Program Revitalisasi Songket Canduang Dilakukan Bertahap, Begini Skemanya

Melibatkan 10 peserta workshop

Hayati Motor Padang

AGAM, KLIKPOSITIF – Nanda Wirawan bersama suaminya Iswandi, tengah berupaya mengangkat kembali Songket Canduang.

Upaya ini dilakukan pasutri tersebut dalam program Revitalisasi Songket Canduang. Keduanya memang sudah lama bergelut di bidang songket.

Program ini mendapat dukungan penuh dari Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Nanda Wirawan mengatakan program ini juga didukung oleh Dana Indonesiana dan LPDP.

“Program revitalisasi ini dilakukan dalam tiga tahap yakni revitalisasi motif Canduang, workshop dan pemeran arsip dokumentasi serta hasil revitalisasi di Taman Budaya Sumbar,” ungkap Nanda, penerima manfaat dana abadi kebudayaan dari Kemendikbudristek 2022 itu, Sabtu 7 Januari 2023.

Tahapan revitalisasi motif, kata Nanda, berlangsung di November hingga Desember 2022 di Studio Wastra Pinankabu.

“Sementara tahapan kedua adalah tanggal 9 hingga 31 Januari 2023 di SMPN 2 Canduang. Workshop ini melibatkan 2 ahli, 4 instruktur dan 10 peserta,” sambungnya dalam jumpa pers bersama awak media.

Foto Bersama

Pembukaan workshop dilakukan pada Minggu 8 Januari 2023 bersamaan dengan Festival Alek Nagari Canduang Koto Laweh.

Usai workshop, para peserta kemudian akan dilibatkan dalam program Revitalisasi Songket Canduang pada Februari hingga Maret dan terakhir pada Mei 2023 karya ini akan dipamerkan di Taman Budaya Sumbar.

“Tujuan kita mengangkat kegiatan ini demi mengenalkan kembali jika Canduang memiliki motif songket legendaris, kita ucapkan terimakasih kepada semua pihak,” ungkap Nanda.

Menurut Nanda, Songket Canduang selama ini tak pernah dicatat sejarah. Padahal, menurut penelitian bersama suaminya Iswandi, dia menemukan fakta jika dahulunya daerah ini merupakan sentra tenun paling aktif di Sumbar dan memiliki motif unik berupa baris yang bisa mencapai 270.

“Sejak ratusan tahun lalu, Orang Canduang telah menggunakan benang sutra, benang aniline, benang emas, logam maupun perak dari Cina dan India untuk kain songket yang mereka tenun,” jelasnya.

Sementara, Wali Nagari Candung Koto Laweh, Kecamatan Canduang, Agam, Syahendra sangat mendukung kegiatan ini. Dia berharap program ini bisa membuat masyarakat tertarik dan akan menjadi sumber perekonomian baru.

Kepala UPTD Taman Budaya Sumbar, Supriyadi juga mendukung penuh kegiatan ini.

“Ini merupakan warisan budaya yang harus kita jaga dan pertahankan. Semoga songket ini kembali muncul dan berkibar kembali,” jelas Supriyadi.

Menurut dia, warisan ini tak hanya sekedar budaya saja namun juga merupakan aspek ekonomi yang potensial jika dikembangkan.

“Kita tunggu hasilnya untuk pameran di Taman Budaya pada Mei nanti,” ucap Supriyadi.

(*)

Exit mobile version