Kisah Rodi Salam, Polisi yang Tak Pandai Bahasa Inggris Namun Nekad Mendirikan Komunitas Belajar Bahasa Inggris

Polisi berpangkat AIPDA ini merupakan satu-satunya personil khususnya di lingkup Polda Sumbar yang mendirikan Police Speaking English Community.

AIPDA Rodi Salam

AIPDA Rodi Salam (Rehasa)

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PARIAMAN, KLIKPOSITIF– “Polisi Bahasa”, barangkali sebutan yang cocok untuk dilekatkan kepada Rodi Salam, salah satu anggota polisi yang mengabdi di Polres Kota Pariaman – Sumbar. Polisi berpangkat AIPDA itu merupakan satu-satunya personil khususnya di lingkup Polda Sumbar yang mendirikan Police Speaking English Community.

Police Speaking English Community adalah komunitas belajar bahasa Inggris yang dibentuk oleh AIPDA Rodi Salam pada 1 Juli 2020 dan terbuka secara gratis untuk seluruh personil di polres itu. Bagaimana latar belakang terbentuknya komunitas tersebut, mari simak ulasan berikut ini.

“Dulu pada tahun 2016, tepatnya saat lebaran. Saya ditugaskan untuk mengawal wisatawan asing asal Polandia yang ingin melancong ke Pulau Angso Duo,” ungkap Rodi Salam pria kelahiran 16 Agustus 1982 itu, Selasa 23 Februari 2021.

Seperjalanan di atas kapal, Rodi memberanikan diri bicara dengan turis tersebut. Sampai pada suatu percakapan yang Rodi sendiri kelabakan untuk memahami apa yang dikatakan oleh turis Polandia itu.

“Saat itu saya tidak mengerti apa yang dikatakan turis tersebut. Tetiba ada salah satu anak Sekolah Menengah Atas (SMA) yang kebetulan satu kapal membalas percakapan bule tersebut. Anak SMA itu lancar berdialog dengan turis itu, sementara saya merasa malu sendiri,” ungkap Rodi Salam, personil yang dikaruniai tiga orang anak itu.

Peristiwa itu dikatakan oleh Rodi Salam adalah peristiwa yang memalukan dalam dirinya. Kendatipun demikian, kejadian tersebut membuat ia bersemangat untuk menguasai percakapan bahasa inggris.

“Pada tahun itu juga saya mencari guru untuk belajar Bahasa Inggris. Saat itu saya belajar dengan Kepala UPT Dinas Pariwisata Kota Pariaman,” sebut AIPDA Rodi yang pernah bertugas di Polairud dari 2014 hingga 2018.

Selain latar belakang empiris (pengalaman) tersebut yang membuat Rodi mendirikan komunitas Bahasa Inggris, secara prinsip dia melihat kemampuan polisi di daerah sangat minim untuk berbahasa Inggris.

“Khusus untuk petugas lapangan, sebagian besar mereka tidak bisa berbahasa Inggris, sementara kalau kita melihat pada tuntutan zaman saat ini, bisa berbahasa Inggris adalah kecakapan yang harus dikuasai,” jelas Rodi mantan Ajudan Kapolres Pariaman tahun 2012 itu.

Maka pada 1 Juli 2020, Rodi mendirikan komunitas belajar bahasa inggris secara berangsur-angsur.

“Pada awalnya, saya harus bangun sistem pendukung yaitu area speaking inggris (area berbahasa inggris) di pojok kantin,” jelas Rodi.

Langkah awal dari sistem area yang dibentuknya tak sedikit menuai cemoohan. Apalagi melihat Rodi yang tetiba saja berbicara dengan bahasa Inggris, ditertawakan oleh kawan-kawannya.

“Bahkan ada yang mengatakan saya gila. Dari sekian banyak tanggapan tersebut ada pula yang mendukung, hanya saja antusias untuk masuk pada sistem area Inggris itu belum tampak,” sebut alumni SMA 2 Pariaman itu.

Perlahan tapi pasti, Rodi tak patah semangat untuk mewujudkan cita-citanya. Hari ke hari dia tetap berbahasa inggris di area yang telah dibentuknya itu. Area inggris Rodi saat itu, adalah bagian pojok kantin, dan dia meminta izin terlebih dahulu pada pemilik kantin.

“Hari-hari saya pada minggu pertama jadi cemoohan oleh personil di sana. Saya terlihat aneh yang tiba-tiba saja begitu. Hal ini saya respon dengan cuek, dan fokus untuk membangun sistem itu,” sebut Rodi Salam.

Sampai pada akhirnya, kabar Rodi Salam menjadi 'gila bahasa ingris' sampai di telinga Kapolres Kota Pariaman, AKBP Deny Rendra Laksmana.

“Kapolres ternyata mendukung. Jika saya sungguh-sungguh, silakan, maju terus,” kata Rodi, meniru kalimat dukungan dari Kapolres itu.

Semenjak itu hingga saat ini, komunitas bahasa inggris yang dirintis oleh Rodi diterima keberadaannya. Setiap hari ada saja personil yang menyempatkan diri belajar di sana.

“Sementara itu, metode pelajaran yang kami bangun lebih pada sifat santai dan nyaman. Saya standby dari hari senin hingga sabtu, sekitar pukul sembilan pagi hingga pukul 12 siang, kecuali saat tugas paket,” ungkap pria yang masuk polisi pada 2002 itu.

Lebih lanjut Rodi katakan, ada tiga metode penting yang harus dimiliki untuk belajar bahasa inggris. Pertama adalah alamnya atau ruang (kelas) untuk berbahasa. Ke dua adalah media sosial dan terakhir adalah kebiasaan berbahasa inggris.

Tidak hanya secara tatap muka. Rodi juga selalu membagikan langkah-langkah untuk cepat pandai berbahasa inggris (materi) melalui pesan Whatsapp atau Facebook.

“Hal itu saya lakukan lantaran paham kalau teman-teman punya tugas pokok sebagai polisi. Kita belajar bahasa memanfaatkan waktu luang, tanpa paksaan dan se bisa mungkin dengan suasana nyaman,” ulas Rodi Salam.

Untuk diketahui juga, saat ini sudah ada 10 personil yang dapat diandalkan dalam berbahasa Inggris. Hal itu merupakan capaian yang menjadi motivasi besar bagi Rodi untuk selalu konsisten berbagi ilmu bahasa, kendatipun baru berjalan enam bulan.

Dia juga mempunyai filosofis perihal itu yaitu The more you give, the more you received yang artinya semakin banyak kamu berbagi, maka semakin banyak yang kamu dapatkan.

“Semangat saya juga ditopang dengan idiom No bravery, no victory yaitu Tidak ada keberanian, maka tidak ada kemajuan,” sebut Rodi Salam yang pernah bertugas di Polsek Sungai Limau dan Satlantas Pariaman itu.

Begitulah kisah tentang Rodi Salam, 'Polisi Bahasa' yang mempunyai pandangan bahwa tantangan polisi ke depan terkait SDM sangat kompleks termaksud tantangan berbahasa asing.

“Sesuai dengan amanat Kapolri terkait program Presisi di mana SDM berbudaya unggul. Polisi mampu menjawab tantangan ke depan dan menjadi polisi yang cemerlang,” sebut Rodi Salam.

Rehasa

Exit mobile version