PADANG, KLIKPOSITIF — Ketua Jurusan Sastra Minangkabau Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Andalas (Unand) Padang, Pramono, mengatakan, manuskrip naskah Tuanku Imam Bonjol secara garis besar menggambarkan perjalan ulama besar Minangkabau itu mulai dari perjalanan pergerakanya melawan kaum adat hingga ke pengungsian oleh bangsa Belanda.
Pramono menjelaskan, isi naskah sebanyak 480 halaman tersebut merupakan gabungan catatan perjalan Imam Bonjol dan Anaknya yang bernama Naali Sutan Caniago.”190 halaman catatan Imam Bonjol sendiri mulai dari masa muda hingga pembuangan dan dibawa kembali ke Sumatera Barat, selebihnya catatan anaknya itu tadi,” jelasnya.
Dilanjutakannya, naskah berisi bagaimana masa itu terjadi penyerangan terhadap satu kampung di daerah bonjol, bagaimana cara pembagian harta rampasan perang, dalam naskah juga dituliskan mereka tak membunuh jika terjadi perlawanan, bagaimana suplai senjata saat itu.
Ia mangatakan untuk langkah awal, naskah sudah diterjemahkan oleh Sjafnir Abu Naim namun hanya dalam bentuk alih bahasa dan terlemahan bebas. Menurutnya, Alih bahasa masih kaku tidak menarik sehingga tidak cocok untuk kekinian, maka transpormasi media menjadikan naskah lebih diminati.
“Naskah ini akan dijadikan komik, dengan bahasa populer sehingga teks itu sampai pada semua lapisan masyarakat, sebab ini merupakan rekaman memori bangsa. Insyaallah 2018 selesai,’ ujarnya.
Namun demikian, Pramono menyayangkan dokumen Tuanku Imam Bonjol mulai dari surat Bank Indonesia untuk menjadikan pejuang Padri itu menjadi ikon disalah satu uang kerta kurang terawat, hanya disimpan oleh pihak keluarga di bawah bantal. “Itu sangat rentan terjadi kerusakan. Satu lagi dokumen permintaan Angkatan Lau Indonesia untuk menjadikan nama kapal perang Tuanku Imam Bonjol, waktu saya kesana kurang terawat, kasihan,” katanya.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat Alwis mengatakan, Naskah Tuanku Imam Bonjol akan diusulkan ke UNESCO sebagai “Memory of the World” naskah peninggalan sejarah dunia.
“Ini sejarahnya Sumatera Barat, sejarahnya Minangkabau juga, pada tahun 2018 nanti kami usulkan, tentu dipersiapkan dulu,” katanya.
Alwis menambahkan, masih banyak lagi naskah yang harus diterjemahkan. Bahkan masih banyak naskah yang harus diselamatkan agar tidak hilang dan rusak. Pihaknya terus berupaya dengan alih media dan penerjemahan naskah kuno.
Sementata Kepala Bidang Perpustakaan, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sumatera Barat Sosy Findra mengatakan, ribuan naskah kuno di Sumbar telah dihimpun pihaknya dari ahli waris naskah, 85 diantaranya sudah diterjemahkan.
Lebih lanjut Ia menjelaskan, di Perpustakaan Sumbar saat ini ada sekitar 1.176 naskah yang telah dialihmediakan, 420 diantaranya sudah di gandakan. (Joni Abk)