PADANG, KLIKPOSITIF- Dinas Kebudayaan Sumbar menggelar Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Bundo Kanduang untuk meningkatkan pemahaman dan tugas para Bundo Kanduang di Minangkabau.
Kegiatan yang didukung oleh dana aspirasi Anggota DPRD Sumbar Fraksi PKS Irsyad Syafar ini dilaksanakan di Grand Royal Denai Hotel Bukittinggi, Jumat (18/11). Pada bimtek kali ini Dinas Kebudayaan menghadirkan beberapa orang narasumber hebat yang kompeten di bidangnya yakni, Irsyad Syafar yang juga sebagai Wakil Ketua DPRD Sumbar dengan materi “Peran Legislatif Dalam Memperjuangkan Hak Wanita di Minangkabau”.
Selanjutnya, Prof. Dr. Asrinaldi, S.Sos, M.Si dosen Unand Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dengan materi “Pentingnya Demokrasi Bagi Perempuan Dalam Kehidupan di Minangkabau”. Dr. Sudarman, S.Hum, M.A, Akademisi dari Universitas Islam Negeri Imam Bonjol Padang pada Fakultas Adab dan Humaniora dengan materi “Peran Bundo Kanduang Dalam Sinkronisasi Adat dan Syara’”.
Serta, Yulfian Azrial, S.E yang merupakan seorang pemerhati adat dan budaya Minangkabau yang berasal dari daerah Luhak Limo Puluah Kota dengan materi “Eksistensi Bundo Kanduang dalam Pelestarian Adat dan Budaya Minangkabau”.
“Kegiatannya tiga hari yang dimulai dari Jumat 18 November 2022 dan berakhir pada Minggu 20 November 2022. Peserta merupakan para Bundo Kanduang dengan jumlah 100 orang yang berasal dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kota Payakumbuh,” ungkap Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Syaifullah.
Ia berharap, melalui kegiatan ini akan meningkatkan pemahaman Bundo kanduang di Minangkabau agar bersama-sama melestarikan budaya dan adat istiadat. Serta memahami perjalanan perkembangan kebudayaan Minangkabau melalui buku pedoman pengamalan ABS – SBK yang disusun oleh para pakar pada tahun 2019 lalu.
Kegiatan dibuka langsung oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah, pada kesempatan itu gubernur menyampaikan Sumbar memiliki beragam sejarah dan budaya yang menyebar di nagari-nagari, di kampung-kampung dan hingga hari ini sebagian tradisi yang berakar dari sejarah dan budaya tersebut sudah berada di penghujung pewaris.
Untuk itu perlu upaya kita bersama untuk melindungi, memanfaatkan, mengembangkan dan membina dari setiap kekayaan adat dan budaya serta tradisi.
Upaya untuk menggerakkan seluruh pihak terkait agar peduli dan terlibat dalam pelestarian dan pengembangan adat dan budaya lokal sesuai dengan perkembangan zaman, perlu dilakukan berbagai pendekatan.
Dikatakan Mahyeldi, upaya pelestarian tidak cukup hanya dengan menggelar kegiatan-kegiatan kebudayaan secara reguler, namun juga diikuti dengan memberikan pemahaman tentang filosofi dan nilai dari keberadaan objek budaya yang dimiliki.
Menurutnya, peranan perempuan di Minangkabau adalah salah satu hal yang unik dalam kebudayaan di Nusantara. Perempuan ditempatkan dalam posisi yang cukup tinggi pada pengambil keputusan dalam Rumah Gadang di Minangkabau.
Perempuan Minang disebut sebagai Bundo Kanduang, Limpapeh Rumah Nan Gadang, Nan Gadang Basa Batuah. Arti ungkapan tersebut bermakna bahwa perempuan di Minangkabau adalah memilki kedudukan yang penting dalam kaum dan masyarakat.
“Saya berharap setelah pelaksanaan bimtek ini nantinya, Bundo Kanduang semua bisa lebih percaya diri dalam membimbing anak, kemenakan, suku dan kaum serta nagari dalam melestarikan dan menjaga tradisi adat Minangkabau,” kata Mahyeldi.
Dengan mengucapkan Bismillahirrahmanirrahim, Bimtek Peningkatan Kapasitas Bundo Kanduang dengan tema “Nan Satitiak Jadikan Lauik, Nan Sakapa Jadikan Gunuang, Alam Takambang Jadi Guru” di Grand Royal Denai Hotel Bukittinggi dengan resmi dibuka oleh Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah.