SIALANGAN,KLIKPOSITIF – Jasmar Syam berlari-lari kecil berupaya menembus hujan yang turun cukup deras usai salat Jumat di Nagari Gunung Padang Alai, Padang Pariaman. Sambil memesan kopi, dia mengibaskan titik air yang tergenang di peci hitamnya. Jasmar lalu duduk, aroma kopi kampung yang terhidang di mejanya menguarkan aroma yang khas ke udara dingin di Sialangan.
Begitulah Jasmar, keluar masuk warung kopi di kampung-kampung di sejumlah Kecamatan di Padang Pariaman. Diplomasi warung kopi itu dia lakukan sembari memberikan informasi dan manfaat penanaman Kayu Kaliandra, tanaman yang sebelumnya belum pernah ditanam oleh para petani di kawasan itu. Beberapa bulan terakhir, Jasmar dan para pengurus HKM Sialangan sedang giat menanam Kaliandra merah. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Sialangan sedang berupaya mengajak para petani memanfaatkan lahan tidur di Nagari Gunung Padang Alai yang luasnya mencapai puluhan ribu hektar di menjadi lahan yang lebih produktif.
“HKm Sialangan sejak awal berdirinya memang berupaya untuk melestarikan kembali hutan-hutan yang karena longsor akibat gempa bumi tahun 2009. Dan juga mengembalikan lahan pertanian dan sistem irigasi yang juga rusak parah,” ujar Jasmar.
Jasmar mengatakan Kabupaten Padang Pariaman merupakan daerah yang rusak parah akibat musibah gempa bumi tahun 2009 yang melanda Sumatra Barat. Banyak terjadi longgsor, daerah pertanian dan perkebunan mengalamai kerusakan, bangunan dan rumah-rumah warga roboh. Gempa bumi dahsyat itu juga berdampak pada kerusakan sistem irigasi. Longsor yang terjadi di banyak titik membuat daerah hutan menjadi gundul.
“Melihat kondisi itu pada tahun 2010 masyarakat berinisiatif bagaimana Nagari Gunung Padang Alai dengan hutannya yang sangat luas yang telah rusak porak poranda akibat gempa bumi bisa kembali hijau kembali,” ujarnya.
Keinginan masyarakat tersebut direspon oleh Dinas Kehutanan Provinsi untuk menciptakan satu wadah berupa kelompok hutan masyarakat. Proses administrai berjalan dan kemudian disepakatilah berdirinya satu kelompok masyarakat yang dinamakan HKm Sialangan pada 2012.
Hkm Sialangan resmi berdiri dan Jarmar dipercaya menjabat posisi ketua. Salah satu langkah awal yang dilakukan Hkm Sialangan adalah membuat kesepakatan bersama masyarakat. Dimana masyarakat Nagari Gunung Padang Alai sepakat tidak akan menebang satu batang pun kayu di hutan. Kesepatakan tersebut tidak pernah dilanggar oleh masyarakat.
“Dari tahun 2012 sampai hari ini, tidak pernah ada masyarakat yang menebang kayu di hutan. Walaupun masyarakat tercekik kondisi ekonomi yang kian sulit, mereka tidak pernah menyentuh kayu-kayu di hutan,” tutur Jarmar.
Sebelum PT Semen Padang Datang, Tidak Ada Kaliandra di Sialangan
Pada awal tahun 2024, Jasmar dan pengurus HKm Sialangan menghadiri forum sosialisasi yang digelar Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Barat. Saat itu PT Semen Padang memaparkan hasil kajian dan riset tentang berbagai keunggulan tanaman Kaliandra Merah. Bahwa Kaliandra merah merupakan tanaman energi masa depan yang memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat.
Jarmas mengingat benar manfaat kayu Kaliandra yang disampaikan pada forum itu. Kayunya, kata Jasmar Syam, bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif menggantikan batubara. Daunnya, bermanfaat untuk pakan ternak seperti sapi dan kambing. Sari bunganya bisa untuk mengembangkan lebah madu, tanamannya tidak memerlukan lahan khusus. Mendengar penjelasan itu Jasmar langsung tertarik. Mengingat begitu luasnya lahan tidur di nagari Gunung Padang Alai yang terbengkalai.
