PARIAMAN, KLIKPOSITIF– Masih ingat dengan 'Geng Petarung' yang jumlahnya di Sumbar mencapai ribuan orang remaja dengan aksi joget saweran dan diduga berhubungan bebas sesama anggota?
Menelisik aktivitas geng tersebut, Fatmi Yeti Kahar selaku Ketua Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Kota Pariaman yang pernah menangani beberapa anggota Geng Petarung mengungkapkan, sepengamatannya, aksi geng tersebut sampai saat ini masih berlanjut.
“Saat ini aksi mereka masih berlanjut, hal ini dijelaskan oleh beberapa anggota Geng Petarung yang kami bina. Aktivitas mereka masih berlanjut saat ini dan bisa dipantau melalui grup FB mereka,” ungkap Fatmi Yeti Kahar, Senin 15 Maret 2021.
Fatmi Yeti menjelaskan anggota Geng Petarung ini terlibat juga dalam hubungan bebas (seks) sesama anggota. Selain itu, hobi anggota geng ini adalah berjoget saat pesta pernikahan dan saweran.
“Mereka joget dan sawer di pesta siapa saja, meskipun pesta orang yang tidak dikenal mereka,” kata Fatmi Yeti Kahar.
Fatmi Yeti melanjutkan, pihaknya telah menelisik pergerakan Geng Petarung selama beberapa tahun belakangan.
Dikatakannya juga, untuk kawasan Sumbar jumlah anggota geng tersebut mencapai ribuan orang sementara untuk di Kota Pariaman jumlah mereka sebanyak ratusan orang. Jumlah tersebut berdasarkan jumlah anggota di dalam grup FB mereka.
“Mereka tersebar di Sumbar, dan grup FB mereka jumlahnya ribuan orang. Kata salah seorang anggota mereka yang kami bina, untuk Pariaman jumlah mereka sekitar 5 ratus orang lebih dan itu terdata dalam grup FB,” ungkapnya.
Terkait aktivitas geng tersebut, Fatmi Yeti Kahar yang kerap disapa Teta itu menuturkan modus serta lokasi perkumpulan para remaja tersebut di Pariaman.
“Mereka mempunyai modus dan markas tertentu. Mereka mempunyai sandi kelompok, kelompok dengan sandi A adalah pesial dugem serta sawer,” jelas Fatmi Yeti Kahar.
Sementara itu kelompok dengan sandi C adalah mereka yang terlibat prostitusi.
“Kelompok prostitusi ini adalah mereka yang berhubungan bebas (intim) sesama mereka. Lokasi mereka tersebar di Pariaman dan Padang Pariaman,” jelasnya.
Untuk berhubungan intim ini, sesama anggota tidak punya banderol atau harga patokan. Pernyataan itu didasari dari pengakuan anggota yang terlibat prostitusi.
“Kadang kalau mereka punya rokok sebungkus atau nasi sebungkus, mereka bisa berhubungan. Tidak ada patokan tarif mereka, suka sama suka saja,” ungkap Fatmi Yeti Kahar yang pernah membina beberapa orang anggota Geng Petarung itu.
Fatmi yang saat ini membina 16 anak di tempatnya, masih mempunyai akses dengan beberapa anggota geng itu. Dia paham betul tentang modus Geng Petarung itu.
“Kalau ingin melacak keberadaan mereka cukup mudah, meskipun secara kasat mata mereka sulit diidentifikasi. Namun mereka bisa ditebak dengan pasti,” sebutnya.
Salah satunya kata dia lagi, mereka ada di gerbong kereta api paling belakang.
“Perhatikanlah pada hari Minggu, jika pada gerbong kereta api paling belakang ada sekelompok remaja, itu bisa dipastikan adalah anggota Geng Pertarungan,” sebut Fatmi Yeti Kahar.
Turun dari kereta api, katanya lagi, tempat favorit mereka berkumpul adalah SPBU.
“Di SPBU mereka bersiap untuk melakukan kegiatan dugem dan aktivitas lainnya,” ulasnya.
Selain itu, mereka juga punya aktivitas mendaki gunung.
“Mereka juga mendaki gunung. Posko mereka berkumpul di Kurai Taji,” ungkap Fatmi Yeti Kahar.
Diberitakan sebelumnya, tiga remaja perempuan inisial PI (17), AY (18) dan DN (19) ditangkap oleh Satpol PP Pariaman sekitar Februari 2021. Mereka diamankan dini hari usai terciduk warga tengah berbuat mesum.
Saat ini ke tiga remaja tersebut telah dikarantina di Solok.
Menyoal terkait itu, Kadis Pol PP dan Damkar Kota Pariaman, Elfis melalui Kepala Bidang Penegak Peraturan Perundang-Undangan (PPUD) dan SDM Satpol PP dan Damkar Kota Pariaman, Muhammad Taufik menjelaskan pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap gerak gerik anggota Geng Petarung tersebut.
“Untuk wilayah Pariaman sendiri tetap kami lakukan pemantaun aktivitas mereka. Sudah banyak pula laporan dari warga. Namun setelah tiga orang anggota geng itu kami amankan dan dikarantina di Solok aktivitas mereka mulai berkurang,” ungkap Muhammad Taufik.
Dikatakannya juga, cara anggota geng tersebut menghindar dari pantauan pihaknya cukup pandai. “Mereka telah mulai mencari posko atau markas baru,” katanya.
Secara umum, kata Taufik lagi, pihaknya berkomitmen untuk menertibkan segala bentuk kenakalan remaja yang mengganggu ketertiban dan melanggar Perda Pariaman.
“Berkenaan juga dengan mereka masih berumur di bawah umur, kami minta untuk orang tua agar memperhatikan anak masing-masing. Jangan sampai masuk dalam geng ini,” kata Taufik.