Rombongan DPD Hanura Sumbar Ziarahi Makam Syekh Muhammad Yunus Tuanku Sasak, Sahabat Inyiak Canduang

KLIKPOSITIF – Minangkabau terkenal dengan daerah yang banyak melahirkan ulama ulama besar, salah satunya Muhammad Yunus gelar Tuanku Sasak (18 September 1879-28 Oktober 1975). Tunaku Sasak adalah ulama dari Kapa, Pasaman Barat.

Senin (6/11/23) kemarin, rombongan DPD Hanura Sumatera Barat (Sumbar) menziarahi Syekh Tuanku Sasak. Seperti diketahui Syekh Muhammad Yunus merupakan sahabat dari inyiak Candung, Syekh Sulaiman Arrasuli.

Rombongan dipimpin langsung Ketua DPD Hanura Sumbar Febby Dt Bangso, Ketua Bappilu Hanura Ferizal Ridwan dan pengurus plus caleg Hanura lainnya.

Namun, di sini menariknya. Febby Dt Bangso memang sangat menghormati ulama ulama, termasuk ulama besar.

Soal Syech Tuanku Sasak menurut Febby dikenal sebagai salah satu ulama Kaum Tua di Minangkabau yang turut serta dalam pembentukan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti).

Berdasarkan literatur yang ada, Muhammad Yunus lahir pada 18 September 1879 di Kapa, salah satu nagari di antara Sasak dan Gunung Pasaman, dari pasangan Abdul Latif Pakiah Tunjuang dan Lukiah. Pendidikan agama pertama Yunus diperoleh dari ayahnya sendiri.

Setelah tamat sekolah rakyat, ia mulai merantau untuk pergi belajar kepada ulama di luar kampungnya. Beberapa ulama yang Yunus temui untuk belajar antara lain: Syekh Abdul Gani Batu Basurek, Tuanku Ismail Pisang Hutan, Tuanku Ampalu Tinggi, dan Syekh Ibrahim Kumpulan.

Dari dua nama terakhir, ia memperoleh ijazah mursyid Syattariyah dan Naqsyabandiyah.

Di tahun 1919, Tuanku Sasak kembali ke Kapa untuk mengajar di surau. Sejak itu, ia terlibat dalam beberapa perhimpunan ulama Kaum Tua di Minangkabau.

Pada 1921, ia bergabung ke Ittihad Ulama Sumatera yang didirikan oleh Syekh Saad Mungka. Ia juga terlibat dalam pembentukan Perti yang diusung oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli pada 1928.

Menurut Febby, berdasar literasi yang didapatnya, Halakah di Surau Tuanku Sasak sempat bertransformasi menjadi Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI).

“Beberapa karya tulis Tuanku Sasak yang diketahui ialah Kitab Himpunan Hadis yang terbit pertama kali di Bukittinggi pada 1938. Kitab ini memuat kumpulan hadis mengenai qunut beserta penjelasannya,” ujar Febby sesuai literasi yang dikutipnya.

Muhammad Yunus gelar Tuanku Sasak (18 September 1879 – 28 Oktober 1975) adalah ulama dari Kapa, Pasaman Barat.

Ia dikenal sebagai salah satu ulama Kaum Tua di Minangkabau yang turut serta dalam pembentukan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti).

Riwayat hidup

Muhammad Yunus lahir pada 18 September 1879 di Kapa, salah satu nagari di antara Sasak dan Gunung Pasaman, dari pasangan Abdul Latif Pakiah Tunjuang dan Lukiah. Pendidikan agama pertama Yunus diperoleh dari ayahnya sendiri.

Setelah tamat sekolah rakyat, ia mulai merantau untuk pergi belajar kepada ulama di luar kampungnya. Beberapa ulama yang Yunus temui untuk belajar antara lain: Syekh Abdul Gani Batu Basurek, Tuanku Ismail Pisang Hutan, Tuanku Ampalu Tinggi, dan Syekh Ibrahim Kumpulan.

Dari dua nama terakhir, ia memperoleh ijazah mursyid Syattariyah dan Naqsyabandiyah.

Pada 1919, Tuanku Sasak kembali ke Kapa untuk mengajar di surau.

Sejak itu, ia terlibat dalam beberapa perhimpunan ulama Kaum Tua di Minangkabau. Pada 1921, ia bergabung ke Ittihad Ulama Sumatera yang didirikan oleh Syekh Saad Mungka. Ia juga terlibat dalam pembentukan Perti yang diusung oleh Syekh Sulaiman ar-Rasuli pada 1928.

Halakah di Surau Tuanku Sasak sempat bertransformasi menjadi Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI)

Syekh Muhammad Yunus Tuanku Sasak wafat pada 28 Oktober 1975.

Karya tulis

Salah satu tulisan Tuanku Sasak yang diketahui ialah Kitab Himpunan Hadis yang terbit pertama kali di Bukittinggi pada 1938. Kitab ini memuat kumpulan hadis mengenai qunut beserta penjelasannya.

Exit mobile version