Pertahankan Kuliner Asli Minangkabau, “Teh Talua Limo Lenggek” Promosi ke Negeri Jiran

Kalau teh talua lain, biasanya hanya tiga tingkat. Kalau teh telur ini lima tingkat. Kemudian rasanya tidak amis, beda dengan teh telur lainnya

Teh Telur Lima Tingkat

Teh Telur Lima Tingkat (Riki Wijaya / KLIKPOSITIF)

KLIKPOSITIF — “teh talua”, begitu orang minang menamainya. Minuman khas Sumbar ini dikenal dapat meningkatkan stamina dan vitalitas, sehingga tak ayal minuman tersebut diburu kebanyakan kaum Adam.

Nah, di Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat, sebuah warung atau kedai, menyajikan teh telur yang berbeda di bandingkan yang dijual kebanyakan orang di warung-warung, yaitu teh talua lima lenggek (teh telur lima tingkat,red).

Lokasinya, berada di Jalan Tanah Sirah, Kecamatan Lubeg, atau sekitar 8 kilometer dari Kantor Pusat PT Semen Padang di Indarung dan sekitar 10 kilometer dari pusat pemerintahan Kota Padang di Jalan By Pass, Aia Pacah.

Teh telur yang dijual di warung Pak Abu itu disebut teh talua limo lenggek, karena terdapat beragam warna yang dihasilkan begitu teh telur tersebut siap untuk dihidangkan.

Kelima warna itu yakni, cream susu, coklat, bata maroon, peach dan kuning gading. Nah, warna inilah yang membedakan teh talua limo lenggek itu berbeda dibandingkan teh talua lainnya.

“Kalau teh talua lain, biasanya hanya tiga tingkat. Kalau teh telur ini lima tingkat. Kemudian rasanya tidak amis, beda dengan teh telur lainnya,” kata salah seorang pengunjung warung Pak Abu bernama Muharman (48) beberapa waktu lalu.

Selain terlihat berbeda, karyawan PT Igasar yang akrab disapa Mak Lecet itu juga mengungkapkan bahwa pelayanan yang diberikan pemilik warung juga sangat memuaskan sehingga membuat orang betah berlama-lama duduk di warung tersebut.

Bahkan, kata dia, bagi pengunjung yang minum di warung, diberikan segelas teh panas, dan itu gratis. “Kalau di kedai lain minum segelas teh panas saja kita harus bayar,” ujarnya.

Sementara itu, pemilik warung Pak Abu bernama Keli, menyebut bahwa usaha teh telur ini sudah dilakoninya sejak ia masih duduk di bangku kelas II SMP Negeri 11 Padang, tepatnya di tahun 1978.

Meski sudah 38 tahun lamanya berjualan teh telur, namun pria berusia 51 tahun itu mengaku tidak berminat untuk mencoba usaha lain. Alasannya, karena teh telur adalah kuliner asli Minangkabau dan itu harus dipertahankan.

Kemudian, lanjutnya, usaha jualan teh telur ini cukup menjanjikan. Sebab, dalam sehari ia bisa menjual sekitar 250 gelas teh telur. “Jika di rupiahkan, maka jual beli mencapai sekitar Rp2 juta lebih perhari, karena untuk satu gelas teh telur, saya jual seharga Rp9.000,” kata Keli.

Ia juga mengatakan usaha teh telur ini sudah menjadi bisnis keluarga. Bahkan, dua adiknya, Apit dan Novendi, juga ikut terlibat menjalankan bisnis jualan teh telur. “Kami bergantian jual teh telur. Paginya saya dan malamnya kedua adik saya. Kami buka mulai pukul 06.00 WIB dan tutup pukul 02.00. Begitu setiap harinya,” imbuh Keli.

Seperti Jalan Tol

Ramainya pengunjung di warung teh telur Pak Abu ini, ternyata tidak terlepas berkat partisipasinya dalam setiap lomba teh telur yang digelar Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang. Bahkan dalam perlombaan tersebut, teh telur Pak Abu selalu masuk tiga besar.

“Lomba teh telur itu adalah bagian dari promosi. Jika ingin produk kita dikenal, ya kita harus sering-sering ikut lomba. Ibarat jalan tol, jika ingin cepat sampai ya harus lewati jalan tol,” ujar Novendi.

Promosi ke Negeri Jiran

Upaya promosi lewat lomba teh telur itu ternyata berbuah manis. Selain pengunjung semakin ramai, teh talua limo lenggek di warung Pak Abu itu juga dilirik Dinas Pariwisata Provinsi Sumbar.

Buktinya, pada 2009 lalu, Dinas Pariwisata Sumbar mempromosikan teh talua limo lenggek di warung Pak Abu itu di ajang Food Festival di Kuala Lumpur, Malaysia.

“Sekitar seminggu lebih saya mempromosikan teh telur di Kuala Lumpur. Saya tak menyangka, ternyata perhatian pemerintah terhadap minuman khas minang ini sungguh luar biasa,” ujarnya.

Mantan Kepala Dinas Pariwisata Sumbar, James Hellyward, menyebut bahwa teh talua limo lenggek di warung Pak Abu dilibatkan dalam ajang Food Festival, karena proses pembuatannya masih tradisional, yaitu dikocok pakai tangan menggunakan alat pengocok telur.

“Ini yang menariknya. Meski teknologi terus berkembang, ternyata pemilik warung masih terus mempertahankan budaya tradisional tersebut,” ujar guru besar Fakultas Peternakan Universitas Andalas itu.

Exit mobile version