BUKITTINGGI, KLIKPOSITIF – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) RI menggandeng praktisi dan akademisi, dalam program untuk mengembangkan potensi wisata di seputaran Danau Maninjau-Agam.
Koordinator Area 1 Direktorat Pengembangan Destinasi Kemenparekraf, Ali Nurman mengatakan, peran praktisi dan akademisi sangat penting dalam peningkatan kesadaran kolektif demi pengembangan destinasi di Maninjau.
“Kita mengadakan kegiatan selama 5 hari, dari 26 hingga 30 Oktober. Dalam kegiatan ini, kita adakan semacam pelatihan pengelolaan pokdarwis dan pengembangan daya tarik desa,” kata Ali Nurman, Kamis 4 November 2021.
Pesertanya terdiri dari 60 orang pemangku kepentingan terdekat, dari 9 nagari yang ada di Kecamatan Tanjung Raya. Kegiatannya selama 5 hari. Rinciannya 2 hari di kelas, 2 hari praktek dan 1 hari menyusun rencana aksi.
“Dari 9 Nagari, yang sudah memiliki Pokdarwis baru 4, jadi kegiatan kita lakukan di 4 nagari ini. Bagi nagari yang belum punya, kita gabung pesertanya ke nagari yang sudah punya Pokdarwis. Ini semacam sosialiasi, tapi bedanya kita langsung aplikasikan di lapangan,” ujarnya.
Lewat kegiatan ini, Kemenpar memberikan pemahaman tentang wisata, terutama terkait potensi serta cara mengembangkannya hingga menjadi layak jual.
“Nah dari sini, akademisi dan praktisi berperan untuk menjabarkan pemahaman mereka mengenai desa wisata maupun penguatan jejaring,” ungkapnya.
Dari kalangan praktisi, Kemenpar menggandeng Founder Objek Wisata Nyarai Ritno Kurniawan, Pokdarwis Lawang Abdul Rahman, Pengelola Desa Wisata Kubu Gadang Yuliza dan Pengelola Wisata Bangsring Banyuwangi. Sementara, dari kalangan akademisi, yakni Moch Abdi, Rozi Yuliani, Edi Novra dan Wina Asty dari UM Sumbar.
“Peserta cukup antusias, hari pertama mungkin mereka masih skeptis. Namun setelah beberapa hari peserta mulai memahami pengetahuan tentang pengelolaan organisasi Pokdarwis, dan gambaran tentang pengembangan daya tarik wisata desa,” ungkap Ali Nurman melanjutkan.
Dia mengharapkan kegiatan ini bisa mengunggah minat peserta untuk menggerakkan pariwisata di kawasan tersebut.
Menurut Ali, secara kasat mata, wilayah sekeliling Danau Maninjau sangat potensial menjadi tujuan wisata karena prospeknya besar, sehingga masyarakat bisa memanfaatkannya untuk peningkatan ekonomi, tak harus dari sektor keramba jaring apung saja.
“Kita harap dari kegiatan ini hadir Local Champion seperti Ritno yang sukses mengembangkan objek wisata Nyarai,” harapnya.
Terpisah, Wakil Rektor III UM Sumbar Moch Abdi, yang jadi pembicara dari bidang akademisi, memuji langkah Kemenpar dalam menggandeng segenap elemen untuk pengembangan wisata Danau Maninjau.
Menurutnya, langkah ini efektif ketimbang hanya melakukan sosialisasi di hotel tanpa ada penerapan di lapangan.
“Ini pola baru dengan menggandeng akademisi dan praktisi di satu panggung. Begitupun masyarakat juga diajak terlibat, secara tidak langsung pola ini akan membuat masyarakat sadar akan kekayaan potensi desa mereka,” ucap Abdi.
Nanti, kata dia, wisata Danau Maninjau akan diarahkan ke syariah atau halal, sesuai karakteristik masyarakat lokal, dan UM Sumbar siap mendampingi hingga lahirnya desa wisata baru di kawasan itu.
Abdi juga mengatakan hal ini bisa menjadi koreksi dari pemerintah daerah, tentang cara pengembangan wisata yang berkelanjutan.
Sebelumnya, Pemerintah Pusat memasukkan Danau Maninjau dalam daftar 15 danau yang butuh skala prioritas penyelamatan sesuai Perpres nomor 60 tahun 2021, akibat kerusakan lingkungan karena banyaknya aktivitas keramba jaring apung.
Pemerintah meminta masyarakat untuk mengalihkan mata pencaharian dari nelayan ke sektor lain, terutama di wisata untuk merevitalisasi danau tersebut.
(*)