Sentil Para Buzer, Rocky Gerung: Apakah Ini yang Disebut Sebagai Revolusi Mental?

Rocky memberi contoh bahwa ketika Tengku Zulkarnain yang seorang ulama wafat, sebagian buzzer justru seolah-olah bergembira bahkan mengeluarkan kalimat-kalimat hinaan.

Rocky Gerung

Rocky Gerung (Net)

KLIKPOSITIF – Hari Raya Idul Fitri kali ini Rocky Gerung sentil para buzer. Menurutnya, mereka (Buzer) sangat fanatik terhadap kekuasaan, hal itu menyebabkan dua belah pihak terpecah belah persatuan.

Rocky Gerung sebut buzer fanatik kekuasaan itu dilontarkan dalam video berjudul 'Lebaranok' yang ditayangkan oleh Rocky Gerung Official pada Kamis, 13 Mei 2021.

Awalnya, Hersubeno Arief sebagai pewawancara menyampaikan harapan bahwa suasana Idul Fitrih ini dapat membawa suasana kebaikan.

Hersubeno menilai bahwa di lebaran ke dua dalam situasi pandemi ini, Indonesia menghadapi tekanan yang luar biasa, baik dari segi ekonomi, sosial, dan politik.

Rocky Gerung lalu menimpali, memamg selalu ada harapan bahwa bangsa dapat dieratkan kembali.

“Tetapi kita juga musti lihat fakta kerasnya bahwa ini buzzer, para fanatik kekuasaan itu terus mengucapkan hal-hal yang memecah belah, gitu,” katanya.

Rocky memberi contoh bahwa ketika Tengku Zulkarnain yang seorang ulama wafat, sebagian buzzer justru seolah-olah bergembira bahkan mengeluarkan kalimat-kalimat hinaan.

“Saya bertantanya dalam dua hari ini, apakah ini yang disebut sebagai revolusi mental? Apakah ini yang pernah dijanjikan oleh Presiden Jokowi untuk mengumpulkan rasa kewarganegaraan kita?” kata Rocky Gerung.

“Jadi, seolah-olah bagian yang paling dasar dari bangsa ini yaitu persatuan Indonesia, persatuan berbasis kesetaraan di dalam wilayah muamalah itu dilupakan untuk dihimpun,” tambahnya.

Rocky melanjutkan bahwa kekuasaan cenderung lebih mengontrol aspek-aspek politik ketimbang mengeratkan aspek-aspek sosial.

Rocky juga menyinggung, ia menerima kenyataan bahwa pandemi Covid-19 memporak-porakdakan kenikmatan dalam berwarganegara karena adanya keharusan social distancing.

“Tetapi, di belakang itu, moral kita justru menjadi keropos karena kekuasaan terus arogan. Tidak ada tanda-tanda bahwa kekuasaan ini mau memulihkan kembali keakraban bangsa ini yang pernah kita miliki bahkan jauh sebeluk Indonesia merdeka,” tandasnya.

Sumber: Suara.com

Exit mobile version