Ini Riwayat Panjang Erupsi Gunung Marapi Sumbar

Erupsi pertama kali terjadi pada tahun 1807

Erupsi Gunung Marapi

Erupsi Gunung Marapi, Sumbar 4 Juni 2017 yang lalu (KLIKPOSITIF/Hatta Rizal)

BUKITTINGGI, KLIKPOSITIF — Erupsi Gunung Marapi, Sumbar pada Minggu 4 Juni 2017 bukanlah yang pertama kalinya terjadi.

Sepanjang sejarah yang tercatat oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Marapi sudah berulang kali erupsi.

Dalam data PVMBG yang terpampang di Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Marapi Bukittinggi, erupsi pertama kali terjadi pada tahun 1807.

Selanjutnya, di tahun 1822 Marapi kembali bergejolak, dengan mengeluarkan lelehan lava beserta hembusan asap dan awan debu berikut dengan sinar api dari arah Puncak.

Dalam laporannya, letusan ini sedikit menimbulkan kerusakan. Namun tidak terdata dampak kerusakan tersebut.

Lalu, sepanjang 1833-1834 Marapi kembali lagi bergejolak dan beberapa kali letusan terjadi dalam skala kecil.

Dalam rentang waktu itu, abu hitam terlihat keluar dari kawah dan malamnya, terlihat bara api.

Sebelas tahun kemudian, tepatnya tahun 1845, Marapi mengamuk, dari bagian puncak mengeluarkan suara bergemuruh serta mengeluarkan lava dalam skala besar.

Pada 29 Agustus 1854, Marapi erupsi lagi setelah cukup lama diam.

Akibat erupsi itu, terjadi hujan abu selama beberapa hari, tapi tidak ada penjelasan wilayah mana yang terkena hujan abu itu.

Selanjutnya, Gunung Marapi juga terus erupsi dalam skala kecil pada tahun 1855,1856, 1861, dan 1863.

Di tahun 1871, terjadi letusan dahsyat. Dampak letusan itu menyebabkan hujan abu dengan intensitas cukup tebal, hingga mencapai wilayah Kota Bukittinggi.

Kemudian pada 4 April 1876, awan asap besar terlihat. Aktivitas Marapi meningkat sejak saat itu.

Pada bulan Agustus, satu bongkah lava sebesar 10-12 meter kubik terlempar ke udara sejauh 280 meter.

Periode Agustus-Desember ini, aktivitas Marapi sangat tinggi, sebab sering teramati letusan lava dan mengeluarkan abu pekat.

Berikutnya, pada 1878 tepatnya di bulan Desember. Erupsi berlanjut ke tahun 1883, kali ini erupsi membuat letusan abu dalam skala kecil. Begitupun di tahun 1885.

Lalu 31 Maret 1886, terjadi letusan besar. Suara gemuruh dari kepundan terdengar sebanyak lima kali.

Akibat dari letusan itu, Sumpu dan Simawang terdampak hujan abu. Dua tahun kemudian, tepatnya 19-20 Februari 1888, terjadi letusan stromboli.

Ini cukup besar, sebab abu letusannya mengepung sampai ke wilayah Tiku Agam selama dua jam.

Lalu, periode selanjutnya hingga tahun 1913 tak diketahui, sebab tak ada keterangan tentang aktivitas Marapi.

Tahun 1916, tepatnya 5 Mei pukul 14.30-14.44 WIB dan 7 Mei pukul 13.14 WIB kembali mengeluarkan suara gemuruh.

Setahun berikutnya, Marapi mengamuk hebat. Tanggal 16 September 1917, letusan besar terjadi, hujan abu mendera hingga Bukittinggi.

Erupsi berlanjut 8 Maret 1918. Dua hari selanjutnya seorang ahli asal Belanda yang bernama Justesen, melihat jika dasar kawah berwarna merah darah dan ada kepulan asap warna biru.

Berikutnya, 1919, terjadi ledakan kuat. Tercatat, ada sebongkah lava terlempar ke arah barat daya.

Tahun 1925, tepatnya 12-13 April, aktivitas vulkanik Marapi kembali meningkat, dengan munculnya sumbat lava dari dasar kawah.

