Inovasi IoT dalam Pertanian: Menjawab Tantangan Ketahanan Pangan Global

KLIKPOSITIF – Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) memperkirakan bahwa pada tahun 2050, populasi dunia akan mencapai 9,6 miliar jiwa. Ini berarti produksi pertanian harus meningkat sebesar 70% untuk memenuhi kebutuhan penduduk sebanyak itu. Jika tidak, dunia akan menghadapi krisis pangan yang serius.

Masalah lain yang tidak kalah penting adalah regenerasi tenaga kerja di sektor pertanian yang semakin sulit, mengarah pada fenomena ‘petani tua’. Sebagian besar petani kini berasal dari kelompok usia lanjut, sementara minat generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian sangat rendah.

Beberapa faktor penyebabnya antara lain: Pandangan bahwa pendapatan di sektor non-pertanian lebih tinggi, persepsi negatif tentang pertanian sebagai pekerjaan yang kotor dan berat karena sering berurusan dengan lumpur dan mencangkul.

Anggapan bahwa pekerjaan di sektor pertanian tidak membutuhkan pendidikan tinggi, sedangkan sektor lain menawarkan karier yang lebih jelas dan menuntut pendidikan lebih tinggi dan risiko tinggi dalam bertani, seperti gagal panen akibat bencana alam, fluktuasi harga, dan ketidakpastian lainnya.

Untuk menarik minat generasi muda ke sektor pertanian, beberapa strategi dapat diterapkan, seperti: mengajak pemuda untuk terlibat dalam kelembagaan pertanian, Memperkenalkan pertanian sejak Pendidikan Usia Dini (PAUD), Meningkatkan kualitas pelaku pertanian, Mengembangkan teknologi pertanian cerdas (smart farming), memperkuat sistem pertanian kooperatif (cooperative farming), memberikan asuransi pertanian, dan menyediakan jaminan pemasaran.

Dalam menghadapi ancaman krisis pangan, pemerintah perlu memperkuat produksi pertanian lokal dan mengurangi ketergantungan pada pangan impor melalui penerapan smart farming 4.0. Smart farming adalah metode pertanian cerdas berbasis teknologi yang menggunakan Artificial Intelligence (AI) untuk memudahkan pekerjaan petani (MSMB 2018).

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa AI dan robot mampu melaksanakan berbagai tugas pertanian dengan lebih cepat dan presisi dibandingkan manusia.

Digitalisasi di bidang pertanian telah memasuki era revolusi 4.0, dengan smart farming 4.0 berpotensi besar untuk meningkatkan pendapatan petani dan mendukung keberlanjutan pertanian. Smart farming meningkatkan ketepatan dalam pemberian input bagi tanaman dan lahan pertanian.

Revolusi pertanian 4.0, yang mencakup internet of things, artificial intelligence, human-machine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D printing, telah mendorong inovasi pertanian.

Mesin autonomous (tanpa awak) dan robot telah dikembangkan untuk budi daya pertanian, seperti membersihkan gulma, aplikasi pupuk, atau memanen buah. Drone yang dilengkapi dengan kamera mampu menghitung pengembangan biomassa dan status pemupukan tanaman, serta memberikan rekomendasi kepada petani.

Drone juga dapat membedakan jenis penyakit tanaman berdasarkan penampakan fisiologisnya sehingga memungkinkan pengaplikasian pestisida yang tepat.

Peningkatan teknologi ini akan mengubah praktik budi daya pertanian secara signifikan.
Smart farming tidak hanya berkembang di negara maju. Di tengah gencarnya arus informasi dan teknologi, beberapa negara berkembang juga mulai menerapkan metode smart farming.

Perubahan praktik pertanian secara dramatis ini tidak hanya meningkatkan produktivitas tetapi juga menjadi tantangan besar, terutama bagi petani yang belum familiar dengan teknologi ini.

Untuk membangun sistem pangan nasional dan global yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat, diperlukan perubahan dalam rantai pasok pangan. Integrasi teknologi adalah salah satu strategi inti di sektor pertanian untuk efektivitas program smart farming.

Teknologi blockchain, yang digunakan dalam sistem logistik pangan yang efisien, transparan, dan tertelusur, memudahkan perusahaan dan konsumen menentukan kualitas produk pertanian. Oleh karena itu, Internet of Things (IoT) menjadi sangat penting. Petani dapat menggunakan sensor untuk mengumpulkan data terkait budidaya tanaman.

Untuk mengoptimalkan proses pertanian, perangkat IoT yang dipasang di lahan dapat mendukung pengolahan dan pendataan, sehingga petani dapat mengambil tindakan cepat terhadap masalah dan perubahan lingkungan.

Analisis data membantu memantau produktivitas dan membuat prediksi yang lebih akurat, yang penting untuk menjaga efisiensi produksi dan mencegah gagal panen.

Oleh karena itu, keunggulan smart farming dapat menjadi salah satu strategi untuk menarik generasi muda yang identik dengan penguasaan teknologi dan internet. Smart farming mampu mengubah pandangan negatif generasi muda terhadap pertanian dan menawarkan solusi inovatif untuk masa depan pertanian.

Penulis :
Rahmi Awalina, S.TP.,MP
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian

Exit mobile version