Pelaku UMKM di Kota Pariaman Didominasi oleh Perempuan

Pariaman

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pariaman, Sumatera Barat Gusniyetti Zaunit

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pariaman, Sumatera Barat Gusniyetti Zaunit (Ist)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PARIAMAN, KLIKPOSITIF – Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana Kota Pariaman, Sumatera Barat Gusniyetti Zaunit mengatakan peran perempuan dalam sektor ekonomi terutama sebagai pelaku usaha sangat besar di Pariaman.

“Berdasarkan data yang dimiliki dari sekitar 14 ribu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Pariaman, lebih dari 60 persen berasal dari perempuan sehingga menunjukkan pengarusutamaan gender di daerah itu berjalan baik,” kata dia di Pariaman, Selasa 28 September 2021.

Mereka bergerak di berbagai bidang usaha, dari sektor kerajinan hingga perdagangan. Ini menunjukkan bahwa peran perempuan di bidang ekonomi mendominasi di Kota Pariaman dan posisi perempuan dengan laki-laki dalam hal berusaha sama.

Meskipun banyak perempuan berperan di bidang ekonomi, lanjutnya namun mereka tidak meninggalkan tugasnya dalam keluarga yang juga besar.

“Jadi bisa dikatakan perempuan itu sosok yang kuat,” katanya.

Ia mendorong perempuan untuk terus berkiprah tidak saja di bidang ekonomi dan pemerintahan, namun juga politik karena hak perempuan sama dengan laki-laki.

Saat ini Pariaman mendapatkan Anugerah Parahita Ekapraya (APE) 2020 kategori Pratama karena daerah itu memiliki komitmen yang tinggi dalam mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dengan strategi Pengarusutamaan Gender dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

Untuk itu pihaknya ke depan akan mencatat secara terperinci jumlah perempuan di Pariaman yang bergerak di bidang ekonomi atau bidang lainnya sehingga secara administrasi lebih terkelola dengan baik.

Sementara itu, salah seorang pelaku UMKM di Pariaman Emi (47) mengatakan dirinya sudah berdagang makanan sarapan pagi semenjak 18 tahun lalu yang sebelum pandemi omzetnya bisa mencapai Rp1 juta per hari.

“Dari hasil berdagang lah saya bisa menyekolahkan dan bahkan menguliahkan anak, alhamdulillah anak saya sekarang sudah lulus kuliah,” ujarnya.

Ia mengatakan dirinya berdagang karena ingin membantu suaminya yang juga bekerja sebagai pedagang makanan untuk sarapan di lokasi berbeda. Meskipun omzetnya sudah mulai menurun semenjak pandemi menjadi Rp500 ribu per hari namun ia masih tetap mempertahankan usahanya.

Rehasa

Exit mobile version