LDII Dorong Para Santri Bijak Memanfaatkan Media Sosial

Caption: Para santri LDII di Ponpes Wali Barokah sedang mengikuti pelajaran tafsir Alquran. Saat mereka lulus dan menjadi juru dakwah, mereka diharapkan dapat memanfaatkan media sosial untuk membangun karakter bangsa, agar berjiwa pancasilais.

KLIKPOSITIF — Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) mendorong para santri bijak memanfaatkan media sosial yang merupakan ruang publik menjadi alat penyebaran radikalisme, liberalisme, hedonisme, hingga berbagai prilaku menyimpang.

“Problematika ini mendorong DPP LDII menjadikan media sosial sebagai area dakwah bil haal. Para santri yang nantinya menjadi juru dakwah LDII diajak meramaikan media sosial,” kata Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso.

Pihaknya mendorong literasi media sosial di kalangan santri. Mereka memiliki modal ilmu, dengan beraktivitas di media sosial, mereka bisa menebarkan kebaikan secara lebih luas. Terutama generasi muda yang haus informasi.

Ia menilai literasi media sosial menjadi penting, karena kompleksnya permasalahan yang dihadapi masyarakat tersebut.

Ia memberi contoh perudungan atau bully, kerap menyasar seseorang di media sosial, “Akhirnya pem-bully-an itu meluas dari jagat maya ke jagat nyata. Belum lagi propaganda gaya hidup menyimpang seperti LGBT hingga persoalan agama yang menjadikan seseorang jadi sosok yang radikal,” keluhnya.

Bahkan gaya hidup seks bebas juga menemukan ruang penyebaran di media sosial. Prostitusi saat ini justru marak di Twitter, baik terang-terangan maupun terselubung.

KH Chriswanto pun meminta para santri peka dan melanjutkan dakwahnya di media sosial.

Menurutnya perkembangan teknologi digital harus dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memasifkan pemberitaan atau informasi positif.

Tujuannya, agar amar ma’ruf kian meluas di kalangan masyarakat, agar kehidupan mereka tidak hanya menuruti hawa nafsu lalu menabrak norma agama dan budaya.

“Dengan memperbanyak sumber daya jurnalis dan para santri yang memiliki keterampilan bermedia sosial, mereka dapat mengedukasi umat dan berdakwah di media sosial,” kata dia.

Menurut dia para santri nantinya, menyiarkan kebaikan yang universal dengan memegang teguh prinsip jurnalisme positif.

“Berita atau informasi yang dimuat, dalam koridor Pancasila, moralitas, nilai agama Islam, dan etika jurnalistik. Jangan sampai melanggar etika tersebut,” kata KH Chriswanto.

Setiap bulan, menurut KH Chriswanto ratusan pondok-pondok pesantren (Ponpes) di lingkungan LDII menghasilkan 800-1.000-an juru dakwah.

Mereka disebar di pelosok-pelosok Indonesia untuk mengajar di majelis-majelis taklim LDII dan mereka sangat dekat dengan problematika umat.

“Mereka bisa mengedukasi umat sekaligus berdakwah melalui media sosial,” tuturnya.

Sementara Ketua Ponpes Wali Barokah, Kediri, Jawa Timur KH Sunarto mengatakan elit politik yang menggunakan komunikasi politik populis menciptakan perpecahan yang mengkhawatirkan.

Ia berpendapat, para ulama, tokoh agama, hingga santri harus aktif mendinginkan suasana, agar terus tercipta kerukunan, persatuan dan kesatuan bangsa.

“Santri harus mendapat edukasi bagaimana memilah dan memilih informasi agar tidak terpapar radikalisme dalam agama. Sebaliknya mereka juga dituntut memproduksi konten atau informasi yang positif, agar kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara menjadi sejuk. Itu menjadi modal dalam membangun dan menyejahterakan masyarakat,” kata dia

Ketua Ponpes Al Ubaidah Kertosono Nganjuk Jawa Timur Habib Ubaidillah Al Hasany mengatakan sebagai pesantren yang khusus untuk menguji para santri yang akan disebar ke berbagai pelosok tanah air.

“Kami bertanggung jawab menjadikan santri sebagai penegak empat pilar kebangsaan,” kata Habib Ubaid.

Ponpes Al Ubaidah membekali para santri dengan pemahaman kebangsaan, dengan menghadirkan pemateri dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Nganjuk, Koramil, dan Polres, “Setiap bulan kami mengundang mereka untuk memberi wawasan mengenai dakwah, wawasan kebangsaan, dan bela negara,” pungkasnya.

Sementara Pj Ketua DPW LDII Sumatera Barat Afrizal Yaman mengatakan kontribusi LDII melalui delapan bidang pengabdian perlu diinformasikan dan dikomunikasikan ke masyarakat luas.

“Kemas berita atau informasi dengan santun, dan hindari hal yang dapat menyinggung,” jelasnya.

Menurutnya, tak hanya warga LDII saja yang diharapkan dapat bijak di media sosial. Para santri, kini memiliki tugas berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan membantu pemerintah membentuk karakter bangsa yang pancasilais.

“Hari-hari ini media sosial minim edukasi dan pembangunan karakter, namun riuh dengan hal-hal dangkal bahkan memecah persatuan dan kesatuan bangsa,” kata dia

Exit mobile version