Gelar Parara, KKI Warsi dan Unand Pertemukan Puluhan Kelompok Usaha Perhutanan dengan Market

Parara sudah berjalan secara serial dari tahun 2018. Dulu terpusat di Jakarta, sekarang kita memecahnya berdasarkan wilayah, sekarang di Padang untuk produk komunitas dari Sumbar dan Jambi

Hutan di Lumpo Pesisir Selatan

Hutan di Lumpo Pesisir Selatan (KLIKPOSITIF/Joni Abdul Kasir)

Klikpositif - JUTAWAN Honda (3000 x 1000 px) Iklan

PADANG, KLIKPOSITIF – Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi bekerjasama dengan Universitas Andalas (Unand) mengadakan Festival Panen Raya Nusantara (Parara) bertujuan untuk membantu meningkatkan dan memperluas pemasaran produk hasil usaha komunitas di tingkat regional, maupun nasional.

Empat Puluh Dua unit usaha perhutanan sosial bertemu untuk meningkatkan akses pasar melalui kegiatan beranda temu usaha yang berlangsung di Kota Padang, Kamis (23/12). Pertemuan gabungan 27 NGO di Indonesia, tahun ini untuk regio Sumatera dikoordinasikan oleh KKI Warsi.

Festival Parara dibuka oleh Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi Usama Putra. Kegiatan ini bertujuan untuk membantu meningkatkan dan memperluas pemasaran produk hasil usaha komunitas di tingkat regional, nasional dan internasional serta mendorong praktik ekonomi yang berbasis lingkungan, budaya dan sosial.

Dalam event yang sudah jadi agenda rutin sejak 2015 setiap 2 tahun sekali ini, pada 2021 mengingat kondisi pandemi yang masih belum terkendali, kegiatan festival dilaksanakan secara online di tingkat nasional serta offline di tingkat regional.

Dalam pertemuan ini, para pengelola usaha perhutanan sosial membawa sejumlah produk andalan yang dibagi ke dalam tiga kategori yaitu usaha kopi, hasil hutan bukan kayu dan agro industri dari Jambi dan Sumbar.

Festival Parara menampilkan produk dari kelompok usaha masyarakat yang meliputi kopi, rotan manau dan madu serta beras organik. Selain itu ada pula usaha berbasis Agroindustri seperti sirup pala, minyak kemiri, kerupuk udang, dan selai buah kerben.

“Parara sudah berjalan secara serial dari tahun 2018. Dulu terpusat di Jakarta, sekarang kita memecahnya berdasarkan wilayah, sekarang di Padang untuk produk komunitas dari Sumbar dan Jambi. Parara, akan membuka ruang antara pelaku bisnis tingkat lokal, untuk salin berinteraksi harapannya tercipta pasar,” kata Direktur Kelompok Konservasi Indonesia (KKI) Warsi Rudi Syaf saat pembukaan Parara di Hotel Pangeran Beach Padang.

Acara ini diselenggarakan sebagai memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha perhutanan sosial. Ada 6 tantangan pengembangan usaha komunitas, diantaranya keterbatasan manajemen kelompok dalam menjalankan usaha, keterbatasan untuk mengakses teknologi untuk pengembangan produk, keterbatasan akses pasar, kendala perizinan produk, keterbatasan ketersediaan modal dan akses modal, dan keterbatasan pelaku usaha untuk menjaga kualitas produk.

Festival Parara mengusung tema Beranda Temu Usaha Komunitas merupakan salah satu cara untuk menjawab tantangan usaha komunitas untuk akses pasar. Selama ini produsen mampu menghasilkan produk, tetapi masih memiliki kendala dalam memasarkan hasil produksi.

“Kegiatan ini difasilitasi bertemunya antara produsen dengan market. Selama ini bagi pelaku usaha komunitas, pasar itu seperti diselimuti kabut yang artinya masyarakat sulit memastikan komoditas yang kita produksi akan laku atau tidak,” tambahnya.

Menjawab tantangan tersebut, KKI Warsi menjalin hubungan kerja sama dengan Universitas Andalas melalui penandatangan MOU pada saat pembukaan Festival Parara. Kedepannya diharapkan kerja sama kedua lembaga ini menjawab persoalan kelompok usaha masyarakat.

“Kerja sama ini bagian dari pelaksanaan tri dharma Perguruan Tinggi. Pengabdian masyarakat yang kita miliki diharapkan menjadi misi untuk mencerdaskan masyarakat. Kolaborasi Unand dengan KKI Warsi akan fokus pada riset yang bertumpu pada kebutuhan masyarakat,” ucap Wakil Rektor IV Universitas Andalas Hefrizal Hendra.

Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozawardi yang membuka acara secara resmi menyebutkan Pemerintah Provinsi Sumbar memiliki komitmen yang tinggi terhadap perhutanan sosial seperti halnya perhutanan Sosial masuk ke dalam rencana strategis Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sumbar 2021-2026.

“Sumbar sudah dikenal dengan pengelolaan hutan berbasis masyarakat. Perhutanan sosial sudah masuk strategis RPJMD 2021-2026,” ungkapnya.

Exit mobile version