Di tahun 1927, serentetan letusan yang mengeluarkan abu hitam tebal berbentuk kembang kol terjadi dengan hebatnya.

Tinggi asap mencapai 2-3 kilometer yang mengakibatkan Padang Panjang terkena hujan abu.

Selanjutnya hingga tahun 1951, beberapa kali tercatat peningkatan aktivitas Marapi dengan mengeluarkan berbagai letusan dengan skala kecil yang diikuti dengan gempa.

Tahun 1952, Marapi kembali erupsi dengan dahsyat, tepatnya tanggal 29 Mei-6 Juni.

Letusan abu berbentuk cendawan dengan ketinggian mencapai 2-3 kilometer mengakibatkan wilayah Padang Panjang terkena hujan abu.

Pada tanggal 7-14 Juni letusannya berangsur melemah. Kemungkinan, letusan di tahun inilah yang menjadi salah satu letusan terbesar yang tercatat selama sejarah Marapi.

Setelahnya, letusan eksplosif kembali terjadi pada 26-28 Maret 1975, dengan suara gemuruh dan lontaran material lava pojar yang terjadi pada kawah.

Tinggi asap berkisar antara 1000-1500 meter dan hujan abu menyentuh Batu Sangkar.

Begitupun pada tahun 1977, letusan juga terjadi hingga mengeluarkan asap putih tebal setinggi 1000 meter.

Pada 8 September 1978, letusan besar yang berasal dari kawah verbeek dan kawah C, asap letusan berbentuk kembang kol membumbung tinggi lebih kurang 1500 meter di angkasa.

Hujan abu menyebar sejauh 25 km hingga melingkupi sejumlah daerah di dalam Kabupaten Tanah Datar.

1980, tanggal 8 Mei dan 14 Oktober, letusan eksplosif disertai suara gemuruh pada kawah Verbeek.

Tinggi asap mencapai 1000 meter, dan terjadi hujan abu di wilayah Tanah Datar dengan ketebalan 1 milimeter.

Kemudian, di tahun 1987, Marapi tampak begitu sibuk beraktivitas.

Serangkaian letusan besar disertai suara gemuruh dengan lontaran lava pijar terjadi dari dalam kawah.

Tinggi asap letusan bervariasi antara 600-1500 meter, serentetan letusan itu membuat sebaran abu mencapai wilayah Bukittinggi, Tanah Datar, dan Pariaman.

Periode 1988-1990, Marapi masih bergejolak. Rentetan letusan eksplosif kadang disertai suara gemuruh dan sinar bara api terjadi secara sporadis sepanjang tahun.

Pusat letusan masih di kawah utama atau populer dengan sebutan kawah Verbeek.

Tinggi asap antara 400-2000 meter dengan warna hitam tebal berbentuk cendawan, hujan abu menyebar hingga 6-10 kilometer dari pusat kegiatan,

Selanjutnya hingga tahun 2010, teramati sejumlah letusan kecil dengan ketinggian asap antara 200-1500 meter.

3 Agustus 2011, letusan eksplosif dengan suara gemuruh terdengar dari kawah.

Tinggi asap mencapai 1000 meter yang menyebabkan hujan abu dengan ketebalan kurang dari 1 milimeter.

Sejak saat itu, status Marapi naik dari Normal level I menjadi Waspada Level II hingga sekarang,

Pada 26 September 2012. Letusan besar kembali terjadi dengan suara bergemuruh dari kawah yang memaksa keluarnya asap warna kelabu tebal dengan ketinggian lebih kurang 1500 meter.

2014, tercatat sejumlah letusan sebanyak 18 kali dengan warna asap kelabu dengan ketinggian 100-700 meter.

Terakhir, Minggu 4 Juni 2017, terjadi letusan sebanyak 6 kali pada kawah Verbeek.

Tinggi asap mencapai 700 meter yang menyebabkan hujan abu jatuh di Tanah Datar dengan ketebalan kurang dari 1 milimeter.

Hingga Kamis 8 Juni, Marapi tercatat sudah megekuarkan lebih dari 80 letusan sejak terbangun pada Minggu 4 Juni 2017 lalu.

  • *
    👉Silahkan bergabung di Grup FB SUMBAR KINI untuk mendapatkan informasi terupdate tentang Sumatera Barat.

Exit mobile version