PADANG, KLIKPOSITIF — Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), Raihan Ariatama menyampaikan bahwa peran yang harus diambil oleh Gebu Minang ke depannya adalah sebagai ujung tombak gastro diplomasi mewakili Indonesia di mancanegara.
“Kita telah memiliki prasyarat yang cukup untuk melaksanakan peran itu. Rendang dan Nasi Pandang telah berkali-kali masuk dalam daftar makanan terenak di dunia. Rekognisi dan penerimaan dunia terhadap masakan Padang ini adalah modal kita untuk menjadi penggerak gastro diplomasi Indonesia di mancanegara” kata Raihan saat menjadi pembicara Rembuk Nasional Ekonomi dan Budaya yang diselenggarakan oleh Padang TV bekerja sama dengan Gebu Minang di Ballroom Beach Hotel Padang, Sumatera Barat pada Jum’at (01/09).
Rendang berkali-kali masuk dalam daftar makanan terenak di dunia versi CNN dan UNESCO. Bahkan, selebriti chef Gordon Ramsay juga tergoda untuk belajar lebih lanjut tentang rendang langsung di Padang. Begitu pula dengan Nasi Padang yang menempati No. 1 hidangan dengan rating terbaik di Asia Tenggara versi Best Rated & Beverages Tahun 2023.
Tokoh pemuda kelahiran Bukittinggi ini juga menambahkan bahwa restoran atau rumah makan Padang hampir ada di seluruh pelosok Nusantara, namun masih minim keberadaannya di luar negeri.
“Makanannya telah mendunia, namun masih belum ditopang oleh rumah makan atau restoran padang yang mendunia. Tidak seperti Korea yang dengan mudahnya menemukan Korean Food di berbagai negara, Vietnam dengan restoran Vietnam, Thailand dengan restoran dan makanan Thailand, Turki dengan es cream Turkey dan kebabnya, Italia dengan Pizza-nya dan lain sebagainya. Ini pekerjaan rumah bagi Gebu Minang,” tegas Raihan.
Selain memprakarsai gastro diplomasi, menurut Raihan, Gebu Minang juga harus hadir sebagai solusi untuk kampung halaman. Raihan berpendapat ada dua peran yang bisa dilakukan Gebu Minang, yaitu melalui crowdfunding dan hub bagi para pengusaha.
“Untuk membantu pemerataan ekonomi sesama orang awak, Gebu Minang dapat menjalankan iuran kolektif atau program crowdfunding, yang nantinya digunakan untuk memberdayakan usaha-usaha masyarakat. Sebenarnya, iuran kolektif ini bentuk dari pelaksanaan dari pepatah Minang, Mandapek sama balabo, kahilangan samo marugi, maukua samo panjang, mambilai samo laweh, baragiah samo banyak, manimbang samo barek,” tuturnya.
Sebagai hub bagi para pengusaha, menurut Raihan, Gebu Minang menjadi rumah bersama, di mana ada proses belajar bersama dan sharing pengalaman berwirausaha bersama.
“Seperti pelatah Minang, nan lamah makanan tueh, nan condong makanan tungkek. Pada akhirnya, Gebu Minang menjadi katalisator untuk mewujudkan kemandirian ekonomi dan demokrasi ekonomi di negeri ini,” pungkas Raihan.