KA Bandara Sepi Penumpang, Ini Kata Pengamat Transportasi

Rata-rata penumpang perharinya 93 penumpang atau sebesar 24 persen dari kapasitas KAI (393 orang).

Klikpositif Supernova Honda (3000 x 1000 piksel)

PADANG, KLIKPOSITIF — Sejak beroperasi awal bulan Mei 2018 ini, lonjakan penumpang kereta api bandara Minangkabau Ekspres masih belum terlihat hingga akhir bulan. Bahkan total penumpang perharinya tidak mencapai angka ratusan.

Data dari PT KAI Drive II Operasional Sumbar total jumlah penumpang hingga tanggal 29 Mei sebanyak 17,627 sejak beroperasi dari lima kali keberangkatan perhari. Rata-rata penumpang perharinya 93 penumpang atau sebesar 24 persen dari kapasitas KAI (393 orang).

“Hanya hari pertama, kedua dan ketiga lebih dari seribu penumpang (hari itu digratiskan),” kata Humas PT KAI Divre II Sumbar, Zainir, Rabu, 30 Mei 2018.

Dituturkannya, beberapa hari belakangan dan hari libur sudah menunjukkan trend peningkatan dibandingkan hari-hari biasanya. “Hari libur sudah mencapai angka lima ratusan penumpang,” ujarnya.

Sementara pengamat transportasi dari Unand, Yossyafra menilai, sepinya pengunjung atau masyarakat yang menggunakan kereta api disebabkan beberapa hal diantaranya kurangnya akses menuju stasiun dan kurangnya jadwal keberangkatan.

“Namun untuk kereta api yang baru beroperasi itu hal yang wajar dan dialami oleh setiap kereta api di Indonesia,” tuturnya.

Menurutnya, akses ke stasiun saat ini masih sangat minim, sehingga masyarakat lebih dari dua kali menggunakan moda transportasi untuk sampai ke stasiun. Untuk itu, perlu adanya integritas pihak kereta api dengan stasiun, kemudian bisa juga dengan menambahkan jadwal keberangkatan.

“Contohnya mereka atau penumpang yang dari Indarung untuk sampai ke Simpangharu akan menggunakan lebih dari dua moda transportasi, sehingga mereka lebih memilih taksi online untuk sampai di bandara,” jelasnya.

Dilanjutkannya, kecenderungan menggunakan alat transportasi saat ini tidak diukur dari ongkos murah saja. Kemudahan akses menjadi pilihan pengguna jasa transportasi. “Pemerintah juga harus memikirkan hal ini sebab kereta tersebut masih di subsidi,” ungkap Yossyafra.

Kemudian, pemberhentian kereta api juga menjadi pertimbangan, sebagai contoh masyarakat yang dari siteba mereka tidak bisa naik di UNP, pilihan mereka harus ke Simpangharu atau ke Tabing. “Pilihan yang sulit. Intinya itu tadi integritas antar moda, akses dan penambahan jadwal keberangkatan,”  tukasnya.

[Joni Abdul Kasir]

 

 

Exit mobile version