PADANG PARIAMAN, KLIKPOSITIF – Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat Fatmawati menyampaikan, Padang Pariaman merupakan salah satu Kabupaten tertinggi dalam pendampingan sasaran oleh Tim Pendamping Keluarga dengan menggunakan Elsimil.
Namun ada beberapa kecamatan yang perlu ditingkatkan dalam pendampingan. Hal itu disampaikannya saat memberikan sambutan pada kegiatan Advokasi dan KIE Percepatan Penurunan Stunting di Lubuk Alung. Hadir dalam kegiatan tersebut Ketua TP-PKK, Yusrita Suhatri Bur, Kepala Dinas terkai dan para Pakar dari Universitas Negeri Padang beserta undangan.
Ia mengatakan, realisasi Bantuan Operasional Keluarga Berencanaย (BOKB) per tanggal 17 Desember 2023 yang lalu Kabupaten Padang Pariaman baru terealisasi 60,89 persen, semoga beberapa hari sisa ini dapat meningkatkan realisasi BOKB hingga akhir Desember 2023.
“Pada beberapa waktu yang lalu ada pelayanan KB serentak pada momentum Peringatan Hari Ibu. Terima kasih Kabupaten Padang Pariaman dapat melebihi capaian target hingga 193,86 persen,” katanya.
Fatmawati mengatakan, pada pemetaan keluarga resiko stunting yang terdata oleh kader dari tahun 2021 ke tahun 2022 mengalami penurunan, dari 35.716 menjadi 29.613. Itu selaras dengan penurunan hasil SSGI 2021 sebesar 28,3 menjadi 25 pada SSGI 2022.
“Kami akan masih menunggu hasil pengolahan data tahun 2023. Semoga tahun ini turun juga,” tuturnya.
Dilanjutkannya, dalam upaya percepatan penurunan stunting, tidak lepas dari program intervensi dan konvergensi dari lintas sektor. Dari data pendataan keluarga 2021-2022 masih terdapat beberapa persoalan di Padang Pariaman seperti masih adanya keluarga yang belum mendapatkan air minum tidak layak, keluarga tidak punya jamban, melahirkan terlalu muda, melahirkan terlalu tua, melahirkan terlalu dekat, melahirkan terlalu banyak.
“Ini menjadi tanggung jawab kita bersama, sehingga Padang Pariaman bisa mencapai target penurunan Stunting,”
Ia menjelaskan, dalam upaya percepatan penurunan stunting, tidak lepas dari program intervensi dan konvergensi dari lintas sektor.
Dari indicator resiko stunting yaitu air minum yang tidak layak mengalami penurunan secara kabupaten, namun ada 2 kecamatan yaitu ulakan tapakih dan VII koto sungai sarik mengalami kenaikan atas penggunaan air minum yang tidak layak pada keluarga.
“Dari indicator resiko stunting yaitu penggunaan jamban tidak layak mengalami kenaikan dari 2021 ke 2022. Hanya 1 kecamatan yaitu Batang Gasan yang mengalami pengurangan penggunaan jamban tidak layak.
Indikator Terlalu Muda secara kabupaten mengalami penurunan, hanya saja di 2×11 kayu tanam, ulakan tapakih dan IV koto aur malintang mengalami sedikit penambahan pernikahan di usia terlalu muda (<21 tahun),” tuturnya
Selain itu ungkap Fatmawati, Indikator PUS yang terlalu tua juga sedikit bertambah pada kecamatan Nan Sabaris, Ulakan Tapakih, VII Koto Sungai Sarik, IV Koto Aur Malintang, 2×11 Kayu Tanam dan Padang Sago. Kemudian Indikator PUS yang melahirkan terlalu dekat mengalami sedikit peningkatan di Padang sago dan Batang Anai, namun secara Kabupaten sudah menurun.
“Indikator PUS yang melahirkan terlalu banyak mengalami penurunan secara kabupaten, namun ada beberapa kecamatan yang meningkat yaitu Ulakan Tapakih, VII Koto Sungai Sarik, 2×11 Kayu Tanam, IV Koto Aur Malintang serta Nan Sabaris,” terangnya.
Menurutnya telah banyak upaya yang dilakukan dalam percepatan penurunan stunting baik dalam penanganan kasus stunting maupun pencegahan serta penanganan keluarga beresiko stunting.
“Kita nanti mohon masukan dari para pakar dalam upaya lebih melakukan percepatan lagi dalam penurunan stunting, apakah prioritas meningkatkan lagi koordinasi antar lintas sektor, peningkatan edukasi kepada sasaran atau pemberian bantuan, pelatihan dan sebagainya,” tutupnya.
Sementara itu Ketua TP-PKK, Yusrita Suhatri Bur menyampaikan, prevalensi Stunting Padang Pariaman saat ini 25 persen, turun 3,3 persen dari tahun sebelumnya.
“Target kami turun menjadi 20 persen di tahun 2024 dan kami juga terus berusaha agar bisa mencapai 14 persen seperti yang dicanangkan presiden,” tuturnya.
Ia menjelaskan, penajaman strategi intervensi dari hulu melalui kegiatan prioritas mencegah lahirnya anak stunting, mengoptimalkan peran tim pendamping keluarga yang sudah terbentuk sebanyak 789 orang se-Kabupaten Padang Pariaman. Mereka bertugas untuk memberikan pendampingan kepada calon pengantin, ibu hamil, ibu pasca melahirkan/IBU menyusui dan keluarga yang mempunyai anak 0 โ 5 tahun.
“Intervensi stunting harus kita mulai dari hulu yaitu kepada remaja dan calon pengantin, pastikan remaja-remaja memahami akan pentingnya kebutuhan gizi sejak dari remaja serta menerapkan pola hidup bersih dan sehat,”terangnya.