Selama Enam Bulan, Kasus TBC di Pasbar Capai 407

Dinas Kesehatan Pasaman Barat (Pasbar), Sumbar mencatat jumlah penderita tuberkulosis (TBC) di Pasaman Barat terhitung Januari hingga Juni 2021 mencapai 407 jiwa

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Pasaman Barat, dr Gina Alecia

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Pasaman Barat, dr Gina Alecia (Irfansyah Pasaribu)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PASBAR, KLIKPOSITIF – Dinas Kesehatan Pasaman Barat (Pasbar), Sumbar mencatat jumlah penderita tuberkulosis (TBC) di Pasaman Barat terhitung Januari hingga Juni 2021 mencapai 407 jiwa.

Dari 11 kecamatan yang ada di Pasaman Barat, kasus TBC tertinggiberada di wilayah Kecamatan Sungai Aur dan Kecamatan Lembah Melintang yang masing-masingnya berjumlah 45 kasus.

Meski dengan jumlah kasus yang sama, berdasarkan jumlah populasi di Kecamatan Sungai Aur lebih sedikit dari pada jumlah populasi Kecamatan Lembah Melintang.

Selanjutnya Kecamatan Koto Balingka sebanyak 22 kasus dan menyusul posisi selanjutnya Kecamatan Sungai Beremas dengan sebanyak 20 kasus.

Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Pasaman Barat, Dokter Gina Alecia menerangkan, penyakit menular yang menyerang saluran pernafasan itu dapat menginfeksi segala usia, mulai dari balita hingga lansia.

“Jumlah penderita TBC di Pasaman Barat tergolong tinggi di Sumatera Barat. Namun sejak COVID-19 terjadi penurunan penemuan kasus dan saat ini berada di posisi 6 besar. Penyakit ini bisa menyerang segala usia,” terang Dokter Gina, Rabu (1/9/2021) kepada KLIKPOSITIF.

Menurutnya penyebaran penyakit ini disebarkan oleh penderita TBC yang belum terobati, sehingga kuman mikrobakterium tuberkulosis akan ditularkan tanpa disadari oleh penderita melalui batuk atau air ludah kepada orang di sekitarnya.

Lanjut Gina, jika penderita ini sudah tertangani masa penyembuhan bisa mencapai 6 sampai 8 bulan baru bisa dikategorikan sembuh total. Sedangkan ciri – ciri penderita TBC yakni mengalami batuk berdahak lebih dari 2 minggu, demam tidak tinggi, berat badan turun, keringat malam tanpa aktivitas dan sesak nafas.

Sedangkan berdasarkan pengelompokkan umur, penyakit TBC dapat menyerang usia di segala umur, akan tetapi yang paling banyak terserang penyakit pada pada usia produktif yakni dari usia 15 sampi 64 tahun.

Jika dipersentasekan pada pengelompokan umur, usia 0-14 tahun sebanyak 6,14 persen, usia 15-64 tahun sebanyak 54,79 persen dan lebih dari usia 65 tahun sebanyak 39,07 persen.

“Jadi hampir merata presentasinya mulai dari nol tahun sampai lansia. Tapi rata-rata penderita ini terserang di usia produktif berdasarkan data yang kita catat,” ulasnya kembali.

Gina juga menyebut proses penularan TBC juga mirip dengan penularan COVID-19 yakni melalui droplet atau percikan ludah.

“Antara TBC dan COVID-19 ini memang hampir mirip sama-sama penularannya lewat droplet infection, lalu juga sama-sama menyerang organ paru-paru, saluran pernafasan, saraf, kulit dan tulang,” sebutnya.

Untuk itu, Gina menjelaskan upaya penanganan kasus TBC di Pasaman Barat dengan cara mendeteksi dini bagi orang yang pernah kontak erat dengan penderita TBC.

“Penanganan kasus TBC tetap kita prioritaskan di masa pandemi. Dengan deteksi dini temuan kasus TBC yang pernah kontak erat dengan penderita,” jelasnya.

Selain itu kata dia, pihaknya juga menyosialisasikan upaya pencegahan layaknya protokol kesehatan COVID-19 seperti memakai masker, jaga jarak dan mencuci tangan pakai sabun.

“Kami sosialisasikan pencegahan seperti memakai masker dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi. Untuk itu dalam menangani COVID-19 kita tidak meninggalkan kasus TBC, karena kasusnya masih cukup tinggi,” tutupnya.

Exit mobile version