Memasak Apam, Tradisi Warga Pasaman Barat Menyambut Bulan Rajab

Menjelang bulan Rajab ini, ada tradisi yang dilakukan oleh ibu-ibu di Pasaman Barat - Sumbar yakni membuat makanan yang terbuat dari tepung beras yang dinamakan apam. Mereka tanpa dikomandoi akan membuat makanan tersebut di setiap perkampungan.

Makanan yang terbuat dari tepung berasa yang dinamakan Apam

Makanan yang terbuat dari tepung berasa yang dinamakan Apam (Irfansyah Pasaribu)

PASBAR, KLIKPOSITIF – Pasaman Barat adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Barat (Sumbar). Daerah ini terkenal dengan daerah yang dihuni oleh tiga kultur etnis terbesar yakni Minang, Mandailing dan Jawa.

Kehidupan masyarakat di daerah itu sangat menjunjung nilai-nilai sosial, adat dan budaya. Masyarakat di daerah itu tidak pernah memandang perbedaan etnis, dari etnis yang satu ke etnis lainnya. Mereka hidup rukun dalam satu lingkungan.

Mayoritas agama penduduk Kabupaten Pasaman Barat adalah agama Islam, meski ada agama lain namun hanya sebagian kecil. Ada hal yang menarik di daerah itu yang bisa dilihat ketika menjelang bulan Rajab.

Menjelang bulan Rajab ini, ada tradisi yang dilakukan oleh ibu-ibu yakni membuat makanan yang terbuat dari tepung beras yang dinamakan apam. Mereka tanpa dikomandoi akan membuat makanan tersebut di setiap perkampungan.

Bagi sebagian masyarakat Pasaman Barat, makanan apam seolah menjadi makanan wajib dibuat dalam rangka menyambut bulan Rajab. Warga akan memasak apam secara berkelompok di halaman rumah atau di lapangan.

Mereka akan memilih ruang terbuka, karena asap yang ditimbulkan dari bahan bakar alami berupa daun kelapa kering ini cukup banyak. Sebab, memasak di ruangan terbuka akan lebih memudahkan.

Tradisi ma-apam hingga saat ini terus berlanjut dan terus dilestarikan. Karena bagi mereka memasak apam akan memupuk kebersamaan. Masyarakat pun tidak mengetahui sejak kapan tradisi ini dimulai, namun hal ini sudah berlangsung sejak lama dan sudah turun temurun.

Saat memasak apam akan sangat terlihat nilai kebersamaan, mereka para kaum ibu dipenuhi dengan canda tawa dan kebahagiaan. Selain memupuk kebersamaan, bagi mereka sama dengan bersedekah serta untuk mempererat tali silaturrahmi antar sesama.

Memasak apam ini dilakukan secara alami, karena menggunakan tungku dan bahan bakar nya dari daun kelapa kering. Sambil memasak apam, para kaum ibu saling bersendagurau sambil mengaduk bumbu dan santan kental sebagai bahan dasar apam sebelum di masak.

Semua bahan dan cara yang digunakan terlihat masih sangat tradisional sekali. Biasanya setelah di masak, apam akan disantap bersama-sama atau dibagikan kepada masyarakat sekitar dan sanak keluarga baik yang dekat maupun yang jauh.

Bahan dasar pembuat apam terbilang sangat mudah didapat, seperti tepung beras yang sudah ditumbuk, santan kelapa, garam, gula, dan sejumlah pemanis alami seperti gula aren. Setelah di siapkan semua bahan diaduk menjadi satu dan berbentuk cairan putih.

Sementara itu Pemerintah Pasaman Barat terus berupaya agar makanan 'Apam ini bisa didaftarkan menjadi salah satu budaya dilindungi ke tingkat nasional dalam budaya non benda.

Sebab, pemerintah setempat mengkhawatirkan makanan ini bisa di caplok dan di klaim oleh daerah lain atau bisa jadi negara luar jika makanan tersebut tidak didaftarkan dan dilindungi sebagai budaya khas makanan Pasaman Barat.

Kepala Dinas Pendidikan dan Budaya Pasaman Barat Marwazi mengatakan, apam adalah salah satu budaya non benda yang harus dilindungi di tingkat nasional seperti makanan daerah lain.

Selain itu pihaknya terus mendorong untuk melestarikan budaya maapam. Disamping itu, juga akan memasukkan sebagai pelajaran yang wajib diketahui oleh para pelajar tentang cara membuat makanan tersebut.

“Tentunya dengan itu, budaya ini tidak akan hilang tergerus zaman dan bisa menjadi nilai ekonomi jika dikelola dengan baik. Kita akan terus berupaya melindungi, pembinaan dan pengembangan, karena hal ini sudah sinkron dengan program kita,” kata Marwazi, Minggu (24/1).

Pihaknya juga telah melakukan perhelatan pemecahan rekor MURI dengan 1.500 tungku untuk memasak apam pada bulan Maret 2020 lalu. Menurutnya juga, kegiatan itu tidak lain hanya bertujuan untuk melestarikan budaya maapam tersebut yang sudah dilakukan secara turun termurun di Pasaman Barat.

  • *
    👉Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.

Exit mobile version