Ratusan Peserta Ikuti Arung Pamalayu Dharmasraya, Menyusuri 7 Kilometer Sungai Batanghari

DHARMASRAYA, KLIKPOSITIF – Ratusan peserta antusias mengikuti Arung Pamalayu, Selasa (23/8/2022). Arung Pamalayu merupakan rangkaian kegiatan Festival Pamalayu 2022 dengan menyusuri Sungai Batanghari.

Ratusan peserta tersebut menaiki 56 perahu (kretek) yang mengarungi Sungai Batanghari yang dimulai dari Jembatan Kabel Pulau Punjung hingga Candi Pulau Sawah. Memakan waktu sekitar 20 menit dengan jarak lebih kurang 7 kilometer.

Di Kawasan Candi Pulau Sawah, para peserta telah ditunggu Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid, Gubernur Sumbar Mahyeldi, Gubernur Jambi Al Haris, Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan dan kepala daerah lainnya.

Bupati Dharmasraya Sutan Riska Tuanku Kerajaan dalam sambutannya mengatakan, pelaksanaan Festival Pamalayu bukan hanya bicara tentang kejayaan peradaban masa lalu, namun juga bagaimana menjaga lingkungan, sosial dan budaya.

“Inilah bentuk komitmen kita menjaga Sungai Batanghari dari hulu sampai hilirnya. Kalau kita bicara hulunya dari Kabupaten Pesisir Selatan dan Kabupaten Solok Selatan, Kabupaten Dharmasraya sampai Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Ada 8 kabupaten kota di 2 provinsi yang dialiri sepanjang 730 kilometer,” katanya.

Sutan menambahkan, perlu kerjasama yang kuat dan konkrit. “Ini datang para Gubernur amanlah kita para kepala daerah dan didukung oleh Pak Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek,” kata dia.

Sutan melanjutkan, Festival Pamalayu ini sangat berarti bagi masyarakat Dharmasraya. “Saya membawa siswa SD, SMP dan SMA untuk belajar sekolah lapangan bagaimana cara menggali Candi,” kata dia.

Menurutnya, cerita peradaban Dharmasraya di Candi Pulau Sawah bukanlah cerita rakyat. Ini betul-betul telah diteliti oleh sejarawan dan arkeolog yang berkompeten dan tidak membelokkan sejarah.

“Kita melihat zaman kolonial dibuat narasinya penaklukan Jawa ke Sumatera. Narasi-narasi perpecahan ini yang perlu dihilangkan.Dilihat dari Amogapasha, Bairawa dan candi-candi yang ada adalah persahabatan. Jawa dan Sumatera adalah sahabat yang baik sekali,” ujarnya.

“Tidak mungkin orang yang perang bawa patung bawa tulisan sahabat. Tidak mungkin. Meluruskan sejarah ini sesuai dengan sila ketiga Persatuan Indonesia,” sambungnya.

Memasuki dunia global dab digital yang sangat cepat sekali perubahannya, maka budaya, adat, peradaban kita tidak boleh hilang.

“Semangat Festival Pamalayu ini menjadi semangat kepada kami, di hiliran Batanghari ini menjadi destinasi wisata baru,” kata dia.

“Saya mengulang kembali, kita tidak kembali kepada agama Budha. Tetapi mengenal peradaban kita. Butuh dukungan dari Pak Dirjen Kebudayaan,” pungkasnya kemudian.

 

Exit mobile version