Padang Pariaman Tawarkan Objek Wisata “Rumah Putiah”

Rumah Putiah merupakan salah satu bangunan di kawasan peninggalan kolonial Belanda yang berpotensi untuk dijadikan objek wisata budaya unggulan.

Tempat pemandian di Rumah Putiah masih terlihat asri.

Tempat pemandian di Rumah Putiah masih terlihat asri. (Istimewa)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PADANG PARIAMAN, KLIKPOSITIF — Satu lagi potensi wisata budaya di Sumatera Barat yang belum terlalu dikenal masyarakat. Objek wisata ini dikenal dengan nama “Rumah Putiah”,  berlokasi di Korong Rumah Putiah, Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padang Pariaman.

Rumah Putiah merupakan salah satu bangunan di kawasan peninggalan kolonial Belanda yang berpotensi untuk dijadikan objek wisata budaya unggulan. Pada kawasan tersebut terdapat sisa – sisa peninggalan bersejarah berupa artefak seperti fragmen benda keramik berbentuk vas bunga dan piring, serta bata utuh yang masing-masing memiliki cap/watermark di permukaan atas bata. Dan juga temuan non-artefaktual (puing bangunan) seperti Rumah Putiah (Tuan Semar), Bekas Bangunan Pengintai, Bekas Bangunan Barak Pekerja, Sisa Bangunan PLTA, maupun sisa Pabrik Pengeringan Kopi.

Temuan ini pertama kali dilaporkan oleh akademisi sekaligus tokoh masyarakat di Nagari Kepala Hilalang, Dr. Hasanuddin,M.Si., seorang dosen Ilmu Budaya Unand ini pertama kali melaporkan adanya temuan tersebut kepada pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya dan pihak pemerintah daerah untuk melakukan tindakan secepatnya agar kawasan bersejarah tersebut tidak rusak.

Bangunan Kolonial ini dihubungkan dengan sejarah perkebunan kopi yang pernah ada di lokasi ini. Menurut sejarah, pada awal abad ke-19, terjadi eksploitasi sumber daya alam berupa perkebunan Kopi di Nagari Kepala Hilalang, dikarenakan kondisi tanah yang cocok untuk perkebunan, dan jauh dari jalan raya atau berada di hutan. Meski tidak berlangsung lama, namun sejarah eksploitasi kopi di Minangkabau menyisakan kualitas kopi yang baik mutunya seperti “kopi daun” atau kawa daun.

Menurut Baiq Nila Ulfaini, Kasi Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman, potensi tersebut sudah terlihat oleh Drs. H.Ali Mukhni sebagai Kepala Daerah sejak awal ditemukannya lokasi ini. Dia lansung menugaskan pada Bidang Kebudayaan yang saat ini berada di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melakukan koordinasi dengan Dinas Pariwisata dan instansi terkait untuk pengembangan potensi tersebut sebagai kawasan wisata budaya tanpa mengabaikan perlindungan maupun pelestarian sejarah kawasan tersebut. (Khadijah)

[Heri Martoni]

Exit mobile version