PESSEL, KLIKPOSITIF– Masyarakat di Kecamatan Ranah Ampek Hulu (Rahul) Tapan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat meminta pemerintah daerah setempat tidak setengah hati dalam mengatasi banjir di Rahul Tapan.
Ketua Pemuda Nagari Binjai Tapan, Hendri mengaku, hingga saat ini masih berharap penuh pada Pemkab. Pasalnya, banjir di daerah itu sudah sering kali terjadi. Tidak baru-baru ini saja, tapi sudah sejak 2011.
“Tapi, kenyataan sampai saat ini hanya janji-janji saja. Pernah ada penanganan darurat, sebentar saja jebol,” ungkapnya pada KLIKPOSITIF.
Berdasarkan data diterima KLIKPOSITIF, banjir di Rahul Tapan memang sudah terjadi berulang kali. Nagari yang sudah menjadi langganan, diantaranya Nagari Binjai dan Karang Tengah Tapan.
Di nagari ini, selain pernah mengakibatkan satu unit jembatan roboh Februari 2019. Kerugian materil lainnya tak bisa dihitung hingga sampai kini.
“Itulah kerusakan yang pernah terjadi. Belum kerusakan rumah dan gangguan akses lainnya yang kami alami sejak 2011 itu,” lanjutnya.
Menurutnya, untuk penanganan banjir di Rahul Tapan harus ada langkah serius yang diambil Pemkab. Bukan hanya sekedar berkomentar rencana saja, tapi harus dengan kerja nyata.
“Kami butuh tindakan, bukan omong kosong doang. Janji-janji kami sudah bosan,” jelasnya.
Terpisah, tokoh masyarakat Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat mengungkapkan, persoalan banjir di Ranah Ampek Hulu (Rahul) Tapan dikaitkan dengan marak penebangan hutan secara liar.
Pasalnya, selain diakibatkan karena pendangkalan sungai yang terjadi, dugaan illegal logging di Tapan, juga menjadi ancaman serius dalam penanganan banjir.
“Penyebab bencana ini kuat dugaan akibat adanya aktivitas penebangan liar (illegal logging), terutama di Hutan TNKS yang sampai saat ini masih saya terima banyak terjadi,” ungkap Marwan Anas Anggota DPRD Pessel periode (2014-2019).
Menurutnya, saat ini untuk penanganan penebangan hutan harus dengan ketegasan. Sebab, illegal logging umumnya dilakukan oleh oknum pemilik modal yang diduga hanya memperkaya diri sendiri.
“Jadi harus ada ketegasan. Jangan, hanya tutup mata. Karena ini harus dicegah,” jelasnya.
Sementara, Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) Unit IX Pesisir Selatan, Mardianto mengatakan, banjir yang terjadi di Rahul tidak lepas dari beberapa aspek, pertama aspek warga yang membuka lahan di hutan produksi, aspek konversi lahan yang dilakukan warga dan tidak menutup kemungkinan penebangan hutan TNKS.
“Penebagan hutan TNKS juga salah satu pemicu banjir yang terjadi di Rahul, Tapan dan BAB, sebelumnya kami sudah koordinator dengan pihak terkait,” ujarnya.
Dari data yang dihimpun KLIKPOSITIF, banjir di Rahul Tapan, banjir yang melanda Rahul Tapan ini sudah berulang kali sejak 2011 silam. Tidak hanya soal rumah yang terendam saja, banjir di daerah ini sudah tercatat banyak menimbulkan dampak lainnya terhadap masyarakat.
Sebelumnya, diberitakan banjir kembali melanda Kecamatan Rahul Tapan, Minggu 28 Maret 2021 malam dengan ketinggian air mencapai 80 cm hingga 1,5 meter. Selain Rahul, banjir juga terjadi Kecamatan Basa Ampek Balai (BAB) Tapan.
Berdasarkan data Kasi Kedaruratan BPBD Pessel, Husnul Karim banjir terparah terjadi di Rahul Tapan. Tercatat di Rahul Tapan merendam sebanyak empat nagari dan 901 rumah dengan total 3789 jiwa dan merendam 60 hektar lahan pertanian serta 44 lahan perkebunan warga.
Sedangkan, di Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan, tercatat sebanyak enam nagari dengan total 230 kepala keluarga (KK) tanpa catatan lain.