Perjalanan Sukses Hidup Asril Das: Dari “Raja” Buku Menjadi Pengusaha Hotel (2)

Hingga saat ini, usaha hotelnya terus berkembang. Grand Asrilia Hotel memiliki 13 lantai dan fasilitas 300 kamar

(Ist)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

KLIKPOSITIF – Dalam bisnis tidak selamanya orang mengalami untung. Tak jarang seorang pengusaha harus mengalami masa jatuh bangun. Itulah yang dialami Asril Das (65), pengusaha sukses Minang yang menetap di Kota Bandung, Jawa Barat. 

Baca juga: Perjalanan Sukses Hidup Asril Das: Dari Tukang Cukur Rambut Jadi “Raja” Buku (1)

Asril Das sempat mengalami kebangkrutan pada 1998. Namun ia tidak menyerah. Tantangan itu dihadapinya dengan semangat juang yang gigih. Dengan prinsipnya yang kuat, Asril mengaku sangat percaya bahwa Tuhan telah menjanjikan rezeki kepada umat-Nya yang mau berusaha.

Sebaliknya, Tuhan sangat benci pada umat-Nya yang pemalas. Atas ketangguhan dan kegigihannya dalam berusaha, dia akhirnya kembali bangkit, dan menuai hasil yang memuaskan.

Itulah yang dijalani Asril Das tatkala bisnis buku dan percetakannya meredup pada 2009. Usaha toko buku, penerbitan dan percetakan mati. Salah satunya karena kebijakan pemerintah yang kurang mendukung usaha tersebut. Imbasnya, hampir di seluruh Indonesia toko buku sudah tutup.

Untungnya sejak tahun 2005, Asril Das telah mulai merintis usaha jasa perhotelan. Cikal bakal Usaha perhotelan Asril Das sebenarnya sudah dirintis sejak Oktober 2005. Waktu itu ia membeli 49 cottage Hotel Horison Bandung.

Pada 2010 Asril mulai mengurus perizinan hotelnya, Grand Asrilia Hotel Bandung. Pada April 2012 proses pembangunan hotel dimulai dengan pengecoran. Selama 2013 kegiatan pembangunan sempat terhenti. Dan, pada 2014 mulai lagi. Pada 2016 selesai dan bisa operasional pada bulan Juli 2016.

Menyadari tidak punya pengalaman hotel, ia banyak bertanya dan berlajar pada pebisnis hotel asal Minang lainnya, seperti almarhum Dt Pangeran, H.Sofyan, Herman Muchtar dll.

Tak hanya itu, ia mengirim anak keduanya, Veby Intan Sari SH kuliah S2 perhotelan di Swiss. Setelah berpengalaman bekerja di hotel selama 2 tahun, kini 75 % operasional sudah mulai di serahkan Asril Das pada anaknya Veby.

“Saya berpesan pada Veby, sekarang satu hotel dengan 300 kamar di tanganmu harus berkembang menjadi Grand Asrilia Hotel di setiap provinsi seluruh Indonesia,” cerita Asril saat melepas tampuk kepemimpinan hotel pada anaknya tersebut.

Hingga saat ini, usaha hotelnya terus berkembang. Grand Asrilia Hotel memiliki 13 lantai dan fasilitas 300 kamar. Hotel ini berdiri megah di Jl. Pelajar Pejuang 45 No.123, Turangga, Lengkong, Bandung, Jawa Barat. Perkembangan Grand Asrilia Hotel cukup baik. Tingkat hunian hotel naik terus. Obsesi Asril Das adalah menjadikan hotel ini sebagai hotel syariah terbesar di Indonesia.

“Jika ditakdirkan, saya juga ingin membangun beberapa hotel di Sumbar serta usaha lain seperti pengolahan sawit, besi, dan semen,” kata ayah dari Rora Puspita Sari, Veby Intan Sari, dan Harry Nugraha itu.

Pelajaran bagi mereka yang ingin terjun ke dunia bisnis, kata Asril Das, harus berani mencoba serta jujur dalam berusaha,” pesan pria kelahiran Jorong Lubuk Agung, Koto Baru, Kabupaten Solok, 10 Oktober 1954 itu.

Asril Das yang kini menjabat ketua Umum Gebu Minang Jawa Barat dan dekat dengan tokoh-tokoh nasional dikenal sebagai sosok yang cinta kampung halaman.

“Sejauh-jauh terbangnya bangau, hinggapnya ke kubangan juga. Cinta kampuang pasti tidak bisa dilupakan. Seperti filosofi orang Minang, ‘Karatau madang di hulu Babuah, babungo balun. Marantau bujang dahulu. Di kampung baguno balun’,” kata Asril Das.

Sebagai bentuk keinginannya memajukan kampung halaman, Asril berobsesi membangun beberapa hotel di Sumbar, selain usaha pengolahan sawit, besi, dan semen.

Di mata sejumlah tokoh Sumbar, Asril Das dinilai sebagai sosok yang gigih dan ulet. “Salah satu kunci keberhasilan beliau adalah gigih dalam berjuang sejak kecil,” kata Hendra Irwan Rahim, mantan Ketua DPRD Sumbar.

Ketua Umum DPD Golkar Sumbar itu menyebut bahwa Asril Das memiliki pergaulan yang luar biasa di tingkat nasional. Meski begitu, beliau tetap “low profile”.”Beliau salah satu perantau Minang yang memiliki kepedulian yang tinggi pada kampung halaman,” tukas Hendra.

Exit mobile version