Sejarah PEDATI Bukittinggi, Digagas 9 Tokoh dan Terinspirasi dari Reformasi

Hayati Motor Padang

BUKITTINGGI, KLIKPOSITIF – Pesta Budaya Seni Pameran Dagang dan Industri (PEDATI) ke 12 digelar di Bukittinggi mulai 15 hingga 31 Desember 2022.

Kegiatan ini dipusatkan di Lapangan Kantin dan Jam Gadang. Wali Kota Bukittinggi, Erman Safar mengatakan kegiatan ini sudah vakum sejak 2011 silam.

Pemerintah memutuskan melanjutkannya tahun ini dengan tujuan mengangkat kembali budaya maupun geliat ekonomi warga.

Pemko Bukittinggi menganggarkan APBD senilai Rp 1,5 miliar dan melibatkan lebih dari 2.500 relawan.

Ada sejumlah kegiatan dalam acara ini, seperti festival musik, pameran seni yang melibatkan paguyuban, karnaval hingga pameran UMKM.

Erman Safar mengatakan dia hanya melanjutkan gagasan dari wali kota terdahulu maupun para penggagas kegiatan yang berjumlah 9 tokoh ini.

Dalam sejarahnya, PEDATI pertama kali digelar pada 2001 silam, di bawah kepemerintahan Wali Kota Djufri sekaligus merupakan inspirator.

9 Orang Penggagas Pedati

Di tahun 2000, muncul sebuah pertemuan yang melibatkan 9 tokoh dengan dasar pikir dan pikiran utama berlandaskan demo reformasi mahasiswa 1998.

Pasca demo, memang terjadi sejumlah hal yang berpotensi memecah persatuan dan kesatuan bangsa. Perlu satu hal yang menyatukan semua itu, ini yang menjadi salah satu alasan pertemuan.

Pertemuan berlangsung di Kapau. Ke 9 tokoh yang hadir adalah Tuanku Rismaidi, Nasrul M.Phietra, Zulfian Mami, Nursal Syam, Imran Pado, Irfianda Harma, Maderizal, Chon Piliang dan Adeks Rossyie Mukri.

Tuanku Rismaidi

Menurut salah satu tokoh yang hadir, Tuanku Rismaidi, hasil kesepakatan dari pertemuan itu adalah mengadakan pertunjukan kebudayaan dan kesenian yang didukung dengan pameran dagang serta industri.

“Oleh Maderizal diusulkan namanya Pesta Budaya Seni Pameran Dagang dan Industri, kemudian disingkat jadi PEDATI,” kata Rismaidi, Senin 19 Desember 2022.

Dalam kegiatan itu, ke 9 pria itu membagi pekerjaan, Nasrul M.Phietra mengurus bidang seni dan kebudayaan, Maderizal mengkoordinir urusan pameran dagang dan industri.

Kemudian Irfianda Harma, Zulfian Mami dan Nursal Syam mengurusi bidang pendanaan.

Sementara, Rismaidi dan Imran Pado membantu pula di bidang pendanaan, Chon Piliang mengurus pameran dan perlengkapan. Terakhir, Adeks Rossyie Mukri membantu mengurus pertunjukkan budaya dan seni.

Akhirnya PEDATI pun resmi digelar pada 2001 dan terus berlanjut hingga tahun berikutnya.

PEDATI Awal Belum Pakai APBD

Tuanku Rismaidi mengatakan dari penyelenggaran PEDATI 1 hingga 3, pendanaan kegiatan murni dari donatur dan hasil stand atau pameran.

Donaturnya adalah Irfianda Harma, Trismon, Ramlan Nurmatias, Nelson Septiadi, Erizal PU.

“Mulai PEDATI 4 baru Pemko Bukittinggi membantu lewat APBD senilai Rp 7,5 juta,” ungkapnya.

Pada PEDATI V, ajang ini berhasil mencuri perhatian setelah mendapat Apresiasi Pariwisata Indonesia (API) dari Menteri Pariwisata I Gde Oka. Menteri Pariwisata menambah tagline menjadi PEDATI Nusantara dengan tema Pesta Budaya Rakyat Pemersatu Bangsa.

Kegiatan ini terus mengundang kesuksesan, pada PEDATI ke 6, Pemko membantu lewat APBD senilai Rp 225 juta. Pesertanya tak hanya lokal, namun meluas ke tingkat nasional hingga negara tetangga Asean.

Pada penyelenggaraan ke 7 dan 8, pemerintah terus menggelontorkan APBD dan nilainya meningkat menjadi Rp 275 juta.

“Namun, PEDATI ke 9 tidak diselenggarakan. Tahun berikutnya kembali dilaksanakan dengan ketua pelaksana H.Herman, bantuan APBD senilai Rp 325 juta,” kata Rismaidi.

Dalam tahun 2011 atau satu Dasawarsa PEDATI, kegiatan ini disandingkan dengan Bukittinggi Safari Lintas Wisata (BSLW) ke Bengkalis Riau. Ini menjadi kegiatan terakhir.

“Roh PEDATI adalah persatuan dan kesatuan bangsa dipersandingkan dengan Peringatan Sumpah Pemuda. Maka pelaksanaan dari yang 1 ke 10, pembukaannya tetap tanggal 28 Oktober dan berakhir pada 6-10 November,” kata Rismaidi.

Apresiasi Kepada Pemko Bukittinggi

Politisi senior Bukittinggi itu mengapresiasi dan mengucapkan terimakasih kepada Pemko Bukittinggi telah menggelar kembali kegiatan ini.

“Kita ucapkan terimakasih dan selalu mengiringinya dengan doa, semoga lancar dan sukses,” kata dia.

Tuanku Rismaidi tidak mempermasalahkan tanggal pelaksanaan yang berbeda, asalkan roh kegiatan tetap sama dengan kepentingan persatuan dan kesatuan bangsa.

“Yang penting tetap akhir tahun dan kegiatan ini jangan dihubungkan dengan peringatan yang lain seperti tahun baru atau natal,” pesannya.

(*)

Exit mobile version