PESSEL, KLIKPOSITIF– Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) M. Zein Painan, Kabupaten Pesisir Selatan (Pessel), Sumatera Barat, Dokter Harefa menegaskan, jalannya rumah sakit harus terlepas dari intervensi politik.
“Itu merupakan beban paling besar dalam pengelolaan bisnis rumah sakit. Masa iya balas budi politik rumah sakit yang harus tanggung,” ungkapnya pada wartawan di Painan, Selasa 2 November 2021.
Untuk diketahui, Dokter Harefa dilantik Bupati Pessel, Rusma Yul Anwar pada Kamis 28 Oktober 2021, menggantikan dr. Sutarnan yang sebelumnya menjabat sebagai Direktur.
Selain memberikan beban moral bagi manajemen, hal itu juga akan berdampak pada beban biaya bagi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) sebagai lembaga profit milik pemerintah daerah.
Ia mencontohkan, intervensi politik bisa dilihat dari pembengkakan jumlah tenaga medis dan karyawan penunjang lainnya di RSUD yang kini mencapai hampir 700 orang.
Sementara kemampuan yang dititipkan pun belum terukur. Padahal, kebutuhan riil hanya di kisaran 300-409 orang saja, sehingga beban biaya operasional dan kebutuhan gaji menjadi membengkak.
“Secara otomatis tentu berdampak pada kesejahteraan tenaga medis dan petugas lainnya,” terang pria yang juga sebagai konsultan jantung di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta itu.
Lanjutnya, saat ini untuk mengurus rumah sakit di RSUD M. Zein Painan, ia berharap tidak ada pihak manapun mengintervensinya. Apalagi yang berkaitan dengan politik.
Persoalan keuangan yang terjadi saat ini seharusnya tidak terjadi di RSUD M. Zein, jika tidak ada campur tangan kepentingan politik di dalamnya. Pendapatan dari Badan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) cukup untuk membiayainya.
Belum lagi ditambah dengan pendapatan lainnya dari pasien umum. Selama ini neraca keuangan rumah sakit terkonfirmasi surplus, meski terjadi penurunan omset sejak dua tahun terakhir akibat Covid-19.
Akibatnya, jumlah pasien menjadi turun. Di lain sisi, piutang tertunggak di Kementerian Kesehatan pun menumpuk, sehingga memicu defisit keuangan dan minimnya obat di lembaga pelayanan pelat merah itu.
“Sebenarnya yang paling penting itu adalah obat. Sehebat apapun rumah sakit dan dokternya, tanpa obat semuanya akan jadi sia-sia saja,” tutupnya.