PT Semen Padang Budidayakan Maggot di Kota Padang, Ajak Masyarakat Ikut Berkembang Bersama

Hayati Motor Padang

PADANG, KLIKPOSITIF — Manfaatkan sampah organik, sekelompok masyarakat yang tergabung dalam Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Organic Feed di kawasan Pulau Aia Kelurahan Pasa Gadang Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, menggiatkan budidaya maggot dengan prospek usaha yang cukup menjanjikan.

Maggot sendiri merupakan larva lalat BSF yang memiliki banyak cabang olahan dan tentunya memiliki potensi besar jika dikembangkan. Meski memiliki potensi dan pasar yang besar masih sedikit orang yang berminat membudidayakannya.

Memanfaatkan potensi tersebut, KUBE Organic Feed mencoba melawan arus dengan memaksimalkan potensi dari maggot tersebut.

Saat ditemui di tempat pembudidayaan maggot Sekretaris dari KUBE Organic Feed Andi Ilham didampingi rekannya sesama anggota Ahmad Yani membagikan serba serbi kegiatan mereka terkait dengan budidaya maggot yang mereka lakukan.

Dalam perbincangan tersebut Andi juga sedikit bercerita mengenai tercetusnya ide membudiyakan maggot tersebut yang berawal saat ia dan rekannya bekerja sama dalam pengolahan sampah anorganik.

“Kebetulan saya bekerja di DLH dan kami bekerja sama dalam pengolahan sampah anorganik. Sekitar tahun 2021 kita mendapatkan informasi dari ipar teman terkait budidaya maggot. Kemudian mereka mengajak kami yang juga berkecimpung di dunia sampah dan akhirnya kami juga terjun dalam membudidayakan maggot,”katanya.

Andi dan kawan-kawannya kemudian mulai belajar bagaimana membudidayakan maggot.

Mereka difasiltasi dan diajarkan bagaimana tata cara membudidayakan maggot dan mengolah pakan yang layak untuk maggot selama 3 hari.

“Kami belajar bagaimana memulai dari bibit larva, menternakan lalat, mengolah pakan dan siklus perawatan maggot tersebut. Sebelumnya kami beroperasi di Kelurahan Ranah namun karena menggunakan alat dompeng yang cukup berisik dan dikhawatirkan akan menganggu, kami ditawarkan untuk pindah ke lokasi baru ini oleh pemilik tempat. Dengan tempat yang luas seperti ini memungkinkan untuk membuat biopond sebanyak 86 buah yang di isi 10 gram telur dan dapat menghasilkan 10-15 kg maggot fresh per biopond-nya,” ucapnya.

Karena bekerja di Dinas DLH Kota Padang, Andi sedikit dimudahkan dalam mengakses sampah organik yang dapat digunakan untuk menjadi pakan maggot tersebut.

“Kami mengolah sampah organik yang kami kelola dari beberapa hotel, rumah sakit dan rumah makan di Kota Padang. Satu hari kami mengolah sampah organik sebanyak 1,5 ton, sekali makan maggot membutuhkan 40kg sampah organik untuk sekali panen. Karena pakan yang kami dapatkan memiliki kualitas yang cukup bagus biasanya dimana masa panen maggot membutuhkan waktu 21 hari kami hanya memerlukan waktu paling lama 15-17 hari untuk panen,” ujarnya.

Selain itu Andi mengatakan untuk pasar maggot sendiri cukup menjanjikan. Bahkan, hingga saat ini ia belum bisa memenuhi tingginya permintaan pembeli.

Ia mengatakan, maggot segar yang biasanya diperuntukan untuk pakan ternak ikan saja masih belum dapat terpenuhi oleh KUBE yang ia kelola bersama rekan-rekannya.

“Contohnya peternak ikan gurame ekspor yang selalu membeli maggot ke kami mengatakan masih belum tercukupi untuk kebutuhan ideal pakan ikannya. Kami sehari dapat memproduksi hingga 100 kg sehari sedangkan para peternak ikan gurame tersebut membutuhkan pakan organic maggot sekitar 800 kg sehari. Tentunya ini sangat menjanjikan dimana per kilogram untuk maggot segar Rp6 ribu hingga Rp 8 ribu.

Meski saat ini hasil usaha ini dilakukan dengan sistem bagi hasil, namun hal tersebut tidak menghambat Andi dalam berusaha untuk mengembangkan budidaya maggot.

Selain itu Andi juga menyebutkan jika diolah lebih lanjut harga maggot pun dapat lebih melambung dari hanya sekedar maggot fresh yang baru dipanen.

“Seperti maggot kering yang diperuntukan untuk pakan ikan, satu ons nya saja dikisaran harga Rp 10 ribu namun memang melalui proses yang lebih panjang dan membutuhkan alat-alat yang juga lebih banyak. Oleh karena itu sementara kami mengoptimalkan maggot fresh untuk dibudidayakan,” tambahnya.

Ia mengakui ada beberapa tantangan yang dhadapi ketika ingin memulai usaha membudiydakan maggot yang tentunya tidak lain adalah kemauan dan berani mengolah sampah.

“Seperti yang kita ketahui tidak semua orang betah berhubungan dengan sampah apalagi mengolah sampah, untuk pakan maggot sendiri sebelum diolah tentunya kita perlu melakukan fermentasi dan itu baunya cukup masam sehingga sebagian orang tidak nyaman terhadapnya. Selain itu kita juga harus mengangkut sampah dipukul 03.00 WIB di tiap-tiap tempat penjemputan, namun apa yang kita usahakan tersebut meski belum terlalu banyak, tapi sudah menuai hasil yang menjanjikan,” tuturnya.

Selain itu tantangan dilingkungan masyarakat pun juga kerap menjadi hambatan dimana harus dapat menjelaskan sebaik mungkin kepada masyarakat agar dapat diterima dilingkungan. Namun Andi mengatakan semua persoalan tersebut tidak menjadi hambatan bagi ia dan rekan-rekannya untuk terus berusaha.

Berkat kegigihannya tersebut ia dan KUBEnya dilirik oleh PT Semen Padang melalui Pogram Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) yang mengucurkan bantuan sebesar Rp300 juta. Bantuan tersebut dalam bentuk penguatan kapasitas, perbaikan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan produksi maggot. Pelaksanaan program ini berlangsung selama 3 tahun, dan dimulai pada 1 Mei 2024.

Andi mengatakan dengan bantuan tersebut ia dan kelompoknya merasa bersyukur karena saat ini mendapatkan dukungan penuh dalam mengembangkan usaha. Siapa sangka dari usaha yang dirintis tanpa bantuan dari siapapun kini dilirik karena memiliki potensi yang besar jika terus dikembangkan.

“Selain itu kami juga mendapatkan dukungan dari pemerintah kota Padang dimana salah satu aset Pemko dialihkan ke kami untuk dikelola dan dijadikan tempat budidaya maggot,”ujarnya.

Andi mengatakan ia bersama rekan-rekannya membuka pintu selebar-lebarnya bagi masyarakat yang ingin belajar membudidayakan maggot dan siap memfasilitasi mereka sebagai mitra yang akan bekerja sama dalam membudidayakan maggot kedepannya.

“Akan kita bantu mereka mulai dari pakan, bagaimana cara pembibitan dan sebagainya. Selain itu kami juga akan arahkan kemana mereka harus menjual maggot mereka tampa harus melalui pihak ketiga sehingga mereka nantinya juga akan merasakan nikmatnya berbudidaya maggot. Tentunya kita mengharapkan agar usaha ini dapat semakin besar kedepannya.” pungkasnya.

Exit mobile version