Rumah Dihantam Longsor, Janda Tua Pasrah Tinggal di Pinggang Bukit Pegambiran

Rumah yang dihantam longsor itu masing-masing rumah milik Rosmi (65) dan rumah anaknya, Rat (44) yang tinggal bersebelahan, di Jalan Berlian II Nomor 8, Pegambiran. Di rumahnya, Rosmi tinggal bersama anaknya Pia (27), menantunya, Doni (34) dan dua cucunya.

Buk Rosmi (65) membersihkan longsoran di depan rumahnya, pada Kamis (30/9/2021)

Buk Rosmi (65) membersihkan longsoran di depan rumahnya, pada Kamis (30/9/2021) (Ist)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

KLIKPOSITIF – Hujan deras yang melanda Kota Padang sejak Rabu (29/9/2021) pagi mengakibatkan dua rumah di pinggang Bukit Pegambiran, RT 03/RW 06 Kelurahan Pegambiran Ampalu Nan XX Kecamatan Lubuk Begalung Padang dihantam longsor sekitar pukul 18.30 WIB. Meski longsor tidak memporak-porandakan rumah tersebut, namun air longsoran sempat memasuki sejumlah kamar di dua rumah tersebut.

Rumah yang dihantam longsor itu masing-masing rumah milik Rosmi (65) dan rumah anaknya, Rat (44) yang tinggal bersebelahan, di Jalan Berlian II Nomor 8, Pegambiran. Di rumahnya, Rosmi tinggal bersama anaknya Pia (27), menantunya, Doni (34) dan dua cucunya.

“Kejadiannya pada Rabu magrib, air yang bercampur lumpur turun dari atas bukit mengenai bagian belakang dan bagian samping rumah,” tutur Rosmi, janda tua yang memiliki 6 anak.

Akibat kejadian itu, keluarga tersebut harus berjuang pada malamnya untuk membersihkan kamar rumah dari air longsoran agar bisa tidur pada malamnya.”Mau kemana kami mengungsi? Karena itu rumah ini dibersihkan tadi malam,” ujar Rosmi.

Hingga paginya, Rosmi dan dua menantunya Doni dan Edi masih bekerja keras membersihkan lumpur yang masih menggunung di depan rumah dan yang menutupi jalan ke rumah yang tepat berada di belakang Mushalla Nurul Falah Pegambiran itu.

Rosmi mengaku tinggal di rumah yang sangat sederhana itu sejak tahun 1977. Rumah itu adalah pembelian almarhum suaminya Misno yang meninggal pada Juli 2019. Rumah itu sudah dua kali terkena longsor. “Sekitar tahun 2000-an. Saya tidak ingat persis tahunnya,” kata Rosmi.

Meski longsor mengancam keselamatan jiwa dirinya dan keluarga anak cucunya, Rosmi mengaku akan tetap bertahan tinggal di Bukit Pegambiran itu.

“Kemana mau pindah, kami tidak punya tanah dan uang untuk membeli rumah. Mau pulang ke kampung di Malalak juga tidak bisa, karena kami tidak punya tanah di kampung,” tutur wanita tua itu, pasrah.

Ia berharap pemerintah dapat membantu memikirkan nasibnya. Apalagi kondisi rumahnya yang sudah reot dan atapnya bocor di sana-sini. “Mudah-mudahan ada perhatian pemerintah,” ujar Rosmi yang biasa dipanggil Uwaik oleh warga setempat.

Ketua RT03/RW06 Anwar Rajo Lelo mengakui kondisi yang dialami Rosmi. “Rumah Buk Rosmi memang rawan. Harusnya dibangun dam di atas sehingga aman dari longsor. Tapi kita maklum, beliau tidak memiliki biaya,” kata Anwar (66).

“Mudah-mudahan ada pihak-pihak yang mau membantu Buk Rosmi,” harap Anwar.

Empat Rumah Terancam

Jalur pinggang Bukit Pegambiran merupakan area yang sangat rawan dihuni. Menurut tokoh setempat, Men (50), ada empat rumah yang berada dalam ancaman longsor setiap saat. Rumah tersebut selain rumah Rosmi dan anaknya, juga ada rumah Subagio (64) dan rumah Yusdi (65) yang merupakan Ketua RW 06.

“Rawan sekali di sini. Sering longsor. Ini tanah saya yang di pinggang bukit ini juga terancam, karena tanah di atasnya sudah rengkah,” kata Men, yang memiliki tanah di atas bukit tersebut.

Ketua RW 06 Rusdi mengaku areal perbukitan Pegambiran itu rawan longsor.”Tahun 2013 rumah saya dihantam longsor. Akibatnya rusak parah. Untung saat itu dibantu Pemda. Dan, di bagian atas tanah rumah saya dibangun fondasi penahan longsor sehingga lebih aman,” katanya.

Terkait musibah Rabu, Rusdi akan melaporkannya ke lurah Pegambiran untuk ditindaklanjuti. “Harapan kami, pembangunan fondasi penahan longsor juga dilanjutkan ke arah rumah Ibu Rosmi,” kata Yusdi. (*)

Exit mobile version