“Ada puluhan kelompok hutan kemasyarakatan yang hadir di situ. Tidak ada yang menjawab ketika ditanyakan kesiapan mereka menanam Kaliandra Merah ini. Saya menyatakan siap, hanya saya,” kata Jasmar.
Kesiapan yang Jasmar nyatakan bukan tanpa dasar. Dia menyakini bahwa masyarakat Nagari Gunung Padang Alai siap dan terbuka untuk melakukan penanaman tanaman baru. Terlebih lagi ketersediaan lahan tidur yang melimpah di daerah itu tentu bisa dimanfaatkan dengan tanaman Kaliandra ini. Belum lagi, tanaman Kaliandra ini juga tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Menurut Jasmar tanaman ini sesuai untuk kondisi alam dan masyarakatnya di daerahnya.
Kemudian masyarakat Nagari Gunung Padang Alai dan tim dari PT Semen Padang duduk bersama membicarakan penanaman Kaliandra Merah. Tim ahli dari Politani Payakumbuh dilibatkan untuk memberikan pengetahuan dan sosialisasi kepada para petani. Namun itu semua tidak langsung membuat masyarakat bersedia menanam Kaliandra.
Menurut Jasmar pada awalnya untuk program penanaman seperti ini masyarakat kurang percaya. Berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, kata dia, semua tanaman yang dianjurkan untuk ditanam berujung kegagalan.Dulu pernah masyarakat diminta menanam Nilam, tapi ketika masa panen tidak tahu mau dijual kemana.
“Masyarakat sudah pernah kecewa dari kejadian sebelumnya. Masyarakat diminta menanam ini dan itu. Untuk pemeliharaan dan sosialisasi lainnya tidak ada. Hanya sampai di penanaman saja, sehingga akhirnya menemukan kegagalan. Inilah yang menjadi keraguan masyarakat pada awalnya,”
Berkat sosialisasi yang dilakukan oleh Tim PT Semen Padang, dan ahli dari Politani Payakumbuh masyarakat jadi tertarik untuk menanam Kaliandra. Ditambah lagi diplomasi warung kopi yang Jasmar dan pengurus HKm Sialangan gencar lakukan semakin memperkuat keyakinan warga masyarakat untuk menggunakan lahan-lahan yang selama ini tidur dan tidak bisa digunakan karena keterbatasan modal untuk ditanami Kaliandara Merah.
“Alhamdulillah dalam tempo waktu empat bulan, HKm Sialangan sudah mampu menghimpun petani Kaliandra sampai 168 orang petani. Dengan total luas lahan yang bisa ditanami mencapai 160 hektar.
Selain bicara Jasmar dan kawan-kawannya di HKm Sialangan langsung mengawali penanaman Kaliandra pada lahan mereka masing-masing. Setiap pengurus minimal harus menanam sepuluh ribu batang Kaliandra. Jasmar menyebut ini sebagai bentuk komitmen dan kepercayaan HKm Sialangan. Dari situlah, perlahan satu demi satu masyarakat mulai ikut menanam.
Saat ini, kata Jasmar lagi, pengembangan tanaman Kaliandra Merah ini sudah dikembangkan di beberapa nagari lain. Sebanyak 17 kecamatan di Kabupaten Padang Pariaman dan 3 kecamatan di Kota Pariaman terbuka untuk menggunakan lahan tidur non produktif mereka sebagai lahan penanaman Kaliandra merah ini.
“Harapannya tentu saja melalui program penanaman Kaliandara dengan pemberdayaan masyarakat ini, kondisi ekonomi masyarakat yang terus terpuruk pada satu saat nanti bisa terangkat. Dan masyarakat bisa hidup lebih baik. Kita yakin seperti itu,” ujarnya.