Pembangunan Jembatan di SMAN 2 Bayang Dikerjakan 2025, Ini Persiapannya

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PESSEL, KLIKPOSITIF– Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (PUTR) Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumbar pastikan pembangunan jembatan di SMAN 2 Bayang yang amblas akibat banjir bakal dikerjakan di 2025.

Hal itu, ditegaskan Kepala Dinas PUTR Pessel Yanti Martias, melalui Kepala Bidang Bina Marga PUTR Pessel Fahresi Eka Siska kepada Klikpositif saat dikonfirmasi, Senin 28 Oktober 2024.

“Ya, pada APBD-P 2024 ini kita fokus dalam penyiapan perencanaan Detail Engineering Design atau DED-nya. Sehingga nantinya di awal tahun 2025 dapat segera dilelang, jika tidak ada kendala,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, pembangunan jembatan di SMAN 2 Bayang tersebut tidak bisa dilaksanakan dalam APBD perubahan atau APBD-P berjalan ini. Karena kondisi waktu dan ketersedian anggaran yang tidak mendukung.

Sebab, untuk membangun jembatan
jembatan yang menghubungkan Pasar Baru dengan Lumpo atau dengan nama Jembatan Aramco depan SMA 2 Bayang itu butuh biaya cukup besar. Apalagi, pembangunan butuh penyiapan DED supaya pengerjaan lebih matang.

“Waktu yang tersedia setelah APBD-P ditetapkan tidak memungkinkan pelaksanaannya. Jadi untuk sempurnanya kita upaya di awal 2025 ini dan itu kita ganti total,” terangnya.

Lanjutnya, pembangunan jembatan tersebut perlu penanganan secara utuh, dan tidak bisa dilakukan rehab melalui anggaran pemeliharaan karena kebutuhan perlu dibangun dengan konstruksi baru.

Selain material, keterangan Fharesi Eka Siska posisi jembatan atau skew (tidak tegak lurus) terhadap as jalan (beban lalu lintas) maka harus dimodel-kan berbeda dengan yang tidak skew.

“Model 3D menggunakan midas civil dan lain-lain, karena perilaku struktur berbeda dan beban dominan pada satu tumpuan saja karena posisi beban belah ketupat,” terangnya.

Selain itu, lanjutnya, kondisi tanah lunak juga perlu penelitian tanah dan perhitungan pondasi yg komprehensif.

Apalagi, menurutnya, struktur tanah setempat juga rawan terjadi penurunan setempat. Hal itu disebabkan karena struktur utama tanahnya telah terkonsolidasi maksimal sementara dengan struktur yang baru dan belum terkonsolidasi.

Sehingga lanjutnya, dengan adanya alasan teknis tersebut penanganan tidak bisa dikebut dengan terburu-buru. Apalagi, dengan pemeliharaan yang penanganannya tidak komprehensif.

“Jadi ini perlu kita perhatikan juga. Jangan nanti setelah dibangun, runtuh dengan cepat. Tentu mubazir,” ujarnya.

Exit mobile version