, indek daya saing daerah, Sumbar berada pada urutan terbawah se-Sumatera dengan skor 0,0208. Merunut ke belakang, Sumbar dulunya adalah daerah “industri otak”. Melahirkan SDM berkualitas yang telah menunjukkan eksistensinya di tingkat nasional dan internasional. Banyak tokoh-tokoh bangsa yang lahir dari Bumi Sumatera Barat. “Itu karena adanya sistem pendidikan yang maju dan terintegrasi dengan pembangunan karakter. Namun dalam beberapa dekade pendidikan di Sumbar mulai tertinggal dari daerah lain dan tidak lagi menjadi daerah tujuan utama untuk menuntut ilmu pengetahuan,” katanya.

Dari sisi semangat dan cita-cita “Kembali ke Nagari” dalam artian harfiah menurut Supardi juga masih jauh dari harapan. Lahirnya UU nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang telah menberikan dukungan kembali ke nagari belum dapat dimaksimalkan. Falsafah Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) sudah mulai tergerus oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan tekonologi informasi. “Nilai dan norma ABS-SBK sudah jarang dipublikasikan dalam kehidupan keseharian masyarakat. Begitu juga dengan peran dan fungsi “Tigo Tungku Sajarangan” sudah mulai terabaikan.

Banyak keputusan strategis yang berkaitan dengan masyarakat yang kadang tidak melibatkan unsur penting tersebut,” ujarnya. Selain itu, Supardi juga membeberkan bahwa HJP, hari lahir daerah belum menggema di tengah masyarakat dan instansi pemerintah daerah. Bahkan banyak penyelenggara pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten dan kota yang tidak tahu.

“Gaungnya (HJP) belum membahana, belum terlihat memberikan nilai dan makna yang dapat mengilhami. Pemerintah daerah perlu lebih membumikan semangat agar menumbuhkan semangat dan rasa cinta dan rasa bangga sekaligus sebagai sumber motivasi membangun daerah,” tegasnya.

Supardi menyampaikan, refleksi tersebut diharapkan menjadi bahan renungan bersama bahwa masih banyak hal yang harus dikerjakan dan dibenahi. Agar cita-cita mewujudkan Sumbar yang madani, maju dan sejahtera berbasis SDM yang agamais dapat dicapai. Dia berharap peringatan HJP menjadi momentum untuk bangkit dan lepas dari ketertinggalan. Dalam rapat paripurna peringatan HJP kali ini, hadir beberapa tokoh Sumatera Barat yang akan menyampaikan pandangan. Antara lain Profesor Ahmad Syafi'i Ma'arif dengan pandangannya terkait filosofi ABS-SBK. Kemudian ada Profesor Rochmin Damhuri pakar kelautan dan perikanan IPB, Profesor Helmi pakar pertanian Unand serta Yusbir “Yus” Datuak Parpatih, tokoh adat yang akan menyampaikan pandangan tentang “Adat Nan Tak Lakang dek Paneh Tak Lapuak Dek Hujan”, bagaimana filosofi ABS-SBK menghadapi tantangan perkembangan zaman.

Exit mobile version