TANAH DATAR, KLIKPOSITIF — Tujuh pendaki asal Kabupaten Kampar-Riau yang masing-masingnya bernama Dio Vai (23), Iper (22),Andre (21) Ucup (20), Gopar (17), Adi (23) serta Akbar (19) mungkin tak akan pernah melupakan pengalaman saat mereka tersesat kedinginan di Gunung Marapi-Sumbar.
Ketua rombongan Dio Vai,yang punya pengalaman lebih dari rekannya yang lain karena sukses 4 kali menaklukan ganasnya Gunung Marapi sebelumnya, menceritakan pengalaman terjebak selama 14 jam di tengah kepungan angin kencang dan kabut tebal yang nyaris merenggut nyawa.
“Kami naik sejak hari Sabtu (26 November 2016) dengan perbekalan yang cukup,” ucap Dio saat ditemui KLIKPOSITIF di Posko Pendakian Marapi seusai diselamatkan Basarnas Padang dan Tim dari Posko Marapi, Senin 28 November 2016.
Setelah sempat tertunda akibat hujan, rombongan ini kata Dio sampai di puncak keesokan harinya.
Sampai di sana, rombongan memutuskan berkemah di Pintu Angin untuk selanjutnya menuju Taman Edelweis. Sekian lama berjalan tiba-tiba muncul kabut tebal yang membuat jarak pandang menjadi satu meter, dan cuaca mendadak memburuk.
Dio dan rombongan berencana untuk memutuskan mundur. Namun rombongan tak pernah menemukan pintu turun di Pintu Angin.
“Rasanya kami beberapa kali berputar-putar di tempat yang sama,” tambah Dio.
Saat itu, hari sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB, cuaca bertambah buruk dan membuat rombongan memutuskan berhenti untuk mencari jalan.
Sekian lama menunggu dan cuaca tak kunjung membaik, akhirnya pada pukul 21.00 WIB salah seorang rombongan berencana untuk menelepon Tim SAR, berharap mendapat pertolongan. Sayangnya, para pendaki ini lupa mencatat nomor handphone petugas dari Posko Pendakian. Beruntung mereka memiliki nomor anggota Tim SAR di Pekanbaru-Riau dan meminta pihak Tim SAR Pekanbaru memberitahu nasib mereka ke Tim SAR Gunung Marapi.
“Saat itu, kami hanya bawa perbekalan secukupnya, yang lain kami tinggal di Pintu Angin. Tenda juga kami tinggal,” tambahnya.
Kendati ada perbekalan yang dibawa saat terjebak, rombongan tak kuat menentang kerasnya alam.
“Dingin sekali bang, kami hanya bawa terpal kecil untuk berlindung,” sambungnya.
Saking dinginnya, ia mengaku saling berpelukan satu sama lain untuk menjaga anggota rombongan agar tidak terus kedinginan dan agar tidak terpisah diantara pekatnya kabut.
“Kami berdoa di atas agar bisa ditemukan dalam kondisi selamat,” kenangnya.
Tengah malam, karena kebingungan dan kedinginan, rombongan mengaku mendengar suara-suara aneh tanpa diketahui siapa yang melakukannya.
“Ada suara teriakan, ada pula suara derap sepatu. Kami tak tahu itu siapa,” pungkasnya.
Kendati terjebak di tengah gunung selama 14 jam, rombongan ini mengaku sehat dan tidak terluka dan berhasil bertemu tim penyelamat pada pukul 05.00 WIB untuk selanjutnya turun dan sampai di posko sekitar pukul 12.00 WIB.
[Hatta Rizal]