Keberpihakan JNE pada Usaha Sepatu Panjat Pinang di Masa Pandemi

Hal yang paling mengasyikkan pakai JNE itu menghilangkan keraguan dan kegundahan

Foto: Fitria Marlina

PADANG, KLIKPOSITIF – Malam itu, Firdaus baru saja selesai membungkus rapi semua semua pesanan Sepatu Panjat Pinangnya. Total yang dibungkusnya malam itu 25 pasang sepatu. “Ini pesanan dari daerah Timur Indonesia, NTB dan Papua,” katanya di rumah orangtuanya di Dusun Gaduang Batu, Desa Tangah Padang, Nagari Cupak, Kabupaten Solok – Sumatera Barat.

“Hal yang paling mengasyikkan pakai JNE itu menghilangkan keraguan dan kegundahan, namun menimbulkan rasa senang tak berkesudahan. Mengapa saya bicara seperti itu? Karena pengiriman barang pakai JNE dibayar di awal oleh konsumen sehingga uang kita terima, paket dengan bahagia kita kirimkan,” tuturnya dengan tertawa kecil saat saya berkunjung ke rumahnya pada Sabtu, 18 Desember 2021 lalu.

Maraknya beberapa kasus return barang oleh konsumen beberapa waktu terakhir, membuat Firdaus juga was-was dengan hal itu. “Walaupun Alhamdulillah sejauh ini belum pernah terjadi, namun saya tetap mewaspadai kejadian itu di masa kini dan masa akan datang. Dan untuk mewaspadai itu, JNE bisa memberikan jaminannya kepada kita pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan melakukan pembayaran secara tunai,” paparnya.

Bagi Firdaus, JNE sudah menjadi sahabat baiknya dari awal membuka usaha hingga di masa pandemi ini. “Dari awal usaha di akhir 2018, saya sudah memakai jasa pengiriman ini untuk mengirim usaha saya ke luar daerah. Barang terjaga, uang langsung didapat, dan kita tak perlu ragu dengan keamanan barang hingga sampai di tangan konsumen. Makanya, JNE jadi pilihan saya dalam mendukung usaha,” ujar alumni Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang ini.

Kurang lebih selama tiga tahun menjalankan usahanya, Firdaus selalu lancar menjalankan usahanya, termasuk dalam masalah pengiriman barang. “Untuk pengiriman barang, saya melakukannya di salah satu agen JNE yang ada di Nagari Cupak, tepatnya di Desa Pasar Usang. Barang yang sudah di bungkus, kami antar langsung ke agen. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk rasa tanggungjawab kepada konsumen saat mengantarkan sendiri pesanan tersebut,” terangnya.

Sepatu Panjat Pinang

Firdaus sendiri merupakan alumni Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang tahun 2016. Setelah menamatkan studinya, ia memilih membuka usaha yang dijalankan sendiri sambil mencoba hal-hal baru yang berhubungan dengan peternakan dan pertanian. Salah satu inovasinya dalam bidang pertanian yakni menciptakan Sepatu Panjat Pinang untuk petani yang ada di sekitar rumahnya.

“Saya melihat Ayah berkali-kali kesusahan saat memanen buah pinang yang ada di ladang kami. Ayah menggunakan galah dan mengikatkan sebilah sabit di ujung galah dengan tali. Jika tali pengikatnya tidak kuat, maka sabit akan jatuh. Dan itu sangat berbahaya. Melihat kejadian itu, saya berpikir cara apa yang bisa menolong dan meringankan pekerjaan itu,” tuturnya.

Lama melakukan ujicoba dengan membaca dan menonton beberapa video, akhirnya tercetuslah ide membuat Sepatu Panjat Pinang. Sepatu ini di rangkai kurang lebih selama enam bulan. Kemudian melalui uji coba selama enam bulan. Sepatu Panjat Pinang ini merupakan gabungan antara sepatu bot dan besi yang disambung dengan baik sehingga kaki pengguna tetap terjaga dan tak terluka saat mengambil buah pinang.

