PAYAKUMBUH, KLIKPOSITIF — Desran Benjamin Kay yang akrab dipanggil Tio yang tinggal di Jalan Gucci, Kubang Gajah, Limbukan, Kecamatan Payakumbuh Selatan, Kota Payakumbuh, menjadikan Ramadan 1438 Hijriah sebagai puasa pertama dirinya setelah memutuskan memeluk agama Islam sejak 31 Maret 2017.
BACA JUGA: http://pendidikan.klikpositif.com/baca/15171/oji-peluk-islam-setelah-dapat-pesan-melalui-mimpi
BACA JUGA : http://pendidikan.klikpositif.com/baca/14980/emalia-peluk-islam-setelah-merantau-ke-pessel
Desran Benjamin Kay atau Tio pemuda asal NTT, yang merantau hingga ke Payakumbuh dulunya beragama Kristen memutuskan memeluk Islam setelah ditempat kerjannya sebagai tungkang pangkas rambut yang ada di depan Masjid selalu mendengarkan azan, lantunan ayat suci al-quran, ceramah agama, dan melihat orang beribadah. Sehingga setelah memantapkan diri, ia pun mengutarakan keinginannya kepada keluarga angkatnya di Payakumbuh untuk memeluk Islam.
Tio masuk Islam setelah membacakan dua kalimat syahadat dihadapan Ketua Baznas Limapuluh Kota Desembri Chaniago yang disaksikan langsung oleh mantan Sekdakab Limapuluh Kota Yendri Thomas di salah satu masjid Kantor Bupati Limapuluh Kota.
Saat ditemui di rumahnya, Tio yang bekerja sebagai juru pangkas rambut ini mengakui keinginan dirinya menjadi muslim datang dari dirinya sendiri dan tanpa paksaan. Ia menceritakan, sebelum dirinya hijrah ke Payakumbuh, Tio bekerja di salah satu hotel di kawasan Nusa Dua, Bali.
“Saya berasal dari Desa Sedeon, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dulu bekerja di Bali dan punya kawan yaitu Febrianto yang berasal dari Payakumbuh,” kata Tio saat menceritakan kisahnya untuk memeluk Islam, Minggu 28 Mei 2017.
Di Bali, ia mengakui banyak bergaul dan berteman dengan orang muslim, salah satunya adalah Febrianto yang bekerja di salah satu pangkas rambut atau Barber Shop di Kawasan Nusa Dua. Saat di Bali, ia pun pernah berkeinginan untuk menjadi seorang muslim.
Tapi keinginan tersebut baru tercapai setelah dirinya beberapa bulan menjalani kehidupan baru di Payakumbuh. Awal kedatangannya ke Payakumbuh, ia terlebih dahulu bertemu dengan salah seorang mahasiswa yang berasal dari Pesisir Selatan.
“Sebelum ke sini saya ke Pesisir Selatan dan tinggal bersama mereka beberapa hari. Baru saya ke Payakumbuh dan langsung mencari tempat tinggal. Setelah beberapa hari di Payakumbuh, langsung menghubungi Febrianto,” katanya mengenang saat pertama kali ke Payakumbuh.
Setelah beberapa bulan di Payakumbuh dan belajar memangkas rambut dengan Febrianto yang telah menetap di Payakumbuh, ia pun akhirnya mendapatkan kesempatan bekerja di salah satu pangkas rambut yang berada di depan Masjid Kubang Gajah Said Warafiatu Ghomidi, Perumnas Kubang Gajah.
Berawal dari sana, ia menceritakan dirinya selalu mendengarkan azan, lantunan ayat suci quran, ceramah agama, dan melihat orang beribadah. Sehingga setelah memantapkan diri, ia pun mengutarakan keinginannya kepada keluarga angkatnya yaitu keluarga dari Febrianto.
“Saat dengar azan dan orang membaca quran hati saya menjadi tenang dan damai. Saya tidak tahu itu selalu terjadi, apalagi saat melihat orang ibadah Jumat dan mendengar kata Aamiin, saya merinding,” kata Tio yang lahir di Sedeon, 16 Desember 1995.
Kini ia pun memutuskan untuk tinggal bersama keluarga angkatnya dan siap menerima konsekuensi atas keinginannya untuk menjadi muslim. Di keluarganya yang non muslim, ternyata juga ada yang memeluk agama islam yaitu adik sepupu dari ibunya yang tinggal di NTT.
Pada bulan Ramadan perdananya, ia mengaku cukup senang menjalani hari-hari tanpa mencicipi makanan atau minuman di siang hari. Meskipun di sahur pertamanya harus kebobolan karena ketiduran dan tidak sempat sahur.
“Saya senang bisa puasa. Rasa lapar tidak terasa karena bekerja,” kata Tio singkat.
Sementara itu, Febrianto yang merupakan teman dari Tio menilai bahwa ia anak yang baik, mulai dari kenal di Bali hingga saat ini tinggal bersama keluarganya. Terkait keinginan untuk menjadi muslim, Febrianto mengatakan bahwa niatan tersebut pernah dilontarkannya saat masih sama-sama di Bali.
“Dulu pernah cerita ingin menjadi muslim. Tapi saya tidak terlalu menanggapi karena dikira becanda. Ternyata setelah di Payakumbuh niatan itu benar-benar dilakukannya tanpa adanya paksaan dari kami sekeluarga,” kata Febrianto.
Ia menambahkan bahwa orangtuanya, Teti (45) pernah mengingatkan Tio saat dirinya ingin menjadi muslim. Tapi ia tetap ingin menjadi muslim dan pihak keluarga pun setuju dan mengabulkan keinginannya menjadi seorang muslim.
“Semoga ia dapat menjadi seorang muslim yang taat nantinya,” kata Febrianto mengakhiri. (Ade Suhendra)