Ketua Umum DPP LDII Ingatkan Dewasa dalam Berdemokrasi di Tahun Politik

KLIKPOSITIF — Pemilu 2024 tinggal dua tahun lagi, para politisi terus bermanuver. Bila tak disikapi dengan bijak, tahun-tahun yang penuh kekerasan tampak di depan mata. Inilah pentingnya kedewasaan dalam berdemokrasi, karena inti demokrasi adalah menyejahterakan rakyat bukan ambisi pribadi atau kelompok.

Ketua Umum DPP LDII KH Chriswanto Santoso mengatakan tahun politik jelang pemilu adalah tahun yang emosional, inilah pentingnya pengendalian diri. Apalagi ini bulan Ramadan.

Ia mengingatkan jangan hal-hal yang dianggap tidak adil dilawan dengan emosi dan kekerasan.

Dirinya mengajak seluruh elemen bangsa, baik pemerintah maupun rakyak Indonesia melakukan politik kenegaraan dalam bingkai moralitas,

“Kebebasan individu dalam demokrasi itu, tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan. Tanpa moralitas, kebebasan itu bisa bertabrakan dengan kebebasan orang lain,” kata dia.

Ia berpendapat, ketika bangsa ini setelah Reformasi memilih untuk berdemokrasi. Maka selanjutnya semua pihak mematuhi hukum atau aturan yang dibuat bersama oleh eksekutif dan legislatif, dan dijalankan oleh yudikatif.

“Taat terhadap peraturan itu adalah salah satu ciri masyarakat yang demokratis dan beradab,” imbuhnya.

Chriswanto menilai manusia dengan moralitas yang luhur akan menjadi pribadi yang mampu mengendalikan diri, “Ramadan ini adalah bulan yang bisa kita pakai untuk belajar mengendalikan diri, mengikuti aturan yang dibuat atas kesepakatan bersama. Justru, sikap emosional dan amarah, menghilangkan nilai luhur demokrasi.

“Emosional dengan menghajar orang lain, itu mendegradasi nilai perjuangan yang dicanangkan. Cara berdemokrasi yang baik kita jangan mudah terpancing,” imbuhnya.

Ia menambahkan, keributan pada tahun politik disebabkan karena bangsa ini memiliki banyak politisi tapi miskin leadership atau kepemimpinan.

Menurut dia, antara politisi biasa dan yang memiliki leadership itu berbeda. Politisi selalu menekankan program untuk jangka pendek, agar lima tahun terpilih lagi. Sementara leadership menekankan program jangka panjang, agar masyarakat sejahtera & menyiapkan serta membangun generasi berikutnya.

Jadi boleh saja, politisi menumpang program jangka panjang dari politisi lain yang memiliki leadership. Tapi nantinya, akan tampak pada saat politisi itu kalah.

“Misalnya dia akan banyak komplain, menyalahkan sistem, dan lain-lain. Sementara seorang politisi yang memiliki leadership tidak masalah siapapun yang menang, yang terpenting visinya untuk menyejahterakan rakyat dan membangun generasi penerus yang berkualitas bisa tercapai,” katanya.

Ruang Publik Harus Sehat

Terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan dalam negara demokrasi, KH Chriswanto mengingatkan, bahwa masalah agama adalah given, masalah keyakinan dan semua orang menganggap agama atau keyakinannya adalah yang paling benar, rasa itu hadir karena pemberian Sang Khalik.

Dia berpandangan adanya perbedaan tafsir mengenai agama atau keyakinan adalah hal yang lumrah namun setiap agama selalu mengajarkan mengenai perdamaian.

“Pada titik inilah, semua umat beragama dan mereka yang memiliki keyakinan berbeda-beda, memiliki kewajiban membuat kesepakatan perdamaian satu sama lain,” imbuhnya.

Senada dengan KH Chriswanto, Penjabat Ketua DPW LDII Sumatera Barat Afrizal Yaman mengatakan pentingnya ruang publik seperti media sosial, bukan sebagai tempat saling menyerang keyakinan baik sesama umat Islam atau antar umat beragama.

Menurutnya kekerasan simbolik atau kekerasan verbal di media sosial dapat menciptakan kekerasan fisik di tengah-tengah masyarakat.

Kemudian penistaan agama yang katanya hal lumrah di negara maju karena demokrasinya telah dewasa juga harus dilihat kembali realitasnya,

“Di negara-negara maju, ada gereja dibakar atau umat Islam ditembaki saat beribadah, itu semua karena penistaan agama di media sosial,” ujarnya.

Dirinya mengajak semua pihak dalam urusan agama, selalu mawas diri, saling menghormati dan menghargai.

“Kita semua merasa keyakinannya adalah yang paling benar, tapi kita juga memiliki kewajiban menciptakan suasana keberagaman ini menjadi sejuk,” tuturnya.

Ia menilai esensi politik adalah bagaimana menciptakan ruang, agar semua orang yang berbeda gaya hidup dan pandangan bisa hidup berdampingan dengan damai.

“Jadi politik itu bukan soal cara berkuasa saja. Ada amanah untuk menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara ini menjadi lebih berkualitas,” pungkasnya.

Exit mobile version