“Kurang lebih satu tahun bagi saya menuntaskan semuanya, hingga akhirnya sepatu itu bisa digunakan Ayah untuk panen Buah Pinang. Selain Ayah, saya juga meminta kakak sepupu menggunakan sepatu tersebut, dan responnya juga baik. Akhirnya, karena respon dari penggunaan yang baik, Sepatu Panjat Pinang saya itu populer di sekitar rumah,” paparnya.

Melihat respon baik itu, akhir 2018 saya mulai memproduksi sekitar sepuluh sepatu per bulan. Pemasarannya dilakukan melalui media sosial dan mendapat respon sangat baik bagi warga Kabupaten Solok dan sekitarnya. Kemudian di awal 2019 hingga pertengahan 2020, ia mulai memasarkan produknya di beberapa platform e-comerce. Dengan sudah terpasarkan di e-comerce secara baik, permintaan pun semakin banyak datang, termasuk dari luar Sumbar seperti Aceh, Medan, Jambi, dan seluruh wilayah di Sumatera. Kemudian pesanan juga datang dari Daerah Banten, Kupang, NTB, Maluku hingga Papua.

“Tentunya ketergantungan saya kepada jasa pengiriman juga besar, maka JNE sangat berarti sekali bagi saya dalam melebarkan usaha Sepatu ini. Sejauh ini, respon pembeli baik terhadap barang yang diterimanya, otomatis pengiriman barang dengan JNE terjamin dengan baik. Sampai kepada pelanggan dengan aman,” paparnya.

Pandemi dan Keberpihakan Jasa Pengiriman

Diakui Firdaus, usaha Sepatu Panjat Pinangnya juga kena imbas pandemi sejak 2020 lalu. “Walaupun tidak turun drastis, namun saya sempat merumahkan sementara dua karyawan di akhir tahun 2020. Itu karena tak ada permintaan Sepatu Panjat Pinang di akhir tahun tersebut,” kenangnya.

Namun satu hal yang membuatnya tenang adalah jasa pengiriman JNE yang menurutnya memiliki keberpihakan kepada UMKM. “Bagi saya pribadi, bayar tunai di awal sebelum barang dikirim menggunakan JNE juga penyelamat. Kenapa? Karena ini tak mengganggu pemikiran dan keuangan usaha saya, termasuk yang terjadi sebelum pandemi. Disisi lain, harga pengiriman yang relatif murah juga mendukung usaha saya tetap bertahan di masa pandemi, sehingga pembeli juga diringankan di masa ini,” jelasnya.

“Kini, di tahun 2021 ini, usaha saya perlahan mulai bangkit. Saya kembali mempekerjakan dua karyawan yang sempat dirumahkan. Permintaan dari Sabang sampai Merauke kembali berdatangan satu persatu. Dan tentunya, JNE tetap jadi pilihan saya dalam menyampaikan paket lebih aman kepada pelanggan. Semoga JNE sebagai jasa pengiriman terbaik di Indonesia semakin jaya dan dekat dengan hati rakyat Indonesia,” harapnya.

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Universitas Andalas, Prof.Dr. Syafruddin Karimi, SE,MA mengatakan, kolaborasi UMKM dalam pembangunan ekonomi di masa pandemi adalah hal yang sangat baik, terutama dalam memperluas pasar. “Berbicara UMKM, umumnya padat tenaga kerja dan memperluas lapangan kerja. Bila kenaikan transaksi sebesar 91% tersebut dominan kontribusi UMKM, dampaknya terhadap penurunan pengangguran akan juga besar. Seberapa besar dampaknya setiap 1% kenaikan omset terhadap penurunan pengangguran memang perlu diteliti. Namun saya percaya itu akan besar penurunan pengangguran dengan pesatnya kenaikan omset UMKM,” jelasnya.

 

 

Exit mobile version