PADANG, KLIKPOSITIF — Komunitas Seni Nan Tumpah didukung oleh Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia akan mementaskan sebuah karya pertunjukan berjudul “Catatan si Padang.”
Pementasan tersebut akan berlangsung pada 23-25 Oktober 2021 pukul 20.00 WIB di Gedung Genta Budaya, Padang.
Pertunjukan berdurasi kurang lebih satu jam ini disutradarai oleh Mahatma Muhammad dan digarap berdasarkan teks dramatik yang ditulis oleh Muhammad Ibrahim Ilyas.
Ismail Idola, selaku pemimpin produksi “Catatan si Padang” menuturkan, pertunjukan ini sedianya disiapkan dalam format video untuk disiarkan di situs web Indonesiana.tv dalam rangkaian Festival Bumi Rempah Nusantara untuk Dunia yang diadakan oleh Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia di 13 titik simpul Festival Jalur Rempah seluruh Indonesia.
Namun, demi menjawab antusiasme rekan-rekan penikmat dan pegiat seni di Padang, kami memutuskan untuk juga menyelenggarakan pertunjukan secara luring.
Lebih lanjut Ismail menambahkan bahwa proses produksi pertunjukan ini melibatkan banyak komunitas, di antaranya Komunitas Tari Galang, Ruang Fine Art Villa A, Komunitas Sarimata, Rumah Drama Imaji, Impessa Dance Company, 3AM Studio, Komunitas Lembar Seni, Rotan Artwork, Komunitas Minang Bagurau Mendunia, Grup Maena dan Balanse Rancak Basamo, serta beberapa personal dari lintas disiplin bidang seni.
Selain itu kegiatan ini juga didukung oleh Forum Sumbar Kreatif, selaku asosiasi yang menjadi wadah komunitas yang bergerak di bidang seni dan Ekraf di Sumatera Barat.
“Secara personal, kurang lebih sebanyak 80 orang terlibat dalam produksi ini,” katanya.
Sementara itu, Mahatma Muhammad, selaku sutradara menjelaskan, “Catatan si Padang adalah sebuah karya pertunjukan yang mencoba untuk menangkap dinamika dan ragam peristiwa perkembangan Padang sebagai sebuah kota, mulai dari masa penjajahan Belanda, Jepang, hingga ke hari ini.
Beberapa lintasan peristiwa penting yang turut punya andil dalam pembangunan kota ini dicoba untuk diinterpretasikan dan dihadirkan dalam wujud fragmen-fragmen pertunjukan.”
Mahatma juga menuturkan bahwa pertunjukan ini juga mengakomodir banyak unsur kebudayaan etnis-etnis yang pernah dan masih menjadi bagian dari perkembangan Kota Padang, seperti balanse madam, saluang dan dendang Pauah, barongsai, tari India, tari Sampan, tari piriang, silek pauah dll.
Selain gagasan dan capaian artistik, gagasan yang ingin diusung dalam pertunjukan ini adalah perihal semangat kerja kolektif lintas disiplin bidang seni, budaya, dan latar belakang sosial. Sebab Padang sebagai sebuah kota dibangun oleh banyak peristiwa dan budaya.”
Proses produksi pertunjukan ini telah berlangsung sejak Agustus 2021, dimulai dengan penulisan teks dramatik oleh Muhammad Ibrahim Ilyas.
Setelah teks dramatik selesai ditulis, sutradara menggandeng beberapa penata untuk mendukung capaian artistik kekaryaan.
Sutradara mempercayakan untuk koreografi kepada Deslenda, komposisi musik kepada Tenku Raja Ganesha dan Ossi Darma, garapan artistik instalasi panggung kepada Kapten Moed, tata cahaya kepada Karta Kusumah, tata suara kepada Cimay Ardana, tata kostum kepada Yanti dan sinematografi kepada Halvika Padma, iJul serta Hamdan Almi Putra untuk membentuk tim yang mengerjakan proses perekaman pertunjukan.
Kemudian berlangsung proses pemilihan pemain yang dilanjutkan dengan proses eksplorasi pemeranan, koreografi, dan penataan musik berdasarkan konsep yang disusun oleh sutradara. Proses penciptaan karya tata panggung dan instalasi serta penataan cahaya dimulai setelah lokasi pertunjukan disepakati.
“Awalnya, kami akan mementaskan pertunjukan ini di salah satu gudang tua di sudut wilayah kota tua di Padang, namun karena terkendala beberapa perkara teknis, akhirnya kami memilih Gedung Genta Budaya sebagai lokasi pementasan dan perekaman video,”
Sinopsis Catatan si Padang
Pertunjukan Catatan si Padang bercerita tentang perjalanan seorang anak menyusuri kawasan Kota Tua, Padang.
Secara tidak sengaja, anak tersebut “ditarik” masuk ke dalam salah satu gedung cagar budaya yang ada di kawasan tersebut. Di salah satu ruang gedung, melalui penuturan seorang perempuan tua, anak tersebut menyaksikan penggalan peristiwa tentang sejarah Kota Padang, yang sejak abad ke-15 dikenal sebagai bandar perdagangan.
Ketua Forum Sumbar Kreatif Yulviadi mengatakan, pihaknya sangat mengapresiasi pertunjukan yang digelar kali ini.
Menurutnya, Sumbar adalah gudang para seniman dan pelaku seni kreatif.
“Selanjutnya bagaimana kita mendorong wadah para seniman tersebut agar bisa menjadi tempat berkreasi sekaligus bisa jadi tumpuan hidup,” katanya.
Pentingnya keberadaan komunitas seni pertunjukan ini harus dikemas karena kita mempunyai sumber daya manusia yang tidak kalah hebatnya.